Jejak – jejak itu, nyaris tak terlihat di dalam keremangan sore dan rinai hujan yang mulai turun. Tetapi, mata Yoshi yang terlatih mampu menangkapnya. Tapak – tapak sepatu milik seseorang yang dia lacak sejak berjam – jam yang lalu itu, tercetak dalam langkah acak dan berantakan di tanah.
Dia melangkah seperti orang mabuk. Yoshi memicingkan mata.
Jejak itu terus mengular jauh ke antara semak – semak. Hingga di satu petak luas tanah berlumpur, jejak – jejak itu berhenti, bermuara ke sebuah ceruk, berbentuk siluet tubuh manusia, yang digenangi air hujan.
Dia terjatuh.
Melihat dalamnya ceruk itu, sepertinya Bill tergeletak di situ cukup lama.
Tapi dia berhasil kabur lagi, sebelum aku tiba. Yoshi mendengus kesal. Selain jahat dan brengsek, Bill juga ternyata sangat ahli kucing – kucingan.
Yoshi memeriksa ceruk itu lebih seksama. Matanya kemudian menangkap sesuatu yang menyembul dari dalam genangan. Yoshi menariknya. Tas medis dan tas perkakas yang sudah koyak.
Dia meninggalkan semua ini? Kening Yoshi mengerut penuh tanya.