Perjalanan menggunakan kapal laut menuju Pulau Taliabu adalah perjalanan yang sangat membahagiakan bagi Nara. Menaiki kapal laut dalam jangka waktu yang cukup lama adalah pengalaman pertama bagi perempuan yang memilih resign dari pekerjaan karena jenuh dengan rutinitas sehari-harinya.
Berkali-kali kapal yang mereka naiki diterjang ombak yang besar. Rey yang merasa cemas pada Grizela, merapatkan badannya dan menggenggam erat tangan perempuan yang menyukai pantai ini.
Nara berteriak kencang ketika gelombang laut yang besar menerjang kapal yang mereka naiki. Tak lama lalu perempuan cantik itu tertawa. Rey merasa heran melihat Grizela begitu menikmati perjalanannya. Tak ada guratan rasa takut sama sekali di wajahnya.
Malampun tiba, suasana laut semakin gelap.Rey semakin merasa khawatir dengan Grizela. Tapi, dugaan Rey ternyata salah. Perempuan yang sudah dipacarinya selama bertahun-tahun itu justeru berdecak takjub melihat keindahan langit Maluku yang penuh bintang.
“Kau tak tidur?” tanya Rey pada perempuan yang berdiri di sebelahnya.
Nara menggeleng. “Terlalu sayang.”
Rey menoleh cepat. “Akupun sangat menyayangimu Zel.”
Nara tergelak. “Maksudku, rasanya terlalu sayang perjalanan ini kupakai untuk tidur Rey.”
Rey ikut tertawa. “Kupikir di atas kapal ini kau akan romantis.”
Nara menoleh, dan membiarkan matanya memandangi wajah Rey lekat-lekat. Mereka lalu saling tatap dalam beberapa menit. Lagi-lagi ada riakan yang kembali menerjang hati perempuan introvert itu. Dentuman jantung semakin lama semakin terdengar jelas di telinga Nara. Dia mendadak gugup.
“Maaf ya Zel. Aku sudah membuatmu lelah,” seru Rey dengan tangan menahan rambut Nara yang terkena terpaan angin laut sehingga menutupi sebagaian wajah cantiknya.
“Seharusnya dari awal aku mengatakannya,” Rey melanjutkan dengan perasaan bersalah.
Nara tersenyum dengan mata yang masih menatap lekat wajah Rey. “Aku sangat menikmati perjalanan ini Rey,” seru Nara sesaat sebelum Rey merengkuh tubuhnya.
Rey mencium kening Nara dengan lembut dan mendekap erat tubuh Nara yang terhantam angin kencang. Semakin lama, dekapannya semakin kuat seakan tak ingin melepaskan. Cinta tumbuh begitu saja. Seketika hadir mengisi hati perempuan penggemar capuccino itu. Rey, laki-laki yang baru dikenalnya nyatanya telah berhasil melabuhkan hati Nara yang selama ini berlayar. Membawanya ke tepi dan singgah di dermaga cintanya. ***
Pukul tujuh pagi waktu Indonesia Timur. Lima belas jam perjalanan ke Pulau Taliabu dari Luwuk akhirnya berhasil mereka tempuh. Rasa lelah akhirnya terbayarkan saat Pulau Taliabu menyambutnya dengan segala keindahan alam yang dimilikinya.
Hamparan pasir berwarna putih serta air pantai yang membiru membuat lelah Nara hilang seketika dan berganti dengan rasa yang tak bisa diungkapkan.
“Kau suka?” bisik Rey pada telinga Nara.
Nara mengangguk dengan mata yang tak lepas dari panorama yang Pulau Taliabu suguhkan.
“Luar biasa,” ucap Nara sambil kakinya memainkan pasir.
“Benar kan yang kubilang. Kau akan berubah pikiran saat berada di sini?”
Nara menoleh. “Maksudnya tantangan itu?”