BRAKK!!
Damian tersentak mendengar suara pintu kamarnya dibanting.
“Mana anak itu??” terdengar teriakan seorang pria yang menerobos masuk ke dalam ruangan.
“Pak, pasien masih belum sadar, mohon jangan diganggu.”
SREKK!!
Bapak berbadan besar itu menyibak tirai pembatas pasien dan mendapati bahwa Damian sudah membuka matanya. Damian mengenali lelaki itu, dia adalah adik dari ayahnya yang biasa dia panggil Om Ferry.
“Lihat, anak itu sudah sadar! Saya mau bicara dengannya, ini penting urusan keluarga!” teriak Om Ferry sambil menunjuk-nunjuk Damian. Sang suster yang mengira Damian masih koma, segera mengecek kondisi Damian dan kaget melihat Damian yang sudah sadar.
“Tapi, Pak, pasien sepertinya masih baru sadar, kondisi badannya masih lemah.”
“Tadi kalian sudah janji kan kalau pasien sudah sadar, saya bisa temuin? Sekarang, kamu mau bikin alasan lagi, hah?”
Suster itu tampak begitu tertekan oleh Om Ferry. Badannya yang kecil terlihat bergetar. Tidak ingin melihat si suster ini terus-terusan kena semprot omnya yang berperangai kasar, Damian berkata dengan suaranya yang masih parau, “Nggak apa-apa, Sus.”
Suster itu memandangi Damian dengan rasa khawatir.
“Tapi Anda barusan sadar. Saya cek dulu kondisi Anda dulu ya. Bapak tolong tunggu di sana.”
“Cepat, ya Sus!” bentak Om Ferry sambil berjalan menjauhi mereka.