Langit kembali membiru setelah menumpahkan sebagian isinya. Kota Jakarta yang diguyur hujan deras tak menyurutkan semangat Nara untuk beranjak dari apartemennya. Udara yang dingin seharusnya membuat Nara betah bermalas-malasan. Menghabiskan waktu seharian menonton serial drama yang sulit dia lakukan saat masih bekerja. Sebuah lelucon yang menggelikan ketika dia memilih untuk resign agar mendapatkan hari-hari tenang seperti pagi ini, namun justeru kejutan lainnya datang. Membuat impiannya menjadi pengangguran kembali menjadi hal yang sulit.
Meski begitu, Nara terlihat lebih antusias menyambut pagi. Padahal semalam dia tak bisa memejamkan matanya sama sekali. Pikirannya masih bergelut kuat tentang perempuan misterius yang dia temui.
Pukul tujuh pagi Nara sudah bersiap menenteng tas bahunya. Sesekali memandang jam yang melingkar di tangannya. Jam tangan berwarna senada dengan celana baggy yang dia kenakan. Berdiri mondar-mandir di belakang pintu. Menunggu Lian datang untuk menjemputnya.
“Lama sekali!” gerutunya setelah mendengar bel pintu apartemennya berbunyi. Dia segera membukanya.
“Nar!” Lian menerobos masuk.
“Ini. Baca dulu. Kau pasti tak percaya,” Lian menyerahkan salinan data Grizela kepada Nara. Lalu memilih duduk menyantap roti cokelat yang tersaji di atas meja.
“Kau yakin ini tak menyalahi sumpah doktermu? Kau menyebarkan data pribadi pasien pada orang lain,” tanya Nara yang kembali meletakkan tasnya kemudian duduk di depan Lian yang baru selesai tugas jaga malam dan tampak seperti zombi kelaparan.
Nara membacanya dengan serius. Matanya tak berkedip hanya untuk memastikan data yang dia baca tidak salah. Dalam berkas tersebut tertulis nama lengkap Grizela Anasha Putri. Dengan tanggal lahir dan golongan darah yang sama dengan Nara.
“Aku mempertaruhkan segalanya untuk mendapatkan data itu dan memberikannya padamu.”
“Serius Li!”
“Sejak kapan aku suka bercanda tentang masalah seperti ini Nar? Bahkan perihal binaragawan yang akan kukenalkan padamu pun aku serius,” ucap Lian setelah menelan bulat-bulat roti cokelat miliknya.
Nara duduk merapat. “Lupakan laki-laki berotot itu!” bisiknya pada telinga Lian.
Nara kembali berkonsentrasi membaca lembaran data informasi lengkap mengenai Grizela, semakin lama semakin tak percaya.