"Bisakah kamu sedikit saja membuka hati untukku?"
Kirana diam tidak menjawab. Dia hanya bisa memandangi mata Surya yang dengan tulus mengatakan cinta padanya.
"Berapa juta kali lagi, aku harus katakan padamu. Berapa juta kali lagi, aku harus mengutarakan isi hatiku. Aku mencintaimu Kirana," Surya menatap tajam mata Kirana.
"Berapa juta kali lagi, aku harus katakan padamu. Kalau hatiku milik seseorang," sahut Kirana teguh dengan pendiriannya.
"Siapa? Dimana dia sekarang? Apa dia ada disisimu? Dimana dia saat kau terluka dan kesepian? Apa kamu yakin dia akan kembali," ujar Surya
"Dulu dia selalu ada untukku Surya."
"Dulu. Sekarang siapa yang melakukan itu padamu. Dia atau aku."
Kirana terdiam
"Jangan bergulat dengan bayangan Kirana. Sadarlah. Siapa pun dia. Bagaimanapun ceritanya. Lupakan dia yang sudah menyakiti dan mencampakkanmu. Kau harus tahu. Aku di sini telah berjuang keras untukmu. Sekarang. Saat ini. Sampai kapan pun. Nyata. Bukan semata-mata bayangan yang tak berwujud."
"Pegang tanganku. Pegang wajahku. Pegang dadaku yang berdebar setiap kali kamu menatapku. Aku ini nyata yang begitu mencintaimu dengan tulus," Surya memetakan tangan Kirana hingga berada di dadanya.
"Aku tahu."
****
Setahun berlalu
"Terima kasih Kirana sudah bersedia."
"Aku cuma bersedia ikut ke Bali. Bukan menjadi kekasihmu."
Surya tersenyum karena bahagia. Setidaknya Surya tahu Kirana kini mau membuka hatinya. Meski setitik. Meski sejengkal. Bagi Surya itu adalah hal yang baik.
"Iya. Siapa tahu di sana ada keajaiban dan Kirana yang cantik menurut Surya seorang ini. Mau menerima cinta sejati sang Surya."
"Dih malesin," ujar Kirana ketus seperti biasanya.
Surya kembali tersenyum.
"Ya sudah besok kita berangkat. Jadi kamu siap-siap sekarang. Besok jam delapan aku jemput."
Hem.
Kirana melambaikan tangan pada Surya dengan wajah datar. Sementara Surya melemparkan ciuman jauh pada Kirana dari dalam mobilnya.
****
Setelah Shalat subuh. Kirana menggerek koper dari kamarnya. Lalu menyimpannya di halaman. Kirana minum susu coklat terlebih dahulu untuk menghangatkan tubuh dari hawa dingin kota Bandung.
Tepat pukul delapan pagi suara bel rumah Kirana berbunyi nyaring. Kirana segera bergegas membuka pintu.