Awal musim gugur mereka lalui dengan damai tanpa insiden berarti. Lengan Dew sudah pulih dan dapat berfungsi normal. Semua merasa senang, begitu pula dengan Forest. Hanya saja, terkadang dia terlihat seperti melamun.
Dia bahkan tampak sangat larut dalam pikirannya sendiri ketika berjalan menyusuri lorong sekolah, menuju loker. Hampir saja Forest tertabrak gerombolan anak penuh semangat yang berteriak, "Pesta! Pesta!"
Dew menyambar lengan Forest dan menariknya ke pinggir. "Kau benar-benar mencari gara-gara rupanya," gerutu Dew. "Apa sih yang kau pikirkan?"
"Makan malam," jawabnya asal.
Dew menatap Forest dengan kesal. Makin kesal lagi dia, ketika menyadari bahwa Forest bertambah tinggi dengan cepat. Kini Dew harus mendongak untuk menatap mata Forest.
Mata itu tetap berwarna biru elektrik berkilauan, tidak berubah hingga kini. Dibingkai bulu mata tebal---kali ini berwarna pirang--mata itu tampak seperti mata boneka bayi milik Dew.
Rambut Forest masih berubah warna bila dia tidak sengaja menyentuh rambut milik orang lain, karena itulah dia memohon pada Maureen supaya diizinkan mengecat rambutnya. Usaha itu lumayan membantu, rupanya. Tentu saja hal itu cukup merepotkan, tapi hasilnya sepadan.
"Apa? Kenapa, sih?" tanya Forest, bingung. Dew marah lagi, entah kenapa.
Bisa saja dia memaksakan diri membaca pikiran Dew, tapi gadis itu tentu akan marah besar bila melihatnya meringis kesakitan saat berusaha melakukannya. Menurut Forest, Dew terlalu gampang khawatir.
"Pesta Halloween. Kita belum memutuskan akan menjadi siapa," jawab Dew serius.
Forest memutar bola matanya dengan sebal. "Aku bahkan belum memutuskan akan datang atau tidak."
"Meredith akan kecewa," goda Dew. Dia menyebutkan nama gadis paling populer di kelas delapan.
Sejak tahun lalu, Forest memang menjadi pusat perhatian teman-temannya. Dia tinggi, tampan, bintang atletik sekolah, berotak encer, juga sangat baik. Siapa yang tidak menyukainya?
"Meredith kecewa? Apa hubungannya denganku?" tanya Forest heran.
Dew memalingkan wajah. "Semua cewek itu bakal kecewa."
Termasuk aku. Terutama aku.
Forest menghembuskan napas keras-keras. "Baiklah, aku ikut. Temanya Movie Character, bukan? Aku akan sewa kostum Superman," ucapnya serius.
Dew menggebuknya. "Kubunuh kau kalau sampai pakai kostum itu! Kau pakai kostum alien hijau saja, nanti aku akan berdandan sebagai anggota Men in Black," lanjutnya.
"Oh, kejam sekali kau," gerutu Forest, yang disambut oleh tawa Dew.
Mendadak langkahnya terhenti ketika mendengar suara Dew, jelas di telinganya.
"Lois Lane. Aku akan jadi Lois, kalau begitu."
Diliriknya Dew, yang sedang menertawai kekesalan Forest. Tidak ada tanda-tanda Dew sedang berbicara padanya.
"Kenapa?" Dew menghentikan tawa. Dia mengamati ekspresi Forest dengan heran.