Unexpected

Yeni fitriyani
Chapter #3

Kebetulan Ataukah Takdir

Bian duduk di kursi tepat di samping ranjang besi. Di mana seorang gadis telah terpejam kehilangan kesadaran. Wajahnya pucat bagai mayat tapi hangat masih terhantar dari tubuhnya.

Bian menghela nafas berat. Bibirnya terus meracau, menyangkal apa yang dipikirkan. Tampak sedang mengeja mantra untuk mengembalikan roh gadis di hadapannya.

Bian mencondongkan tubuh ke kasur putih gading, ditopang dua sikut tangan. Kedua telapak tangannya menyatu membentuk sebuah kepalan besar. Lantas tak henti memukul-mukul keningnya sendiri. Sementara di bawah ranjang, kaki kanannya juga terus bergerak naik turun. Perilaku khas orang yang sedang mencemaskan sesuatu.

"Apakah kecelakaan keluarga Kirana adalah kecelakaan yang sama dengan kecelakaan itu?" tanyanya pada diri. Sesekali Bian menggelengkan kepala untuk menghilangkan rasa takut dalam batin.

"Semoga ini hanya firasat buruk tak mendasar. Hanya satu kebetulan. Tak bertalian di antara keduanya. Tapi mengapa aku begitu cemas memikirkannya. Terlebih lagi setelah polisi tadi mengatakan korbannya satu keluarga. Seorang pria, istri dan anaknya. Bagaimana sama persis dengan kecelakaan yang terjadi padanya," gumam Bian. Kepalan tangannya mengeras menggembulkan otot-otot kasar.

"Aku harus pastikan," tubuh Bian tiba-tiba menegak membentuk sudut siku-siku.

Tak mau bergulat dengan rasa penasaran yang kian membuncah. Bian putuskan untuk bertanya pada polisi tadi. Saat itu yang dia butuhkan adalah satu jawaban untuk meredakan hasrat kemelikannya. Tak bisa di tunda-tunda lagi.

Tekad telah bulat. Bian bangkit dan mantap melangkahkan kaki keluar ruangan. Akan tetapi diambang pintu langkahnya terhenti. Kirana ditatapnya sebentar untuk memastikan kedua mata gadis itu masih terpejam. 

****

"Pak Gundar," seru Bian ragu. 

Gundar melirik pada sumber suara. Lantas mengangguk pada seorang suster untuk menjeda obrolan, karena kedatangan Bian.

"Ada apa dek?" tanya Gundar.

"Boleh saya bertanya sesuatu pak?" jawab Bian.

"Tentu. Silahkan."

Bian menelan saliva sebelum bertanya.

"Kalau saya boleh tahu. Bagaimana kronologis kecelakaan yang menimpa keluarga Kirana, pak?" tanya Bian.

Sungguh saat itu batinnya tak berhenti berdoa. Betapa besar harapnya mendengar jawaban yang melegakan dari mulut Gundar, yang membantah mentah-mentah semua praduganya.

Setelah Gundar menyimpan cangkir berisi kopi hitam yang kini tinggal setengah di atas nakas, di dekat dispenser. Gundar menunjuk satu bangku di dekat jendela.

"Mari kita bicara di sana," tunjuk Gundar.

Bian mengangguk, lantas mengekori Gundar dari belakang. Keduanya duduk di bangku saling berhadap-hadapan. Gundar tak langsung bercerita. Dia menatap Bian terlebih dahulu untuk memastikan.

Sebetulnya Gundar sempat sangsi untuk bercerita. Mengingat Bian masihlah sangat muda, yang tak lain hanya seorang pelajar putih abu-abu. Gundar cemas jika anak muda di hadapannya itu tidak bisa menerima dan tidak sanggup mendengar penjelasan darinya. Bagaimanapun juga tema dari ceritanya adalah kisah tragis yang nyata terjadi. Bukanlah sebuah cerita belaka.

Kebanyakan orang akan mengalami trauma hanya mendengarkan saja. Akan tetapi setelah melihat ketulusan dan rasa peduli Bian pada Kirana tadi. Gundar akhirnya percaya, kalau anak SMA ini memiliki nurani yang kuat. Rasanya sanggup menerima informasi ihwal kecelakaan ini.

"Ehem," Gundar membenahi posisi duduk. Lantas mulai bercerita.

"Kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 11 s/d 12 malam tadi. Tepat di jalan tol Cipularang. Berdasarkan informasi yang kami peroleh dari saksi mata. Mobil pak Wisnu berangkat dari arah Jakarta menuju Bandung dengan kecepatan sangat tinggi."

"Nahas tepat di Km 91 mobil pak Wisnu menabrak sebuah mobil yang tiba-tiba mengerem tajam di depannya. Padahal menurut saksi mata tak ada apa pun yang menghalangi mobil tersebut. Bahkan mobil di depannya-pun berjarak cukup jauh. Tak ada alasan untuk melakukan pengereman mendadak seperti itu."

"Benturan hebat diantara dua mobil tak bisa terelakkan. Terlebih lagi mobil pak Wisnu saat itu sedang melaju dengan kecepatan tinggi."

Lihat selengkapnya