Malam ini aku mengerjakan tugas sekolah di ruang tamu, karena bosan dengan suasana kamar. Sesekali aku pindah tempat belajar untuk membangun suasana yang berbeda.
Aahh… sebentar lagi ujian tengah semester, semoga saja nilaiku tidak turun. Semakin hari semakin banyak pelajaran yang harus aku kuasai, belum lagi serah terima jabatan di PMR yang akan dilaksanakan bulan depan. Mana banyak banget lagi tugas sekolah akhir-akhir ini, aku harus menyelesaikannya malam ini kalau tidak banyak tugas lainnya yang akan menumpuk setiap hari.
“Marine, masih belajar ya… udah hampir tengah malem lhoo…” kata Mama yang tiba-tiba datang dan melihat jam dinding yang sudah menunjuk pada angka 11 lewat 30 menit.
“Oh Ma… bentar lagi selesai kok, Mama kok gak tidur? udah tengah malem, biasanya Mama udah tidur” tanyaku penasaran, Mama biasanya tidur jam 9 malam dan tidak suka begadang, tapi kali ini Mama begadang dan menghampiriku di ruang tamu.
“Mama masih belum ngantuk, dari pada maksain tidur. Mendingan Mama nemenin kamu belajar di sini” Mama duduk disampingku dan memperhatikan tugas-tugas yang sedang aku kerjakan.
“Bentar lagi beres kok Ma, satu soal lagi” ujarku sambil berpikir keras agar tugas-tugas ini cepat selesai.
Tak lama kemudian aku sudah selesai mengerjakan soal-soal ini.
“Marine… nanti kalau sudah lulus mau ambil jurusan apa?” Mama menatapku penuh tanya.
“Hmmm… Marine mau ambil jurusan kedokteran di Jerman Ma…” jawabku sambil tersenyum menatap wajah Mama, tapi sepertinya Mama tidak yakin dengan keputusanku.
Supaya Marine bisa merawat dan mengobati Mama. Gumamku dalam hati…
“Hhmm… Mama sih setuju aja kamu kuliah di sana, Mama rasa Papa juga setuju dengan keputusanmu ini. Tapi… Marine harus janji sama Mama belajar yang rajin, jangan lupa berdoa. Apapun pilihan kamu Mama selalu mendoakan yang terbaik untukmu” kata Mama memelukku erat.
“Iya Ma, Marine janji” yeay… Mama setuju dengan cita-citaku, aku harap Papa juga setuju.
“Sekarang tidur ya sayang, udah tengah malem tuh” kata Mama yang mulai melepaskan pelukannya, aku melihat jarum jam sudah menunjuk angka 12. Yaa… sudah tengah malam, saatnya bagiku untuk pergi tidur.
“Mama ke kamar dulu ya sayang, good night…” kata Mama sambil berjalan ke arah kamarnya.
“Iya Ma… Good night” aku segera merapikan buku-buku dan membawanya ke kamarku.
Aku senang Mama setuju dengan keputusanku untuk menjadi dokter dan kuliah di Jerman. Sekarang aku semakin giat belajar, aku ingin sekali ke Jerman. Aku ingin kuliah kedokteran di sana, semoga saja Papa juga menyetujui keputusanku.
Keesokan harinya…
Pagi ini aku ngantuk sekali, sepertinya ini efek begadang semalam.
Aku melihat jam dinding sudah menunjuk angka 06.30 aku masih ngantuk, jalanku juga sempoyongan. Jangan sampe aku tidur di kelas nanti.
Aku turun tangga dan menghampiri meja makan, melihat Papa sedang sarapan sendiri.
“Marine… kamu mau kuliah di Jerman?” Papa menghentikan makannya dan menatap mataku yang masih ngantuk ini. Sudah kuduga, Mama pasti menceritakan soal ini sama Papa.
“Iya Pa…” jawabku dengan suara pelan.
“Yasudah kalau begitu, belajar yang rajin ya… jangan sampe nilaimu turun. Mulai sekarang persiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan, setelah lulus nanti kamu tinggal di Berlin sama temen Papa untuk beradaptasi sama lingkungan di sana” aku terkejut mendengar perkataan Papa saat itu, aku yang tadinya ngantuk sekarang sudah tidak ngantuk lagi. Aku jadi semakin semangat untuk meraih cita-citaku, kedua orang tuaku sudah menyetujuiku untuk kuliah kedokteran di jerman. Bahkan Papa sudah merencanakan tempat tinggalku di Jerman nanti.
Aaaaa…. senang sekali rasanya, mimpi apa aku semalam, pagi-pagi begini sudah mendengar kabar gembira.
“Iya Pa… siaapp. Nilai Marine kan gak pernah turun, Marine akan belajar lebih giat lagi” teriakku senang. “Yasudah kalau begitu, Papa berangkat duluan ya” aku mencium tangan Papa sebelum berangkat, lalu Papa mengusap rambutku.
Karena hari ini Papa sedang buru-buru pergi ke kantor, aku di antar Pak Andi ke sekolah.
Pagi ini aku merasa senang sekali, aku jadi lebih semangat les Bahasa Jerman.
Yaaa… meskipun di sekolah tidak ada satu pun anak yang ikut les Bahasa Jerman, dan hanya aku sendiri yang ikut les Bahasa Jerman, karena aku pernah mendapat nilai 0 saat aku kelas 10 dan itu membuatku malu sekali. Akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti les Bahasa Jerman terbaik di Jakarta, beberapa bulan setelah les nilai Bahasa Jermanku selalu bagus, bahkan guru Bahasa Jerman selalu memujiku.
Sesampainya di sekolah aku bertemu Adrian, panggil saja Ian. Dia ketua PMR sekaligus rekanku, kita beda kelas dan kebetulan kita bertemu di depan ruang kelasku. Dia idola para siswi-siswi di sini, mereka bilang Adrian ganteng, pintar, karismatik dan kaya. Tapi, bagiku dia biasa saja. Gak ganteng-ganteng amat.