[2024, Oktober 04]
Entah apa yang merasuki pikiran Patricia, ia menghubungi Bobby dan mengatakan bahwa ia datang ke Indonesia seminggu lalu. Mungkin itu hanyalah sebuah kebohongannya lainnya. Tetapi pria itu tetap saja menunggu di bandara, bertindak seolah akan memberikan bantuan jemputan dengan tujuan menangkapnya. Hanya saja, tidak mengherankan ketika pada akhirnya diketahui bahwa gadis itu mempermainkan Bobby.
<>
[Bobby] Jane, kalau Sabtu kamu kerja? Pak kapolsek butuh untuk diketikkan keterangan saksi.
[Jane] Besok? Jam berapa kak? Soalnya aku pagi tuh masih ada kelas. Dan aku ada tamu baru dari Aussie Jumat-Minggu, jadi guide dia keliling kota selama 3 hari ini.
[Bobby] Pas Jane ada waktu saja, menyesuaikan waktu Jane dengan waktu kapolsek.
[Jane] Minggu ya, Kak. Aku habis dari gereja. Jam 12 mungkin? Kamu bisa kak? Sama kamu juga kan?
[Bobby] Ya, sama aku juga. Makasih, Jane.
<>
Tak lama setelah itu, Bobby mengirimkan beberapa foto yang familiar. Ia memberitahukan bahwa ia sudah berbicara dengan RT wilayah tempat tinggal Patricia yang lama. Ia sudah mendapatkan semua informasi yang diperlukannya mengenai gadis licik itu. Dirinya sudah siap berperang dan Jane, yang kebanyakan hanya bisa membantu berdoa selama ini, merasa begitu lega melihat titik terang yang muncul.
***
[2024, Oktober 06]
Bersama dengan Christine juga, Jane bertemu dengan Bobby setengah jam sebelum jadwal bertemu polisi. Mereka mendiskusikan beberapa hal agar bisa menyamakan informasi. Semua demi tidak salah bicara akibat kegugupan atau apapun itu. Kali ini tujuan Bobby hanya ada satu: mempidanakan Patricia.
Jane tidak merasa keberatan dengan ide itu dan merasa memang itu hak sang kawan. Mungkin sebelumnya ia merasa tegang, tetapi siang itu dirinya sudah jauh lebih tenang dibandingkan waktu-waktu sebelumnya. Saat melangkahkan kaki ke dalam ruang wawancara bersama dengan kedua temannya, hatinya dipenuhi dengan keyakinan.