[Vol. 1 - "Dandelion of Scarlet Flowers"]
‘Dimana ini…?’
Dengan pikiran yang berkabut, Eris Artemis tanpa sadar merasakan tubuhnya sedang berjalan.
Kepalanya terasa berat, ia merasa pusing dan kebingungan. Eris Artemis merasa takut dengan keanehan yang terjadi pada dirinya. Seperti boneka yang benangnya sedang dikendalikan. Dia dapat mengetahui tapi tidak dapat memahami kenapa dia bisa menjadi seperti ini.
Eris Artemis berjalan dengan pelan hingga akhirnya ia sampai di sebuah ruangan, dengan pandangnya yang buram dan tidak fokus dia melihat ke sekeliling.
Dia pikir ada banyak orang disana. Eris Artemis ingin berteriak untuk menarik perhatian orang-orang disekitarnya, tapi mulutnya tidak berubah bentuk sama sekali dan tetap menutup rapat, dan tubuhnya juga tetap berada diluar keinginannya.
Dengan kesadarannya yang minim, Eris Artemis sekali lagi memastikan bahwa ia hanya bisa melihat tanpa dapat berbuat apapun.
Di waktu yang sama orang-orang yang ada di dalam ruangan tersebut juga menyadari kehadiran Eris Artemis.
Seorang pria paruh baya dengan berpenampilan busana seperti bangsawan laki-laki yang ada dalam film dongeng anak-anak seperti barbie, cinderella, rapunzel, dan sebagainya yang mengambil latar belakang cerita di sebuah kerajaan barat, melambaikan tangannya ke arahnya, “Dandelion kamu disini.”
Lalu diikuti dengan sapaan dari beberapa pelayan dan tamu di dalamnya.
“Nona Muda.”
“Nona Dandelion Horgan.”
‘Dandelion? Apa itu aku? Tidak… Namaku bukan Dandelion Horgan. Namaku adalah Eris Artemis!’
Lagi, dengan pasrah dia hanya dapat melihat tubuhnya menjawab panggilan dari pria asing itu dan sapaan dari orang-orang asing lainnya. Dia menggerakkan tubuhnya dengan sendirinya. Menganggukkan kepalanya dan menjawab satu persatu sapaan yang datang kepadanya.
“Paman. Mr. Wood. Mohon lanjutkan pembicaraannya.”
Eris Artemis melangkah mendekati kesalah satu kursi yang kosong. Kemudian ia duduk dengan tenang.
Orang-orang ini sepertinya sedang berdiskusi tentang sesuatu. Banyak suara mengutarakan pendapat mereka, membuat kepalanya berdengung parah, semakin berat dan sakit.
Dia berharap dapat mengangkat tangannya untuk mengusap keningnya dan berteriak kepada orang-orang itu untuk diam.
Tapi tampaknya tidak ada satupun diantaranya yang dapat melihat kesulitannya. Dari permukaan, Eris Artemis tampil tidak beda dari biasanya sehingga mereka tidak menyadarinya sama sekali bahwa ‘Dandelion Horgan’ yang ada di samping mereka memiliki inti yang berbeda.
“... Diperkirakan Celah Abyss yang ada di Toxic Swamp tiba-tiba melebar. Jumlah Makhluk Gelap dan para Makhluk Undead dari Abyss meningkat secara tiba-tiba dan level mereka tidaklah rendah.”
“Kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana, beberapa prajurit pengintai kita telah hilang kontak. Oleh karena itu kita di Pangkalan Militer Aspen hanya dapat menyadari kejanggalan setelah pasukan Makhluk Gelap itu terdeteksi muncul di Padang Rumput Colemis—”
‘Retakan Abyss? Makhluk Gelap dan Undead? Apa itu? Apa aku berada dalam dunia fantasi? Oh… Sepertinya aku memang benar-benar sedang bermimpi.’ Pikir Eris Artemis tak sadar.
Dia hanya bisa berpikir begitu, tapi itu jelas bukan masalahnya. Dengan rasa sakit yang dia rasakan, dia tahu betul bahwa ini pastinya bukanlah mimpi.
Sambil berusaha untuk membuat dirinya terbiasa dengan rasa sakit yang dia rasakan, dia juga berusaha untuk memperhatikan keadaan sekitar.
Meskipun dia tidak dapat mendengar dengan jelas, karena terpengaruh dari rasa sakit yang dialaminya. Setidaknya dia masih dapat mengambil sedikit informasi dari pecahan suara yang dia dapat.
Kesimpulannya adalah dia sudah tidak lagi berada di bumi dan masanya juga berbeda dengan abad 21.
“Apa?! Bagaimana itu bisa terjadi? Bukankah retakan tersebut sudah mengecil? Dalam perang besar 20 tahun yang lalu, Raja Eugene dan para pahlawan pada waktu itu sudah berusaha keras menyegel beberapa retakan besar dan menghancurkan sisa dari mereka! Yang tersisa hanyalah retakan kecil di tengah Toxic Swamp.”
“Para penyihir dari Magic Tower di Ibu Kota Kerajaan memperkirakan, retakan tersebut dapat menutup dengan sendirinya dalam kurun waktu 25 tahun. 20 tahun sudah berlalu dan hanya tinggal sedikit 5 tahun lagi! Apa kamu bilang para penyihir sombong itu adalah pembohong!?”
Mendengar teriakan tajam itu, Eris Artemis tiba-tiba terkejut, dalam hati dia menggerutu, ‘Sangat bagus, ‘paman’ ini, dia ingin bercerita bukan? Raungan singanya terdengar sangat kuat. Kenapa dia tidak bisa bercerita dengan nada yang lebih lembut? Dia benar-benar tahu cara membuat sakit kepalaku terasa semakin parah, ugh!’
“... Kita hanya bisa mengambil kesimpulan dari situ, Jendral Clovis juga berpikir sama. Kejadian tersebut terjadi dengan sangat tiba-tiba dan sangat cepat. Jendral Clovis dan beberapa petinggi lainnya hanya bisa mengumpulkan seluruh pasukan yang ada di Pangkalan Militer Aspen untuk terjun langsung ke dalam peperangan.”
“Jendral Scott yang berniat untuk cuti juga tidak punya pilihan lain untuk menunda cutinya dan diperintahkan untuk memimpin pasukan. Kita pikir kita bisa bertahan sambil memperkuat dinding perbatasan negara, tapi tidak disangka situasi semakin memburuk di malam kemarin. Jendral Scott bahkan harus turun tangan secara langsung. Hanya saja—”
Bang!