[2013, November 20]
"Jane, kenalin ini ada anak baru dari Solo." Mario datang bersama dengan seorang gadis yang kira-kira berumur tujuh belas tahunan. Fitur kemudaan tergambar jelas di wajahnya.
Jane tersenyum pada gadis itu dan mengulurkan tangannya. "Hai, aku Jane. Namamu siapa?"
Ia tersenyum balik pada si penanya dan menjawab, "Halo, Cik Jane. Aku Patricia. Salam kenal ya," sambil berjabat tangan.
"Ya, ya. Salam kenal." Jane melepaskan tangannya, lalu berpaling kembali pada Mario, tahu bahwa ia akan bicara lagi.
"Jane, aku minta tolong kamu bimbing Patricia ya. Kurasa kamu pasti bisa." Mario terkekeh saat mengatakan hal itu, seakan ada arti khusus dari perkataannya.
Entah apa yang merasuki Jane, tapi ia bisa merasakan bahwa Patricia memang memerlukan bimbingan. "Oke, Koh. Siap." Ia mengangguk sebelum akhirnya ditinggalkan Mario untuk bersama dengan gadis itu. "Yuk, masuk ke dalam. Kita ngobrol di sana."
Di dalam sebuah ruangan berluas delapan meter persegi dengan AC yang menyala kencang, Jane mengajak Patricia untuk duduk. Sontak gadis itu memeluk tubuhnya dengan kedua lengan, menandakan bahwa dirinya kedinginan.
"Eh? Kamu kedinginan?" tanya Jane, meski tidak merasakan hal yang sama.
Patricia mengangguk. "Iya. Mungkin aku lagi nggak enak badan aja," ucapnya. "Nggak papa, Cik. Udah." Ia terdengar tidak enak hati.
Jane menggeleng. "Santai. Aku naikin suhunya dulu bentar," katanya, mencari remote pendingin ruangan lalu menyetelnya sampai dua puluh tiga derajat. "Segini harusnya lebih oke ya?"
"Cukup, Cik. Makasih ya," sahut Patricia setelah melihat angka di badan mesin pendingin.
Di samping gadis itu, Jane menempatkan dirinya. Ia menatap Patricia dengan lembut dan mengajukan pertanyaan lagi. "Di sini kamu tinggal sama siapa, Pat? Eh, kamu panggilannya Pat atau Tricia atau apa?"
Deretan gigi rapi Patricia terpampang saat ia tersenyum. "Apapun, Cik. Yang penting bikin kamu nyaman," tukasnya malu-malu.
"Oke deh. Pat aja ya kalau gitu." Jane memutuskan. Ia mulai menanyai gadis itu berbagai macam hal.
Adalah sebuah karunia yang Jane miliki jika seseorang merasa nyaman di dekatnya. Patricia menjadi sangat terbuka padanya, menceritakan kisah hidupnya yang tergolong sensitif itu. Ia mengalami problematika dengan keluarga yang mengharuskannya untuk berjuang dalam kehidupan.
***
[2014, Februari 12]