Unfriended in Japan

Yohana Ekky Tan
Chapter #7

Yang Bertahan

[2024, Mei 05]

"Nah, ini baru namanya penginapan. Kamar mandi bagus, tempat tidur nyaman, kamar luas. Ah...," ujar Jane seraya membaringkan dirinya ke atas ranjang. Hotel baru di daerah Tabatashinmachi, Kota Kita, memberikan sebuah kenyamanan ideal sesuai dengan ekspektasi. "Harganya juga murah untuk berdua pula."

"Setuju," jawab Christine yang duduk di lantai berkarpet, sibuk mengeluarkan barang-barangnya dari dalam tas. Ia harus kembali mengerjakan tesisnya. "Mau kamu atau aku duluan yang mandi?"

Jane bangkit dan duduk di tepi ranjang. "Aku dulu aja deh, Tine. Udah gerah banget nih badanku," sahutnya.

Setelah menghadiri ibadah di gereja yang direkomendasikan oleh teman Jane, mereka dipuaskan dengan kunjungan ke Harajuku Greenland, Jingumae, di Shibuya. Kebetulan mereka juga disuguhi pemandangan pemotretan sebuah pernikahan tradisional.

Semua pengalaman itu seakan memberikan secercah harapan kecil yang bisa menjadi pelipur lara. Segala kepenatan yang lalu pun luruh di bawah guyuran air hangat. Jane sengaja menghabiskan sekitar satu jam untuk berendam di dalam bak mandi.

Begitu selesai dengan ritual pembersihan kutukan Patricia—begitulah yang ada di pikiran Jane, ia mempersilakan sang kawan untuk mandi.

"Patricia baru bales, Jane." Christine memberitahu dengan perasaan gusar. "Coba kamu baca deh. Aku juga udah balas. Alasannya banyak banget."

<>

[Christine] Aku minta uang balik aja, Pat.

[Patricia] Bisa dibatalin, cuma yang Osaka nggak bisa langsung masuk duitnya karena liburan Golden Week. Setelah tanggal 7 baru bisa. Aku masih di Shinjuku. Kalo Suica, aku bisa ganti yen, karna Suica bisa aku gunain nantinya.

[Jane] Masalahnya kamu aja nggak datang nemuin aku sama Christine. Banyak alasan. Transfer remit aja. Aku tahu Brastel itu kirim bisa cepet. Aku udah baca² artikel. Tuh ada 2 artikel bilang hal sama. Duit transferan nyampe 30 menit sampai 1 jam. Ada buktinya di web-nya. Besok ada jam 10 pagi sampai 6 sore. Kamu bisa ke ATM juga. *foto*

[Patricia] Masalahnya ini Golden Week. Tapi iya. Aku besok coba. Semoga bisa langsung proses.

[Christine] Kamu bisa ke Shinjuku tapi nggak nemuin kita, itu gimana maksudnya? Udah dikasih alamat juga. Katanya mau nemenin 14 hari, tapi mana? Sampai hari ke-3 belum datang juga. Kalau nggak dikembaliin aku laporin kamu penipuan, Pat.

<>

Christine yang tadinya hanya ikut membaca saja tanpa ikut menimbrung pun mendesah kesal terhadap tindakan gadis itu. Pada akhirnya tangannya gatal untuk mengkonfrontasi Patricia.

"Parah, parah. Ada yang orang kaya gitu. Ular berbisa. Dikira kita bodoh apa ya?" Jane menggeleng-geleng dengan decakan.

Ada keheningan sejenak di dalam kamar nomor 403 itu. Emosi merundung keduanya, menjadikan pikiran mereka kembali penat.

"Jane, besok kamu ada kelas, kan? Gimana kalau aku ke Gunung Fujinya besok?" Christine angkat suara, mengalihkan pembicaraan. "Yah, karena kamu nggak mau ke sana, aku sendirian aja nggak papa." Masih bertahan di tempat yang sama, ia memilih untuk membahas rencana untuk esok hari.

'Bukannya nggak mau, Tine. Aku nggak berani keluarin duit lagi. Ke Fuji mahal pula,' batin Jane, menyembunyikan kesedihannya. "Nggak papa dong. Mau kupesenin dari aplikasi? Kamu tinggal transfer aja. Itu kan juga udah termasuk bus dan tour guide. Murah tuh untuk kamu."

Christine sempat terdiam. "Tapi modem gimana ya? Berarti aku yang bawa?"

Lihat selengkapnya