.
.
.
.
Wallis sangat mencintai musik, temen terdekatnya bagi ia adalah musik.
dia seorang yg penyendiri dan sangat tidak suka berdekatan dengan perempuan, melihatnya saja terkadang sudah membuat Wallis merasa eneg.
Dia tumbuh menjadi seseorang yg terkenal arogan, tapi sebenarnya itu karna dia menutupi kelemahan dirinya.
"Jadi gimana tempat kerjamu yg baru itu" Ucap pria berperawakan bule yg sedang menenteng Bir kalengnya. Rusle Anthony Co Producer di studio musik milik Wallis MINTS Studio, namun sekarang dia yg ambil alih karena Wallis harus berkerja di CT Entertaiment.
"Benar benar payah, inilah alasan ku tidak pernah mau berkerja dibawah Agensi karena mereka tuh terlalu ngatur. aku lebih suka membuat musik sendiri rus" Jawab Wallis sewot sembari mengambil bir kaleng di kulkas mini yg terletak didekat meja barnya.
"Hahahaha! sudah ku duga Wall. aku tebak kamu pasti membuat masalah disana" Ujar Rusle sambil menertawai Wallis yg terlihat stress.
"Yg ada mereka yg membuat nasalah denganku! liat saja baru beberapa hari disana sudah ada rumor aneh ajah tentangku. ga habis pikir apa yg Ayah ku rencanakan dengan membawaku kesana"
Alasan dari setujunya Wallis berkerja di CT Entertaiment itu karena tuntutan Ayahnya, Barret Dominion salah satu investor terbesar agensi tsb.
"Wall.. Wall aku hapal banget sama watak mu itu. jadi apa disana banyak cewe-cewe cantik? Actress dan Idol yg paling terkenal saat ini kan asalnya dari sana semua" Tanya Rusle sambil sesekali meneguk birnya itu.
"Kau tau aku tidak peduli dengan itu, sudahlah kau sama sekali tidak membantu Rus" Wallis meninggalkan Rusle untuk ke ruangan musik pribadinya, Wallis sering menghabiskan waktunya disana sendiri hanya untuk musik tanpa memikirkan dunia luar yg bikin dia stress.
studio musik (MINTS Studio) milik Wallis itu cukup besar, terdapat berbagai fasilitas seperti ruangan Bar lengkap dengan minumanya, studio rekaman dan ruang kontrolnya yg terdapat beberapa konverter AD/DA yg lengkap, 2 Kamar tidur yg cukup luas, ruang kantor serta ruang musik pribadi Wallis yg hanya dia seorang yg boleh masuk. studio ini bertema vintage dengan elemen kayu-kayu natural yg membuatnya tampak mewah namun menyegarkan.
Wallis memiliki Studionya itu sejak dia duduk dibangku sekolah akhir dan terus berkembang karena keseriusannya dalam musik.
ㅤ
ㅤㅤ....ㅤ
ㅤㅤ
"Halo Ar!!! Ibu kangen!!!!" Ucap Karina dari balik telfon.
"Ya Ar gimana kamu disana???" Lanjut Heri yg ikutan menyapa.
Sudah lama sejak Artemis pergi dia blom sempat untuk kembali kerumah Ibunya.
"Ibuuuuu.. aku juga, tau!! dan Halo juga Om Heri! aku baik baik saja disini" Balas Artemis menjawab telfonnya sembunyi-sembunyi karena dia sedang dikantor.
"Tapi kenapa Ibu nelfon pas aku lagi berkerja sih" Bisik Artemis.
"Hahaha maaf yah Ar ibu cuma kesenangan dan mau ngabarin kamu kabar baik!!" Jelas Ibunya dengan nada sangat semangat membuat Artemis terheran.
"Ada apa bu, cepatlah aku harus kembali"
"Artemis KAMU AKAN PUNYA ADIK!!"
Seru Karina dan Heri berbarengan.
Artemis yg mendengarnya memproses ucapan mereka cukup lama sampai saat dia sadar, dia benar-benar kaget.
"APA?????? ADIK!! MAKSUD IBU, IBU HAMIL???" Seru Artemis yg lupa memelankan suaranya itu.
"Hahahaha iyah Ar!! ternyata ibu sudah Hamil 1 bulan. gimana? apa kamu senang akan punya adik Ar? kamu kan selalu ingin punya adik dari dulu"
"Yaiya sih bu tapi aku tidak menyangkanya!! bu aku benar-benar bahagia untuk ibu, tidak sabar untuk melihat mu" Artemis tidak bisa menahan perasaan senangnya dan hampir menangis.
"Kalau gtuh sudah dulu ya bu, nanti kita lanjutin saat aku dirumah"
"Baiklah Ar jaga dirimu yah" Ucap Karina terakhir sebelum menutup telfonnya.
Artemis blom beranjak dari tempatnya karena perasaanya masih syok dan mencoba menenangkan diri.
"Suara mu itu, bisa bisa satu kantor pecah" Ujar Wallis yg ternyata dari tadi ada disana hanya saja Artemis tidak menyadarinya.
"Hah.. hari ini hari bahagiaku, jdi aku tidak mau berurusan denganmu. merusak saja" Balas Artemis sebelum dia melenggangkan kakinya dari sana menjauhi Wallis.
Ntah kenapa tapi Wallis benar-benar memperhatikan punggung Artemis yg menjauh dengan lama.
Hari itu hujan cukup deras, Artemis yg tidak membawa payung jadi harus meneduh di halte.
'kenapa hujan tidak sms dulu gtuh kalo mau turun' Ucap Artemis membatin.
Artemis sangat membenci hujan karena dia memiliki kenangan buruk saat hujan turun, Ya itu saat kepergian Wallis.
Memikirkan Wallis membuat perasaan Artemis campur aduk, dia tidak bisa menutupi seberapa kecewanya dia dengan pertemuan kembali mereka.
kecewa akan Wallis yg berubah dan kecewa akan dia yg tidak bisa jujur pada Wallis.
Tomy yg beranjak pulang dengan sepeda motornya mendapati Artemis yg sendirian di halte, dia berinisiatif menyamperi Artemis.
"Ar!!" Panggilnya sambil melambaikan tanganya.
Artemis yg merasa seseorang memanggil namanya mencari ke arah suara tsb, dia melihat Tomy Basah kuyup dimotornya. Tomy lekas turun dari motornya dan mendekati Artemis.
"Hey Ar, kok masih disini"
"Ah Tom, aku ketinggalan bus tadi, jdi mesti nunggu lagi" Jelas Artemis sambil memperhatikan Tomy yg basah kuyup.
"Kenapa kamu basah-basahan gtuh Tom" Lanjutnya dengan wajah yg khawatir.
Tomy tersenyum melihat ekspresi Artemis.
"Hujannya udah redaan kok Ar, ayo pulang sama aku, aku anterin" Ajak Tomy sambil mengusap-ngusap badannya yg basah.
"Ah.. rumah kita kan beda arah, kamu makin kejauhan lah Tom" Ujar Artemis merasa tidak enak menerima tawaran Tomy, sebenernya Artemis ingin sekali cepat-cepat pulang.
"Sesekali ini, sudahlah ayo aku tau kamu mau. sudah kubilangkan Ar didepanku kamu bisa bersikap jujur"
Tomy lekas menggandeng tangan Artemis dan membawa ke motornya, Artemis menurutinya dan memakai helm yg Tomy berikan.
ㅤ
ㅤㅤLampu lalu lintas menunjukan Warna merah, selama perjalanan Artemis hanya memegang jaket yg Tomy kenakan dan memberikan jarak duduknya diantara dia dan Tomy. Tomy yg menyadari kelakuan Artemis hanya senyum-senyum saja, baginya membonceng Artemis sudah membuatnya senang.
Disisi motor mereka yg berhenti terdapat mobil Mercedess Benz milik Wallis, Ya tanpa mereka sadari Wallis sedang memperhatikan mereka dari dalam.