Rumah sakit yang mereka tuju terletak di pusat kota, agak jauh dari tempat tinggal mereka. Maureen menyetir mobilnya dengan kalut, berusaha berada dalam batas kecepatan yang diizinkan. Sementara itu, Forest berusaha menghubungi ponsel Ian.
"Ponselnya mati," ucap Forest cemas. Dia melirik Dew yang duduk mematung di sebelahnya.
Gadis itu menoleh, matanya menyiratkan ketakutan luar biasa. Dia sama takutnya.
Takut ayahnya terluka lagi, seperti dua belas tahun yang lalu.
***
Ketika itu, Forest dan Dew baru berusia dua tahun. Mereka bermain di halaman belakang dalam pengawasan Ian dan Maureen.
Mereka bermain bola. Sebuah bola tiup berwarna cerah yang mereka gelindingkan sambil tertawa-tawa. Bola itu tak sengaja tertendang Ian hingga menggelinding ke arah tanah lapang.
"Ayah kalian terlalu bersemangat," komentar Maureen sambil tertawa.
Forest berjalan tertatih menyusul Ian yang sedang mengambil bola, sementara Maureen dan Dew mengikuti di belakang.
Kejadiannya terjadi begitu cepat. Ian berteriak dan roboh ke tanah, disusul lengking tangis Forest dan desisan Snowy. Sepersekian detik berikutnya terlihat rerumputan di tanah lapang roboh seolah terinjak mahluk tak kasat mata, berlari kencang menuju hutan.
Maureen meraup Dew dan Forest dalam gendongannya seraya berteriak memanggil Ian. Pria itu tampak kacau, seluruh wajahnya tertutup cairan merah berbau besi, tapi dia berhasil terhuyung-huyung mendesak keluarganya masuk ke dalam rumah sebelum jatuh pingsan.
Kejadian tersebut dilaporkan secara resmi sebagai serangan hewan liar. Sebuah kebohongan yang sangat ingin dipercayai oleh keluarga Colton dan warga sekitar yang berdatangan saat mendengar keributan.
***
Forest dan Dew melangkah cepat mengikuti Maureen, menuju meja resepsionis di lobi rumah sakit. Tempat itu terang dan tidak terlalu ramai ketika mereka tiba. Langkah Forest mendadak terhenti ketika melihat sosok tinggi berambut pirang yang memghampiri mereka.
"Dad? Kenapa ada di sini?" tanya Forest, lega sekaligus heran.
"Harusnya aku yang tanya begitu," balas Ian, sama herannya.
"Seseorang meneleponku, katanya kau dibawa ke rumah sakit. Dan ponselmu juga tidak aktif," ucap Maureen setelah memberinya pelukan singkat penuh syukur.