Unfriended in Japan

Yohana Ekky Tan
Chapter #18

Yang Dikejutkan

[2024, Oktober 10]

Semenjak menyimpan kontak Ryu di LINE, Jane mencoba untuk kembali aktif di sana. Pikirnya, ia juga ingin terkoneksi dengan teman-temannya yang dari Jepang. Toh ia sudah memblokir kontak Patricia. Menggunakan aplikasi perpesanan itu kembali tidak akan membawa dampak buruk.

Foto-foto yang biasanya hanya diunggah di Instagram atau Facebook akhirnya juga diunggah ke LINE oleh Jane. Siapa sangka unggahan-unggahannya mendapatkan reaksi dari sang polisi muda.

Meskipunpun begitu, Ryu tidak pernah mengunggah apapun di dinding profilnya. Jane tidak bisa berkomentar balik atau berkepo ria. Tetapi agaknya hal itu tidak menjadi sebuah masalah. Pada akhirnya, pria itulah menginisiasi percakapan dan mereka sempat mengobrol cukup panjang.

Dua hari hanya saling mengirim pesan, Jane terkejut mendapati sebuah panggilan dari Ryu. Beruntung ia tidak sedang mengajar.

"Hai, Jane," sapa Ryu dari seberang, begitu panggilannya diangkat. "Saya harap, saya enggak mengganggu ya."

Jane tersenyum dengan balasan, "Enggak kok. Lagi istirahat aja sekarang. Tumben kamu telepon. Ada apa?"

"Hmm. Maaf kalau ini akan merepotkan. Tapi bantuanmu diperlukan lagi."

"Oh ya? Bantuan apa itu?"

"Saya dan Pak Takahashi ada di Yogyakarta lagi. Jadi kami belum sempat meninggalkan Indonesia. Patricia sudah ditemukan dan kami diminta kembali untuk menyelidiki. Ada bukti lain yang lebih memberatkan dia," kata Ryu dengan suara kharismatiknya.

Jane membelalak. "Oh ya? Dia ada di Jogja?" tanyanya penasaran. "Jadi, kamu di sana untuk menangkap dia?"

"Dia sudah enggak ada di Yogyakarta, tapi di Semarang. Dan untuk penangkapan, sayangnya belum bisa ya. Kasusnya masih dalam hukum perdata, bukan pidana. Sambil menunggu validasi kelengkapan bukti kejahatan Patricia yang dari Jepang, kami perlu mengikuti aktivitas dia secara langsung, sesuai dengan kesepakatan dengan kepolisian Indonesia. Kali ini harus hati-hati supaya dia enggak melarikan diri lagi. Karena itulah, kami perlu kamu. Alasan pertama karena kamu tahu banyak hal tentang dia dan terlibat langsung sebagai korban penipuan yang dia lakukan. Yang kedua, karena kamu tahu kota Semarang. Tapi tolong jangan beritahu siapa pun ya." Ryu menjelaskan panjang lebar hal yang disayangkan oleh sang pendengar.

Jane mengangguk-angguk, seakan lawan bicaranya bisa melihat. "Hmm... Saya sih sebenarnya nggak keberatan. Tapi, mm... gimana bilangnya ya?" Ia menggaruk belakang kepalanya, ragu jika ia harus mengatakan hal yang dianggapnya memalukan ini. "Gara-gara penipuan itu, saya sudah kehilangan banyak uang. Kayanya saya nggak bisa kalau harus setiap hari ikut penyelidikan."

Ryu berdeham. "Untuk urusan itu... kamu jangan khawatir. Ada kompensasi untuk kamu. Anggap ini sebuah pekerjaan. Kamu akan dibayar untuk itu. Kami betul-betul perlu kamu," lanjutnya.

"Ini serius?" Jane masih tidak percaya. Di sisi lain, ia merasa tidak enak hati, seakan baru saja meminta untuk dibayar. "Sebentar, sebentar. Saya mau meluruskan. Yang saya maksud sebelumnya, bukan saya minta dibayar atau apapun itu. Hanya saja saya perlu mengatur waktu."

"Iya. Saya mengerti. Enggak ada pikiran buruk apapun. Tenang saja."

Jane menghela napas lega. "Oke. Jadi, kapan kamu sampai di Semarang dan perlu bantuan saya?"

"Besok saya dan Pak Takahashi sudah sampai."

Jane terperanjat tidak siap mendengarnya. "Whoa. Besok saya punya cukup banyak kelas. Sorenya, saya juga masih ada acara rutin di gereja. Apa mungkin kalau mulai hari Sabtu?" tanyanya, setengah meminta dengan nada menggantung.

Dari seberang Ryu menyahut yakin, "Pasti. Itu enggak masalah ya. Kamu enggak bekerja hari Sabtu?"

"Kadang-kadang. Tapi kebetulan Sabtu ini saya cuma punya kelas pagi satu jam. Setelah itu saya bebas sepanjang hari. Kalau kamu sampai ada di sini hanya dalam selang dua hari, artinya ini memangĀ urgent."

"Kamu yakin? Enggak ada rencana di hari Sabtu?" Ryu bertanya.

Jane diam-diam tertawa, geli karena pria itu ganti merasa ragu. "Ya, tenang aja. Sabtu itu hari paling santai untuk saya."

"Oke. Terima kasih. Saya akan kabari kamu kalau saya sudah di Semarang. Misalnya kamu punya perubahan rencana, jangan ragu untuk memberitahu saya. Kami berdua akan menyesuaikan dengan jadwalmu."

Lihat selengkapnya