Unfair Marriage

Shinta Puspita Sari
Chapter #1

#1 Pernikahan Rey dan Nara

Tok, tok, tok!

Terdengar suara pintu diketuk. Nara yang sedang duduk di tepi ranjang kamar hotel tempat dia mempersiapkan diri dengan baju pengantinnya, terperanjat dan seketika memudarkan lamunannya.

“Zel, ini aku,” suara Maura sedikit menenangkan Nara. 

“Masuk Ra, nggak dikunci,” Nara menyahut dengan suara pelan.

Maura masuk, mengunci pintu rapat-rapat lalu berjalan mendekati gadis yang sudah seperti sepupunya sendiri, dan duduk di kursi yang tak jauh dari Nara. Di tanganya tergenggam gelas plastik berisi kopi kesukaan Nara.

“Ra, kenapa harus aku yang menikah dengan Rey?” keluh Nara dengan suara tersedu-sedu menahan tangis. 

Maura menatap Nara dengan penuh empati. Gadis ini adalah putri angkat dari paman dan bibinya, dan sejak kecil mereka berteman dekat. Dia sangat memahami perasaan Nara saat ini.

“Minum dulu, kamu pasti butuh ini Nar. Sebelum kopi menjadi barang mahal buatmu,” Maura menyodorkan segelas kopi dingin rasa almon dengan brown sugar kesukaan Nara yang dia beli saat perjalanan menuju hotel. 

“Kamu benar Ra. Bisa jadi ini adalah kopi terakhir yang bisa kuminum,” Nara merebut minuman kopi di tangan Maura. Menyedot es kopi rasa almon itu tanpa jeda. Maura menggeleng-gelengkan kepalanya. Ujung bibirnya sedikit terangkat.

“Harusnya kamu nikah dengan barista, Nar, atau seorang coffe snob mungkin?” sindir Maura. 

Nara melemahkan bahunya. “Kabar baik Ra karena Tuhan benar-benar mendengar doamu. Kabar buruknya, Rey adalah seorang coffe snob.”

“Bagus dong, Nar. Kamu bisa sepuasnya minum kopi bersama Rey. Bukankah begitu?”

“Seharusnya seperti itu Ra, kalau aku tetap menjadi Nara Anasha Putri, bukan Grizela. Aku bisa melihat dan merasakan hidupku setelah ini akan berakhir Ra!” jawab Nara dengan putus asa.

“Kamu masih bisa minum kopi di rumahku Nar. Menikah dengan Rey bukanlah akhir dari segalanya.”

“Kamu nggak tahu apa yang kurasakan Ra!” Nara bersikeras.

“Aku yakin kamu akan jatuh cinta kepada Rey. Lihat saja nanti Nar. Aku berani taruhan. Rey akan menggeser kedudukan kopimu,” Maura mendekatkan wajahnya pada Nara.

Nara tertawa kecil. Sedikit sinis. “Aku tak percaya cinta. Karena hanya kopilah satu-satunya benda yang bisa buat aku bahagia.”

“Rey bisa menggantikan kopi untukmu Nar.”

“Maksudmu, Ra?” Mata Nara membelalak.

“Rey bisa membuatmu jauh lebih bahagia ketimbang kenikmatan yang kamu dapat dari sekeder menyesap kopi. Mungkin?” Maura mengangkat alisnya seraya mengedikkan kedua bahunya.

“Grizela sudah siap?” suara mbak Ova pemilik Wedding Organizer Planner tiba-tiba terdengar dari balik pintu lalu disusul dengan ketukan pintu yang terdengar lebih kencang dari biasanya. Suara Mbak Ova kali ini terdengar sedikit menyeramkan bagi Nara. 

 “Ra, aku merasa nggak bisa menikah dengan Rey,” Nara kembali menegaskan.

“Kamu pasti bisa Nara. Pernikahanmu tinggal beberapa menit lagi. Nggak mungkin kamu batalkan semuanya.”

Lihat selengkapnya