Kirana melangkah gugup memasuki gedung perkantoran di pusat kota Bandung. Hari ini adalah hari pertama dirinya masuk kerja. Setelah sebulan lalu lulus kuliah.
Sebelum membuka pintu kantor. Kirana merapikan rok, kemeja dan rambut panjangnya terlebih dahulu. Lantas melambai pada Riko sang sahabatnya di ujung trotoar.
"Terima kasih ya," ujar Kirana tanpa suara.
"Semangat," teriak Riko di tepi jalan.
Kirana masuk lalu mendekati meja resepsionis.
"Selamat pagi mbak," sapa Kirana.
"Oiya. Ada yang bisa saya bantu," ujar sang resepsionis.
"Saya mau bertemu dengan mbak Anggi. Ini hari pertama saya masuk kerja."
"Oh seperti itu. Selamat ya mbak. Oiya dengan mbak siapa ini?"
"Saya Kirana," Kirana mengulurkan tangan.
Setelah berjabat. Resepsionis itu mengarahkan Kirana. "Ayo mari ikut dengan saya."
Kirana memasuki sebuah ruangan. Dimana di dalamnya di penuh meja yang disusun rapi dan bersekat kaca mengilat. Semua orang melirik sebentar ke arah Kirana, lalu kembali fokus menatap layar komputer di hadapannya.
Resepsionis itu mengajak Kirana masuk ke dalam sebuah ruangan HRD tempat Anggi bekerja. Kirana dan Anggi sebenarnya sudah tiga bertemu dalam proses recruitment kemarin dan hari ini Anggi meminta Kirana untuk tanda tangan kontrak kerja. Lantas diajak berkeliling kantor sebagai pengenalan lingkungan kerja terlebih dahulu.
"Mbak Kirana nanti duduk di sini. Tapi sekarang kita berkeliling dulu, menyapa rekan-rekan kerja lainnya. Supaya mbak Kirana kenal," ujar Anggi
"Baik Mbak,“ sahut Kirana sambil tersenyum
Hari ini Kirana mengenyahkan segala ego dihatinya. Senyum yang sangat jarang Kirana umbar. Di sini, di tempat yang berbeda. Kirana menebarkan senyum manisnya ke sana kemari pada setiap orang yang di jumpainya.
"Ini ruangan Kepala Bagian Produksi yang akan menjadi atasan langsung mbak Kirana. Kemarin beliau tidak bisa menginterviu mbak Kirana, karena sedang ada meeting di luar kantor."
"Oh seperti itu," Kirana mengangguk.
Anggi mengetuk pintu. Lalu terdengar suara pria mempersilahkan masuk. Anggi mendorong engsel dan begitu pintu terbuka. Mata Kirana membulat. Terkejut bukan main melihat sosok pria yang tak asing lagi baginya.
Pria yang sedang duduk di mejanya pun tak kalah terkejut. Kedua matanya berbinar-binar menyadari kedatangan Kirana.
"Kirana," ujar pria itu tiba-tiba membuat Anggi terkejut.
"Surya," sahut Kirana.
"Ini benar-benar kamu Kirana."
Kirana mengangguk.
"Pagi pak. Ini mbak Kirana Maheswari. Staf Admin Produksi yang baru," ujar Anggi.
Surya sedikit mengacuhkan Anggi. Dia fokus menatap Kirana yang tampak cantik dengan setelan kerjanya.
"Aku senang bisa bertemu denganmu lagi. Dan tak di sangka tanpa aku duga kamu ternyata bergabung dengan perusahaan kita," senyum di bibir Surya mengembang sempurna laksana cahaya mentari.
"Anggi ini adik kelas saya sewaktu di kampus," Surya melirik Anggi yang melongo.
"Saya tahu kalau bapak dan mbak Kirana satu kampus. Tapi tidak menyangka kalau kalian berdua sedekat ini," sahut Anggi seraya tersenyum pada Surya.
"Benar kami sangat dekat di kampus,“ ujar Surya.
Kirana senyum canggung mendengar perkataan Surya. Dia menggaruk anak rambut di kening mengingat perlakuannya dulu pada Surya.
"Oh iya kita harus tetap saling bersalaman kan. Walau sudah saling kenal," ujar Surya.
Kirana maju selangkah meraih uluran tangan Surya. Mereka bersitatap begitu canggung.
"Baiklah silahkan lanjutkan berkeliling. Nanti kita bicara lagi ya Kirana," ujar Surya.
Surya tahu persis kalau Kirana saat ini pasti sangat tidak nyaman. Setelah mengetahui dirinya ternyata atasannya sekarang. Untuk itu, Surya tidak mau berlama-lama menahan Kirana. Meski hatinya begitu bahagia bisa bertemu lagi dan ingin sekali mengobrol banyak dengan perempuan yang dulu sangat jutek padanya. Akan tetapi berhubung ada Anggi, Surya merasa tidak begitu leluasa dan takut ada kecurigaan darinya.
Anggi mengangguk lalu mengajak Kirana keluar ruangan. Tepat sebelum pintu ruangan benar-benar tertutup. Kirana bisa melihat senyum semringah Surya di balik pintu. Sementara Kirana menelan ludah mengingat sikap kasarnya dulu. Saat terakhir kali mereka berpisah.
Setelah Kirana memperkenalkan diri pada seluruh karyawan. Anggi menyuruh Kirana untuk menunggu di meja kerjanya.
"Mbak Kirana silahkan duduk di sini. Nanti ada mbak April yang akan memberi arahan tentang SOP dan apa yang akan mbak Kirana kerjakan." ujar Anggi.
"Baik mbak terima kasih." Kirana mengangguk.
"Saya tinggal dulu ya. Mbak April sepertinya sedang sibuk sekarang. Jadi di tunggu saja ya."
"Baik," Kirana mengangguk lagi. Lalu duduk di kursinya.
Kirana menghela nafas melonggarkan rasa gugup di hatinya. Di atas meja jari jemarinya terus saling meremas. Resah mengetahui Surya adalah bos di kantor barunya. Kirana celingukan ke kanan dan ke kiri. Lalu mengotak-ngatik komputer yang sudah menyala untuk mengenyahkan perasaan gugup itu.
"Semoga berjalan lancar," ujar Kirana pelan.
Baru saja rasa gugup itu berpendar di hati. Wajah Surya tiba-tiba muncul di hadapannya seraya mengembangkan senyum.
"Saya ada meeting. Ada yang bisa menemani?" ujar Surya seraya menyapu ruangan besar itu.
Semua orang celingukan saling tatap. Mereka sepertinya enggan mengajukan diri karena sibuk dengan perkerjaan mereka masing-masing. Lalu dari sudut ruangan seseorang tiba-tiba nyeletuk.
"Pak ada mbak Kirana staf baru kita. Jika berkenan bapak bisa mengajak mbak Kirana untuk pengenalan awal," ujar seorang staf wanita.
"Boleh," ujar Surya mengangguk cepat.
Kirana menatap Surya yang tersenyum jahil padanya.
"Mbak Kirana mari ikut dengan saya untuk mempersiapkan dokumen yang akan dibawa," ujarnya sambil mengangkat kedua alisnya.
"Baik pak," Kirana beranjak dan mengikutinya dari belakang. Kirana tertegun menatap tubuh tinggi Surya yang terlihat gagah berbalut jas berwarna hitam.
"Tidak usah gugup. Santai saja Kirana,” ujar Surya, membuat Kirana tersentak.
Surya berbalik ke belakang. Spontan menghentikan langkah Kirana.
"Aku senang melihatmu lagi. Ini pertanda kita berjodoh Kirana," Surya lantas menunduk mensejajarkan tinggi mata keduanya. Sementara Kirana mematung hanya bisa tersenyum tipis.
****
Kirana membuka buku untuk mencatat isi meeting hari ini. Dia menegakkan tubuhnya di senderan kursi dengan tatapan serius. Lalu merapikan rambut dan menyelipkannya ke daun telinga. Khas perilaku anak baru yang terlihat begitu gugup sekaligus antusias. Sementara di sampingnya, Surya tak henti-henti tersenyum melihat sikap Kirana bertolak belakang dengan sikapnya di kampus dulu.
Surya berdiri di depan seluruh tamu yang hadir dan mulai menjelaskan program kerja dalam presentasinya kali ini. Kirana mengerutkan kening, pertanda begitu serius memperhatikan. Tangannya dengan lincah mencatat setiap detail yang dikatakan Surya dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan para undangan.
Surya mulai menjawab satu demi satu pertanyaan. Hingga suatu ketika tangan Kirana berhenti mencatat. Takjub melihat Surya menjawab seluruh pertanyaan dengan percaya diri dan terlihat begitu berkarisma. Wajahnya yang memang sedari dulu tampan membuat semua tamu wanita yang hadir terlihat terpesona menatapnya.
Kirana menggelengkan kepala untuk mengembalikan fokus dan kembali mencatat hal-hal penting yang disampaikan Surya.
Rapat akhirnya selesai tepat satu jam sebelum jam makan siang. Berhubung rapat hari ini diadakan di luar kantor bersama klien. Surya menghentikan mobil di sebuah Cafe di daerah Gasibu Bandung.
"Kita tidak langsung ke kantor pak?"
"Kita makan saja. Sebentar lagi juga jam makan siang."
Berhubung dirinya anak baru. Kirana mengikuti saja apa mau bosnya.
"Kamu apa kabar?" tanya Surya di sela menunggu pesanan datang.
"Baik. Seperti yang bapak lihat."
"Kamu masih saja ketus. Aku beri saran. Kalau di dunia kerja di larang sombong dan jutek. Tidak baik Kirana."
Kirana tersenyum terpaksa.
"Iya saya paham pak."
"Satu hal lagi. Kalau kita sedang berada di luar kantor. Kamu panggil Surya saja. Jangan Bapak. Aku berasa tua," Surya nyengir.
"Sekarang sudah berbeda pak. Bapak adalah atasan saya. Tidak sopan memanggil bapak. Hanya nama saja."
"Kan kalau di luar kantor Kirana."
"Baiklah pak." Kirana mengiyakan saja. Tidak mau berdebat panjang dengan orang ini
"Tuh kan masih bapak."
"Iya Surya."
"Bagus. Sekarang kita makan." ujar Surya semringah.
****
Satu per satu pegawai mulai meninggalkan kantor, karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore.
"Sudah jam pulang. Mbak Kirana bisa pulang hari ini," ujar Anggi.
"Oh baik mbak terima kasih."
Setelah Kirana mematikan komputer. Dia keluar gedung kantor dan berjalan menuju halte untuk menunggu angkot yang lewat. Di saat dirinya sedang asyik menunggu sambil menggunakan headset – mendengarkan lagu-lagu kesukaan. Tiba-tiba mobil sedan berwarna hitam berhenti tepat di hadapannya. Kaca depan mobil terbuka dan seseorang mulai menampakkan diri.
"Aku antar," ujar Surya sambil melambaikan tangan.
"Pak Surya."
Beberapa karyawan yang saat itu sedang menunggu angkot. Langsung melirik pada Kirana dan orang yang ada di dalam mobil. Mereka berbisik-bisik saat menyadari kalau orang yang ada di dalam mobil adalah Surya.
"Ayo naik Kirana," ajak Surya.
"Tidak usah pak. Saya naik angkot saja," Kirana mengibas-ngibaskan telapak tangannya.