(Unidentified) Forest's Orbit

Fidiya Sharadeba
Chapter #5

Bukan Superman

Forest dan Dew menunggu dengan cemas. Sudah cukup lama polisi memeriksa rumah mereka. Pasangan Colton telah menegaskan bahwa tidak ada benda yang hilang, dan kerusakan hanya terjadi di pintu depan dan garasi.

Tulisan di tembok ternyata ditulis dengan cat, bukan darah seperti yang diduga semula. Setelah menyadari hal itu, mereka bergegas memeriksa garasi yang mereka gunakan sebagai tempat penyimpanan perkakas.

Ketika mereka berjalan memutar menuju garasi, barulah mereka melihat tetesan-tetesan cat merah di sepanjang jalur setapak berkerikil.

"Bagaimana?" tanya Ian kepada petugas polisi yang memeriksa.

"Tidak ada tanda-tanda kerusakan lain. Bisa jadi ini hanya keisengan belaka," ucap petugas itu. Dia mengangkat wajah dan menatap Ian serius. "Atau kau mungkin benar-benar mengambil sesuatu milik siapa pun itu?" tanyanya menyelidik.

"Tidak," jawab Ian tegas. Tidak perlu bertele-tele pada petugas, kecuali kau ingin membuat kekacauan.

Petugas berambut seputih kapas itu membetulkan topinya dan tersenyum. "Kalau begitu, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kami akan tetap memproses laporan ini. Omong-omong, sebaiknya segera kau perbaiki pintu itu," ucapnya.

Forest mengamati lampu merah-biru dari mobil polisi yang berkedip menjauh. Dia menggamit lengan Dew, mengajaknya masuk ke dalam rumah.

Sungguh tidak nyaman memasuki rumah yang tampak berantakan ini, tapi tidak ada pilihan lain. Berlama-lama di luar di malam menjelang musim gugur lebih tidak nyaman lagi.

Ian mempertimbangkan untuk mengecat dinding yang penuh tulisan malam ini juga, tapi Maureen mencegahnya.

"Kita sudah terlalu letih dan kesal seharian ini. Besok saja," cegahnya.

Dew menguap lebar dan mengangguk setuju, begitu pula dengan Forest. Kedua anak itu kemudian beranjak ke kamar mereka di lantai atas.

***

Kamar Forest gelap, hanya diterangi sedikit cahaya langit malam yang masuk dari jendela yang terbuka. Langit-langitnya dicat berwarna biru gelap, warna yang sebenarnya dihindari banyak orang karena membuat ruangan terasa sesak. Namun, dia memasang rangkaian lampu-lampu kecil di situ, sehingga terlihat seperti langit malam.

Forest menjatuhkan diri ke kasur, merasa terlalu lelah untuk melakukan apapun. Dia hanya ingin tidur sambil memeluk Snowy.

Mendadak anak itu duduk tegak di kasurnya.

Ke mana Snowy?

***

Kilau sepasang mata kehijauan terlihat di teras belakang ketika Forest mengintip dari jendela kamarnya. Di situ sepertinya Snowy berada. Kenapa ia masih berada di luar, sih?

Dengan sedikit jengkel, Forest mengendap-endap menuruni tangga untuk mengambil Snowy.

Forest membuka pintu geser dengan perlahan. Dilihatnya Snowy, duduk tegak di ujung teras sambil menatap tegang ke arah hutan. Sepertinya hewan itu menyadari kedatangan Forest. Ia menoleh, lalu mendesis keras pada Forest, sebelum kembali berbalik menghadap hutan dengan punggung melengkung dan bulu berdiri.

Forest membeku di tempatnya. "Ada apa, Snowy?"

Lihat selengkapnya