"Sudah ah sedihnya. Mending kita senang-senang sekarang," ujar Bian.
"Memang sekarang mau ngapain?" tanya Kirana.
"Ikut saja," Bian menarik tangan Kirana. Setelah membayar kopi dan ketan yang mereka makan.
"Mau ke mana sih?" tanya Kirana curiga di atas motor.
"Kita main ayunan."
"Hah. Ayunan."
Setelah beberapa menit naik motor. Kirana dan Bian tiba di gerbang sebuah tempat wisata The Lodge di daerah Maribaya Bandung.
"Kita main Sky Swing," Bian menjentikkan kedua alisnya.
"Enggak mau. Takut," Kirana bergidik sambil geleng-geleng kepala.
"Begitu saja takut. Disana kamu bisa teriak sekencang-kencangnya," Bian menarik tangan Kirana untuk membeli tiket masuk. Tanpa memedulikan pendapatnya.
"Takut Bian," Kirana terus mengoceh tapi tetap mengikuti langkah Bian.
"Kamu mau melepaskan beban di dada kan. Nah teriak di sini di jamin bisa melapangkannya," Bian memberikan satu tiket pada Kirana.
"Serius?"
"Beneran Kirana. Coba dulu. Terus rasakan perbedaannya deh. Before and after-nya," Bian melotot sambil ngangguk-ngangguk untuk meyakinkan Kirana.
"Ehhhmmm takut."
"Kamu coba lawan rasa takut itu ya. Ya. Ya."
"Hem. Ya sudah. Aku coba."
"Yessss," Bian menyikutkan kepalan tangannya.
Setelah bersitegang, Mereka akhirnya masuk. Mata keduanya menyapu seluruh area wisata tersebut. Hampir seluruh interior dan eksterior tempat wisata The Lodge ini terbuat dari kayu. Sehingga terkesan lebih menyatu dengan alam sekitar. Kirana beberapa kali menarik tangan Bian untuk berselfie-selfie ria.
Bian yang sebenarnya tidak terlalu suka berfoto-foto. Tapi demi Kirana. Bian rela melakukan segalanya. Apa pun yang Kirana suka atau apa pun yang membuatnya senang. Bian akan ikut senang melakukannya.
Tak jauh dari tempat terakhir mereka berfoto. Mereka akhirnya melihat satu wahana yang sedari tadi Bian ceritakan. Bian menarik tangan Kirana. Tapi sebelum masuk. Bian berhenti sebentar di samping aliran air jernih yang berasal dari air terjun Maribaya.
"Kirana," panggil Bian.
Tanpa diduga Bian menyendok air dingin dan mencipratkannya ke wajah Kirana.
"Bian gila," teriak Kirana.
Kirana terlihat kesal. Sementara Bian terkekeh menertawakan Kirana yang sibuk mengibas-ngibas air di rambut dan wajahnya.
"Ekspresi kamu lucu banget tahu."
"Namanya juga kaget. Pasti enggak kontrollah ekspresinya," Kirana manyun seperti bebek.
"Jangan manyun ah jelek." Bian mengusap air di rambut Kirana. Sambil terus terkekeh melihat Kirana kesal.
"Ayo kita ke sana," Bian menarik tangan Kirana lagi.
****
Kirana menjerat tangan Bian yang sedang menunggu gilirannya untuk naik ayunan.
"Bian dalam banget," Kirana menunjuk lembah yang menganga di hadapannya.
"Jangan lihat dalamnya. Lihat pemandangan di depan sana. Bagus banget kan."
Bian menunjuk hutan pinus di seberang sana. Hutan pinus yang hijaunya bergradasi dari yang tua hingga muda. Dari yang tumbuh di lembah terdalam hingga yang tumbuh di bukit paling atas.
"Jangan dikalahkan rasa takut. Kamu cukup nikmati hembusan angin yang menerpa wajahmu nanti. Kamu pasti akan. Percaya sama aku," Bian menggenggam erat tangan Kirana.
"Kamu dulu ah," ujar Kirana.
"Lady's first dong," sahut Bian
Kirana cemberut di hadapan Bian.