Unforgettable (Argantara)

Ai Pitriani
Chapter #8

Pemimpin #8

🩸👑🩸

  Deretan mobil mewah dengan ratusan penjaga keluar dari dalamnya, berjejer di sekitar bar terbesar di pusat kota Jakarta, orang-orang berpakaian serba hitam yang rapi dengan penuh rasa hormat membungkukkan badan mereka saat sang pemimpin berjalan memasuki gedung.

Aura dominannya terasa begitu pekat di sekitar, nuansa bar yang gelap menambah kesan sempurna yang membuat suasana makin tegang, ketika dua pemimpin besar mafia bertemu dalam satu ruangan yang sama.

Arez menyunggingkan senyum tipis penuh intrik nya, saat melihat sambutan tak terduga dari lawannya.

Beberapa orang menghadangnya dengan menodongkan pisau kepada Arez, tak takut tentunya ia hanya berjalan santai saat kaki tangannya yang ia percaya menghabisi orang-orang itu dengan mudahnya.

"Sambutan yang tak biasa, tapi cukup menarik" ucapnya dengan nada mengejek pada seorang pria paruh baya yang berdiri tak jauh dari tempatnya berpijak saat ini,

Pria dengan tubuh lebih besar darinya itu hanya terkekeh, dengan tatapan meremehkan ia menatap Arez sambil menjilat pisaunya yang dipenuhi tetesan darah segar.

"Kau selalu begitu cekatan menangkap sambutan ku," tiap kata-katanya terdengar merendahkan, tapi Arez hanya menanggapi dengan wajah datar sama sekali tak terpengaruh dengan apa yang terjadi.

Semua orang melangkah masuk ke dalam ruangan khusus dimana para anggota berkumpul, Arez duduk tenang di kursinya dengan tangan yang mengapit sebatang rokok.

Ruangan dengan pencahayaan remang-remang itu dipenuhi asap rokok yang mengepul di udara, sedikit sunyi saat kedua orang besar itu masih dalam pikiran mereka masing-masing.

"Benar-benar tidak diharapkan, kau kembali ke Indonesia membawa anak-anak mu juga ha!" nada suaranya mengecam, cara bicara yang sangat tidak disukai Arez.

"Kenapa tidak? Kedua putra saya tumbuh menjadi seseorang yang kuat, penguasa baru untuk dunia mafia" tutur kata Arez yang terdengar seperti tengah menyombongkan diri membuat lawan bicara mendengus, "jangan lupakan, di negara ini saya yang memimpin" pria itu menyahut dengan kata yang tak ingin kalah tajam dengan ucapan Arez tadi.

  Arez tak begitu menghiraukan, ia mengambil segelas tequila ley yang tersaji diatas meja dan menenggaknya sampai habis "mulut bisa berucap dengan sombong, tapi tindakan takkan menutupi kemampuan" dengan santainya Arez berucap, memancing emosi orang yang duduk lumayan jauh dengan meja besar sebagai pembatas antara mereka.

Lihat selengkapnya