Malam minggu, hari yang ditunggu-tunggu oleh sebagian orang, dimana berbagai tempat maupun rumah terasa hangat dengan kehadiran beberapa orang yang berkumpul dan bercengkrama dengan gembira. Akan tetapi, malam yang sangat panjang, dengan hawa dingin yang menusuk-nusuk hingga ke tulang, serta angin yang berhembus kencang melalui celah-celah jendela, terasa sangat mencekam pada suatu rumah yang gelap. Arabelle Watsons, dengan badan mungilnya, mulai bersembunyi di balik selimut tebal yang ia miliki, dengan badan yang tidak berhenti menggigil, serta tangan yang menutup telinganya, ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengeluarkan suara dan tangisan yang ia pendam.
PRANG! PRANG!
bunyi pecahan kaca yang tiada hentinya, serta suara teriakan yang telah terdengar selama 10 menit lamanya, kian menakuti Arabelle kecil yang terbangun pada malam itu. Hingga akhirnya, ia mendengar suara tangis ibunya. "Tidak! jangan!" teriak Arabelle dalam tidurnya, dimana akhirnya ketokan pintu membangunkannya.
TOK, TOK, TOK!
"Arabelle?" suara lembut yang terdengar khawatir, dengan ketokan pintu yang terdengar cukup keras, telah membangunkan Arabelle dari mimpi buruknya akan masa lalu yang terus menghantui. Arabelle yang sudah tersadar, mulai menenangkan dirinya sembari menghela nafas yang cukup panjang. "Aku tidak apa apa bu, kembalilah ke kamar ibu," jawab Arabelle dengan nada lembut.