(Unidentified) Forest's Orbit

Fidiya Sharadeba
Chapter #3

Happily Ever After?

Dua belas tahun berlalu. Forest dan Dew Colton telah berusia empat belas tahun. Forest tumbuh menjadi seorang remaja pada umumnya, dengan permasalahan yang agak luar biasa.


Sore itu, tidak seperti biasanya, Forest dan Dew pulang bersama. Hari itu adalah hari ulang tahun mereka. Maureen meminta mereka langsung pulang supaya mereka bisa makan malam bersama. Keluarga Colton memang telah sepakat untuk merayakan ulang tahun Forest berbarengan dengan Dew, karena mereka tidak pernah tahu kapan persisnya tanggal lahir Forest.


Dew sedikit uring-uringan. Penyebabnya tentu saja adalah Forest dan rambutnya yang kerap berubah warna bila tak sengaja menyentuh rambut orang lain.


"Siapa suruh kau menyentuh rambutku?" omel Dew. "Pakai topimu. Atau setidaknya, sarung tanganmu. Apa kata orang kalau mereka melihat rambutmu berubah warna dalam hitungan detik?"


"Salahmu. Kenapa mesti teriak-teriak dan melompat-lompat heboh hanya karena kejatuhan laba-laba? Sulit sekali menyingkirkannya dari rambutmu," kilah Forest.


Toh dia menurut juga, dipakainya topi rajut yang selalu dibawanya hingga seluruh rambutnya tertutup. Mengenakan sarung tangan hanya akan membuat dirinya terlihat seperti orang kedinginan.


Wajah Dew memerah karena jengkel. "Tentu saja aku bakal menjerit." Dicubitnya lengan Forest keras-keras lalu kabur sebelum saudara angkatnya itu dapat membalas.


"Hey!" Forest mengejar Dew dan merangkulnya. "Jangan jahat begitu!" Dengan sengaja, Forest mengacak-acak rambut Dew sebagai balasan. "Omong-omong, selamat ulang tahun, Dew!"


Dew meliriknya dengan wajah pura-pura bosan dan menjawab, "yeah, kau juga."


Mereka berjalan berdampingan menuju tempat penyimpanan sepeda sambil saling meledek dan bercanda seperti biasanya.


Seperti hari-hari normal remaja pada umumnya.


Kayak mereka normal saja!


Siapa sangka kedamaian keluarga Colton kembali terusik?


***


Hawa akhir musim panas menerpa wajah Forest dan Dew ketika mereka berjalan beriringan di tanah lapang kecil yang membatasi area perumahan dan hutan di belakang rumah. Dew melemparkan sepotong kayu pada Rover--seekor anjing golden retriever milik mereka--untuk ditangkap, sementara Forest mengawasi Snowy--kucing betina berbulu hitam pekat kesayangannya.


Rover baru berusia satu tahun. Dew yang selalu iri melihat keakraban Forest dan Snowy meminta kedua orang tuanya untuk mengadopsi seekor anjing.


Lain halnya dengan Snowy. Tak ada yang tahu tepatnya usia kucing itu. Snowy datang ke rumah keluarga Colton beberapa bulan setelah mereka menemukan Forest. Seluruh tubuh kucing itu berwarna putih karena tertutup salju, karena itulah mereka menamainya Snowy meskipun ia berbulu hitam. Mereka mengira Snowy tidak akan dapat bertahan lama karena kala itu kondisinya sangat menyedihkan. Ternyata kekhawatiran mereka tidak terbukti.


Kedua anak itu kini bergantian melempar tongkat pada Rover yang kelewat bersemangat.


Tongkat yang dilempar Dew terbang terlalu jauh. Benda itu melayang ke balik semak-semak di pinggir hutan. Rover mendengking sambil melontarkan tatapan kecewa, tapi ia tetap mengejar tongkat kayu itu.


Dew menggerutu pelan, menyesali kecerobohannya. Dad akan marah besar kalau mereka menginjakkan kaki ke hutan walau hanya selangkah saja.


"Rover! Kembali!" panggil Dew seraya berlari menyusul anjingnya. Ujung ekor hewan itu tampak bergoyang-goyang di atas semak yang ditembusnya.


"Ro-veer!" bujuknya.


Forest mempercepat langkah hendak menyusul mereka, tapi tiba-tiba saja Snowy menegang dalam gendongannya. Bulu kucing hitam itu berdiri semua, tubuhnya condong ke depan seolah siap melompat dan menerjang. Suara desisan keras keluar dari mulutnya.


"Snowy?" panggil Forest terkejut.


Sedetik kemudian, Dew menghilang di balik semak-semak, disusul oleh suara jeritan melengking dari arah dia menghilang. Suaranya mencabik keheningan dan membuat bulu kuduk meremang berdiri.


Lihat selengkapnya