Unfriended in Japan

Yohana Ekky Tan
Chapter #11

Yang Melaporkan — 1

[2024, Mei 13]

Jane terjaga sejak pukul lima pagi. Ia bisa mendengar langkah kaki dua orang dari kamar sebelah. Kemungkinan besar mereka sedang diam-diam meninggalkan rumah.

Usai memanjatkan doa, Jane membuka pinta kamar. Benarlah dugaanya. Patricia dan lelaki itu sudah pergi. Ia segera membangunkan Christine yang masih terlelap akibat kelelahan.

"Tine, Tine. Sorry ya aku bangunin kamu. Tapi mereka udah pergi." Jane menggoyang-goyangkan tubuh sang kawan.

Dengan mata yang berat terbuka, Christine menyahut, "Hah? Bukannya kemarin malam dia udah janji untuk ajak kita jalan-jalan di sekitar Nishio?"

Jane menggeleng. Ia bangkit dan menyalakan lampu hingga membuat Christine harus menutup matanya dengan tangan. "Kita harus ambil kesempatan untuk cari informasi berharga di sini selagi dia pergi," katanya. "Aku mandi dulu ya. Terus aku ngajar dulu. Baru habis itu kita bergerak."

Christine mengangguk, tidak merasa keberatan. Ia melanjutkan tidurnya lagi.

~~~

Tidak ada makanan di rumah itu. Hanya sekantong sosis di lemari pendingin. Dengan masih beretika, Jane dan Christine menggoreng setengahnya setelah memberitahu bahwa mereka lapar dan tidak punya uang pada Patricia. Sarapan sederhana itu sama sekali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan perut mereka, apalagi harus berbagi jumlah yang sedikit itu.

Dering notifikasi khas dari gawai Jane berbunyi tengah menyelesaikan materi yang ia buat untuk murid Jermannya. Ia mendapati pesan dari Bobby, setelah sekian lama tidak berkontak.

<>

[Bobby] Jane, lagi ada di rumah Patricia? Bisa nemuin KTP-nya nggak?

[Jane] Aku coba cari nanti ya, Kak. Soalnya dia tuh pergi pagi, pulang malem. Pasti bawa dompetnya, dan KTP-nya ada di sana.

[Bobby] Kalo udah dapet, nanti bisa ke kantor polisi untuk lapor?

[Jane] Kita usahain yang terbaik ya, Kak. Ini soalnya hujan terus di sini. Udah hampir sore dan kami bahkan belum makan. Nggak ada makanan di rumahnya.

<>

Sepanjang perjalanan liburan di Jepang, Jane terus membawa beban berat ini. Perasaan bersalah telah mengenalkan Patricia pada Bobby belum berhenti merundungnya sejak sebulan lalu. Setiap kali pria itu menghubunginya, ada perasaan traumatis yang menghantui.

Setelah harapannya untuk mendapatkan perlakukan berbeda dari Patricia karena kedekatan mereka pupus, senyuman dan tawa yang ditunjukkan Jane terasa seperti sebuah kedok untuk menutupi semua itu. Sejauh ini, ia terus mengusahakan yang terbaik agar tetap tegar. Terlebih karena secara usia ia sedikit lebih tua dibanding Christine. Sudah seharusnya ia mampu menjaga temannya itu, bukan sebaliknya.

"Oke, Tine, kita udah kehabisan waktu. Kita ke polisi ya. Kamu setuju?" Jane mengusulkan hal yang sudah mereka diskusikan di tengah hari.

Christine mengangguk. "Ayo. Kan kita udah tahu ada police box deket sini. Tinggal jalan sepuluh menit tuh," ujarnya.

"Aku udah selesai ngajar. Jadi, Tine, ini saatnya kita cari dokumen penting di rak ini. Siapa tahu ada info berguna untuk dipakai di kantor polisi," ujar Jane mengusulkan. "Pakai HP-mu ya. Ambil foto yang kubilang penting. Aku sambil terjemahin pakai Google Translate nih."

"Eh, tapi ada CCTV nggak ya di sini? Kalau ketahuan gimana?" Christine merasa ragu.

Sejenak Jane berpikir, merasakan keraguan yang sama. Ia melihat ke sekelilingnya, di setiap sudut langit-langit ruangan. Memang tidak ada kamera pengawas di sana, tetapi ia tentu tidak ingin dikira hendak melakukan tindak kriminal. Hanya saja, setelah mencapai pemikiran rasional, ia berkata, "Kita nggak punya pilihan. Udah lah, kita lakuin aja. Toh, kita juga mesti keluar habis ini."

Akhirnya Christine mengangguk setuju lalu menyiapkan gawainya.

Dengan bantuan mesin penerjemah otomatis, Jane membaca dokumen-dokumen yang berserakan di atas dan di dalam rak TV. Ia menemukan beberapa hal yang Patricia sudah sebutkan sebelumnya seperti hasil tes kehamilan, surat pembayaran apartemen dan hal yang berkaitan dengan mobil. Sisanya adalah dokumen tidak penting dan dirasa tidak akan berguna.

"Aku nggak tahu ini bisa dipakai atau enggak, tapi seenggaknya kita punya informasi tambahan." Jane mendesah sambil menerawang ke langit-langit ruangan.

~~~

"Masih bisa bertahan, Tine?" tanya Jane dengan sedikit berseru, untuk memastikan kawannya baik-baik saja.

Koper di tangan kiri, payung di tangan kanan. Begitulah penampakan kedua wanita yang ingin mencari keadilan ini.

Lihat selengkapnya