UNIT 721

Januard Benedictus
Chapter #11

KEMBALINYA BILL

Laras dan Lucy tersentak bangun. Jerit kesakitan Rick dan raungan Bill, telah menerobos alam mimpi mereka. Rasa kantuk keduanya sirna. Digusur ngeri yang mencekam, begitu mereka membuka mata.

“Rick!” Lucy berteriak penuh teror. Lantai di sekeliling Rick sudah bersimbah darah.

“Dia memakanku!” Rick berteriak ketakutan. Terdengar derak rahang yang menghujam ke dalam daging. Darah kembali menyembur. Rick melolong.

Laras melompat bangkit dari sofa. Dia berlari menyambar sodokan besi panjang dari sisi perapian, lalu diayunkannya sekali jadi ke kepala Bill.

Bill terhentak. Terguling ke belakang.

Lucy menyusul maju. Bersama Laras menyeret Rick ke bawah tangga melingkar.

“Aku butuh kain.” engah Lucy panik. Rick nyaris tidak sadarkan diri. Luka menganga di lehernya terus mengucurkan darah.

Laras cepat – cepat melepas kemejanya, “Pakai ini.” disodorkannya kemeja itu pada Lucy.

Bill menggeram. Dia bangkit dari lantai. Lalu menyerbu membabi buta ke arah Laras, Lucy dan Rick.

“Urus, Rick.” tergesa, Laras berdiri, sambil menyambar sodokan besinya. Digenggamnya ujung - ujung sodokan besi dengan kedua tangannya, lalu dihantamkannya besi melintang itu ke dada Bill. Laras menggeram, berusaha mendorong Bill mundur.

Bill mendorong balik dengan kekuatan banteng mengamuk.

Laras mulai kewalahan mempertahankan kuda – kudanya. Wajah Bill tinggal sejengkal jauhnya dari wajahnya.

Tiba – tiba kilat menyambar. Menerangi wajah Bill yang sejak tadi terselubung keremangan pondok mercusuar.

Laras menjerit.

Bola mata Bill berwarna putih seluruhnya. Seluruh wajahnya lebam, penuh dengan gurat – gurat pembuluh darah yang pecah. Mulutnya yang berbau busuk, dipenuhi leleran liur dan darah.

Perlawanan Laras surut seketika. Genggamannya mengendur. Sodokan besi yang dipegangnya jatuh berkelontangan.

Kaki Laras mendadak lemas. Tubuhnya merosot ke lantai.

***

JEJAK yang ditinggalkan Bill, telah  menuntun Yoshi sampai ke dermaga.

Tujuan kita ternyata sama, Pak tua. Terengah, Yoshi memacu kaki – kakinya, berlari menembus badai yang masih mengamuk, menuju mercusuar yang menjulang di atas karang. Firasatnya tidak enak. Ada yang janggal dengan Bill.

Semoga belum terlambat.

Lihat selengkapnya