Unfair Marriage

Shinta Puspita Sari
Chapter #19

19. BULAN MADU KEDUA


Tak lama setelah Nara mematikan sambungan teleponnya, Nara menghangatkan beberapa makanan yang sudah dia pesan dari sore. Dia menatanya di meja. Lalu terdengar suara mobil Rey terparkir di pelataran.

“Zel,” panggil Rey dengan suara yang semakin terdengar dekat.

“Iya.”

Rey menatap Nara dengan wajah penuh penyesalan. “Maaf aku pulang terlambat dan aku harap tak merusak makan malam kita,” ujar Rey meraih tangan Nara dan meletakannya dikedua pinggangnya.

“Kau datang tepat waktu Rey di saat aku merasa lapar,” Nara menahan dan menutupi bunyi keroncongan perutnya agar tak terdengar oleh Rey.

“Kau pandai membuatku merasa tak bersalah Zel.”

“Yakin kau tak marah?” Rey bertanya lanjut dengan kedua tangannya menggenggam pipi Nara.

Nara menggeleng dan melepaskan kedua tangannya dari pinggang laki-laki berkemeja putih itu. Menarik kursi ke belakang kemudian duduk. Matanya memandang beberapa makanan yang sudah tersaji. Aromanya yang lezat membuat Nara tak tahan menahan laparnya.

“Ada yang ingin kusampaikan padamu Zel. Setelah ini kita harus bersiap-siap,” seru Rey masih berdiri di sisi meja. Tangannya merogoh sesuatu di clutch bag kulit yang berwarna cokelat.

“Bersiap-siap? Untuk apa? Kau mau keluar kota?”

“Bukan aku, tapi kita,” Rey menyerahkan tiket pesawat lalu mengambil tempe goreng di meja.

“Jorok!” seru Nara tiba-tiba memukul punggung tangan Rey dengan mata melotot.

Rey meringis dan tetap memasukkan tempe goreng ke dalam mulutnya.

Nara mengalihkan pandangannya pada sosok laki-laki yang kini sudah menjadi suaminya. “Bulan madu lagi?” sambung Nara dengan wajah memerah seakan menyembunyikan senyumannya yang membuncah.

Rey tertawa seperti terbahak-bahak. “Apa kau masih menginginkannya Zel?” tanya Rey dengan ekspresi dan suara menggoda.

Nara memukul pelan perut Rey dan memasang wajah jengkelnya. Nara lalu memutar kembali badannya empat puluh lima derajat dan membiarkan matanya kembali berkeliaran memandangi makanan yang terlihat seperti melambai-lambai.

“Aku tertarik dengan salah satu Factory Outlet yang pernah kita sponsori. Setiap tahun dia berhasil menyelenggarakan event terbesar dengan tema kebudayaan Indonesia. Seperti yang pernah kukatakan padamu Zel. Aku ingin sekali berkontribusi mengembangkan potensi wisata Indonesia. Perusahaan akan membangun penginapan di sana. Dan sekian persen hasilnya kita akan serahkan sepenuhnya untuk pemberdayaan pengelolaan wisata dan masyarakat di sana.”

“Dan kau tahu Zel?” tanya Rey setelah melipat lengan kemeja putihnya.

Nara menggeleng mendengarkan Rey bercerita dengan sangat bersemangat. Dia terus saja berbicara tanpa mengingat makan malam mereka yang sudah semakin terlambat.

Founder sekaligus Owner dari Factory Outlet tersebut mengajakku untuk mengunjungi salah satu pulau di Indonesia. Aku sangat senang perusahaan akan bekerja sama dengannya. Dan besok kau ikut aku untuk mengunjungi salah satu pulau di Maluku,” Rey menjelaskan berbarengan tangannya mencomot tempe goreng untuk kedua kalinya.

Terlihat wajah Nara begitu kesal. Melihat Rey terus melahap tempe satu demi satu dengan santai sementara Nara sedari tadi menahan lapar.

Lihat selengkapnya