Unfair Marriage

Shinta Puspita Sari
Chapter #4

4. KISAH ROMANTIS ITU, DIMULAI...

Resort di siang hari terasa sedikit menyengat. Angin yang kencang membuat dedaunan melambai-lambai. Rey dan Nara bersiap-siap pergi ke Danau Weekuri. Danau Weekuri adalah salah satu danau yang airnya berwarna biru muda. Danau ini sebenarnya sebuah Laguna karena airnya berasal dari laut yang masuk melalui celah-celah batu karang. Letak danau ini dekat dengan Nihiwatu Resort. Perjalanan ke Danau Weekuri mereka tempuh dengan menggunakan mobil selama kurang lebih dua jam. Medan yang dilewati untuk mencapai danau ini tidak mulus, masih ada beberapa jalan yang bergelombang sehingga membuat Nara dan Rey harus berpegangan tangan saat menaiki mobil jeep agar tidak jatuh.

“Wow, eksotis sekali,” Nara tercengang melihat keindahan Danau Weekuri.

“Mau kuajari berenang sekarang?” Rey memicingkan matanya.

“Boleh.”

Mereka berenang di sekitaran Danau Weekuri. Rey terlihat sangat bahagia. Meledek dan mengajari Nara yang disangkanya tak bisa berenang. Nara yang berpura-pura tak bisa berenang, menujukkan akting terbaiknya di depan Rey. Laki-laki itu mengajari teknik dasar berenang kepada Nara dengan penuh kesabaran. Sesekali Nara menenggelamkan dirinya hanya untuk membuat Rey cemas dan marah-marah. Rey yang sangat panik melihat Nara tenggelam, bergegas menarik kuat-kuat dan menopang tubuh Nara yang lumayan berat.

“Zel kurasa program dietmu harus kau lanjutkan,” ucap Rey menggoda.

Nara langsung cemberut dan memukulnya dengan keras. Melihat Rey tertawa, dia kembali merasakan ada getaran di bagian dadanya. Rasa yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Kenyamanan berada di sisi Rey adalah salah satu alasan mengapa Nara terlihat lebih ramah dari awal mereka datang.

"Aku baru melihatmu seceria ini Zel,” ucap Rey.

“Masa?” Nara menyatukan alisnya.

“Ya, aku rasa setelah kita menikah kamu terlihat sangat berbeda. Tapi aku suka.”

“Sepertinya pesona Nihiwatu benar-benar telah menghipnostismu Zel,” tambah Rey.

“Memang aku yang dulu seperti apa?” Nara menyelidik.

Rey tergelak. Baru kali ini Nara benar-benar melihat Rey tertawa puas.

“Kau itu dulu sangat menyebalkan. Seperti anak-anak. Kita selalu meributkan hal-hal kecil. Sepele. Sangat tidak penting!”

“Lalu kenapa kau menikahiku Rey?”

Rey terdiam. Dia merasa sudah salah bicara. Grizela yang dulu memang lebih kekanak-kanakan. Waktunya sebagian besar dihabiskan hanya untuk main-main dan menulis. Sulit bagi Rey untuk mengajaknya melakukan hal yang lebih berguna ketimbang berkumpul dengan teman-teman di kafe atau berpesta sampai larut malam. Rey pikir, itu semua hanya buang-buang waktu saja.

Rey menginginkan pasangan hidup yang sejalan dengannya. Tak terlalu banyak menghabiskan waktu hanya untuk hura-hura. Namun, Grizela selalu menolak dengan berbagai alasan, saat Rey memintanya mengurangi waktu untuk main bersama teman-temannya dan memintanya menemani Rey menghadiri ke sebuah acara kantor. Padahal tidak mungkin bagi Rey datang seorang diri ke acara undangan yang dihadiri oleh para eksekutif muda. Bahkan dalam hal berpakaianpun Grizela sedikit sulit. Apa salahnya memakai gaun dan sedikit polesan yang membuatnya terlihat sempurna. Atau lebih tepat dikatakan pantas.

“Zel, ayolah kau temani aku datang ke acara kantor nanti malam. Please.”

“Maaf Rey. Aku tidak bisa. Hari ini aku ada janji. Temanku ulang tahun. Dia editor novelku yang pertama.”

“Kau bisa kan Zel, mengucapkan selamat ulangtahun lewat telepon dan berkata tidak bisa hadir karena ada urusan jauh lebih penting?” ucap Rey dengan sedikit jengkel.

“Hah? Tidak bisa. Hubungan relasi dengan dia juga penting untuk karirku,” ucap Grizela dengan sedikit teriak.

Bukan begitu maksudku Zel. Acaramu penting tapi aku pikir acaraku lebih penting Zel. Kau tega membiarkanku datang seorang diri?”

“Kau egois, Rey! Jangan pernah mencoba hubungi aku lagi, atau kita benar-benar selesai!” Grizela langsung memutus pembicaraan dan memblokir semua akses komunikasi dengan Rey. Semuanya!

Rey mencoba menghubungi kembali Grizela, tapi tidak bisa. Rupanya Grizela kembali memblokir nomor ponselnya seperti yang biasa dia lakukan. Rey menarik paksa napasnya yang terasa sesak. Dia merasa lelah. Kejadian seperti ini, sebelumnya sering terjadi. Grizela sering menolak untuk menemani Rey menghadiri acara kantor, tanpa alasan yang jelas.

Rey masih termenung mengingat semua hal tentang Grizela.

“Kenapa kau menikahiku Rey,” desak Nara.

“Tak perlu kujawab Zel.”

“Itu sangat penting bagiku Rey,” Nara berjalan menjauhi Rey.

“Apakah sebuah cinta itu butuh alasan?” Rey merengkuh pinggang Nara dari belakang.

Nara menggeleng pelan.

“Aku mencintaimu tanpa alasan Zel. Seperti kataku kemarin. Matahari tetap bersinar walau kehadirannya kadang dicaci. Tak ada alasan bagi matahari untuk tidak memberikan sinarnya Zel. Karena matahari tahu, kehadirannya sangat dibutuhkan oleh semua makhluk di bumi. Tanpa terkecuali. Begitupun juga kita. Aku hanya tidak bisa kehilanganmu.”

Jantung Nara berdebar tanpa alasan. Meski dia tahu bahwa seluruh perasaan dan ketulusan Rey, bukan untuknya. Wajahnya mendadak layu.

“Tapi, Rey. Saat aku di rumah sakit, kenapa kau tak coba mencariku?”

“Menurutmu? Aku hanya tidak sampai lapor polisi saja.”

Nara terkejut dan melepaskan rengkuhan Rey. Dia membalik tubuhnya dan menatap Rey dalam-dalam.

 “Lalu kenapa kau tak bisa menemukanku?”

“Aku tidak tahu. Aku mencoba mencari ke seluruh kenalanmu yang aku tahu. Begitu juga ke penerbit bukumu. Aku menelepon Tantemu padahal aku tahu kalau kau tidak terlalu menyukainya. Kau menghilang di telan bumi, Zel. Aku tidak tahu kalau kau memiliki saudara di Jakarta. Maafkan aku, Zel.”

“Kalau ternyata saat aku kecelakaan, kehilangan satu kaki atau bahkan kedua mataku. Kau masih mau menerimaku?”

“Zel?”

“Jawab aku!”

Rey memeluk Nara dengan erat. “Ada apa ini Zel? Apakah seburuk itu kecelakaan yang kau alami? Maafkan aku tidak menemanimu. Aku bersyukur kau baik-baik saja.”

Air mata Nara mengalir begitu saja. Harusnya Rey bisa menemukan Grizela sehingga semuanya tidak akan serumit ini. Harusnya mereka bisa menyelesaikan masalah tanpa harus saling pergi.

“Zel, aku mencintaimu.”

Ya Tuhan. Mengapa kata-kata Rey terdengar sangat tulus. Grizela sangat beruntung bisa memiliki seseorang sebaik dan sepengertian Rey. Grizela harus tahu kalau Rey pasti akan menerima semua kekurangannya.

“Setelah ini kita akan melihat penyu,” bisik Rey.

“Aku pikir cukup untuk hari ini Rey.”

“Bukankah itu impianmu Zel. Kamu selalu mengatakan ini padaku. Kau selalu bermimpi bermain dengan penyu dan kau bilang mimpi itu seperti nyata kan Zel?”

Lihat selengkapnya