[2024, Mei 12]
"Ini kartu yucho aku, Cik. Bawa aja. Kamu pakai aja duit yang di situ. Ada tujuh ribu yen. Tapi aku lupa password-nya. Aku cari dulu ya. Habis ketemu aku kirim di LINE." Patricia memberikan kartu debitnya pagi itu.
Jane menerima alat pembayaran itu dan menyimpannya di dompetnya. "Terus, kamu nggak ikut ke gereja? Ini hari Minggu loh. Datang ke Tuhan dulu," desaknya.
Patricia yang dulu Jane kenal bukanlah sosok yang sama sekarang. Gadis itu berkilah, menolak ajakannya dengan alasan pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.
Dalam hati, Jane merasa khawatir jika ini menjadi sebuah celah yang akan dimanfaatkan oleh Patricia agar bisa menghindar. Kejadian serupa terjadi pada Bobby dan keluarganya yang akhirnya ditelantarkan. Tetapi ia dan Christine tidak bisa melewatkan ibadah. Datang bertemu sang Pencipta harus diprioritaskan, apapun yang terjadi.
Dengan cerdik, keduanya meninggalkan barang-barang mereka yang berat di apartemen Patricia. Hanya gawai, kartu pembayaran serta dokumen penting dan uang tunai yang mereka bawa.
Meninggalkan sejenak permasalahan mereka, Jane dan Christine mengikuti kegiatan pembuka sebelum ibadah dimulai. Adalah sebuah pertukaran bahasa lainnya yang dihadiri oleh banyak teman baru dari seluruh Jepang, sekaligus tiga orang Indonesia lainnya yang berkuliah di Nagoya. Seperti biasanya, mereka saling bertukar sosial media untuk tetap berteman.
Setelah ibadah selesai, hal yang rutin dilakukan adalah makan siang bersama. Tujuan mereka kali ini adalah restoran Indonesia. Tetapi hanya sembilan orang saja yang bisa tinggal untuk meneruskan agenda.
Percakapan dalam Bahasa Inggris
"Karena kalian orang Indonesia, tolong rekomendasikan sesuatu yang enak." Salah satu teman yang berasal dari Taiwan mengusulkan.
Jane bertukar pandang dengan Christine. "Kamu mau memberi rekomendasi?"
Lagi-lagi Christine tidak banyak bicara. "Kamu saja," katanya.
"Oke." Dengan buku menu yang diberikan padanya itu, Jane menyebutkan beberapa makanan khas yang digemari oleh kebanyakan turis. Lucunya, hampir semuanya mengikuti saran darinya.
Mereka cukup lama menunggu sampai pesanan mereka datang. Tetapi makanan yang beraneka ragam itu mengeluarkan aroma yang menggugah selera siapapun di hadapannya. Setelah berdoa bersama, mereka mulai makan.
"Sampai kapan kalian akan tinggal di sini?" Seorang gadis dari Malaysia yang duduk di seberang tempat duduk Jane membuka topik baru.
Jane mengurungkan niatnya untuk memasukkan empal di ujung garpunya dan menjawab, "Kami pulang pada tanggal lima belas."
"Oh? Sudah berapa lama kalian di sini?"
"Sebelas hari yang lalu kira-kira?"
Separuh dari mereka yang duduk di dekat Jane ikut mendengarkan dan mengangguk-angguk.
"Jadi apa rencana kalian setelah ini?"
Senyuman miris Jane terpampang di sisi kanan wajahnya. 'Menagih hutang kami secara paksa,' batinnya. Namun tentu saja ia tidak bisa mengatakan hal memalukan itu. "Hanya berjalan-jalan di sekitar kota, sebelum kembali ke tempat kami menginap."
"Di mana kalian menginap?" Gadis itu sungguh-sungguh bertindak seperti seorang investigator. Pertanyaannya runtut hingga lawan bicaranya didorong untuk terus berbicara.
"Di Nishio."