UNIVERSE

Nadine Mandira
Chapter #2

BIG BANG - LEDAKAN AMARAH

“Uh-oh, pusing banget,”

Antari Riksa Arabella terbangun di pagi hari yang cerah dengan hati yang suram. Ibunya menyalahkan hujan kemarin malam atas tumbangnya gadis bungsunya, tapi sebenarnya kewarasan anaknya-lah yang membawanya terbaring di ranjang nyaman miliknya. Meskipun jarak dari halte ke rumah Antari cukup dekat, tetap saja ia harus menggunakan payung yang ibunya selalu sisipkan di tas jinjing miliknya. Namun panggilan suara berdurasi dua puluh lima detik yang ia terima ketika kakinya baru saja menapak di Halte Sari Raya membuatnya membeku lebih dingin ketimbang angin hujan. Antari rasa keputusan sepihak itu membuat otaknya berhenti berfungsi dan luapan amarah di hatinya bergejolak.

Antari teringat saat-saat pertama mereka bertemu di bangku SMA, anak laki-laki riang yang cerdas dengan gadis yang hanya menyukai kicauan di kepalanya dan mempercayai buku di genggamannya. Takdir menuntun keduanya untuk saling berjabat tangan dan saling mengenal satu sama lain. Entah kenapa pertemuan itu justru mengikat kedua hati remaja yang bahkan tidak tahu apa itu cinta. Seperti kutipan di buku Agatha Christie, cinta di usia muda bagaikan daging yang masih mentah.

“Tolong nasi dari bekel lo jangan ngelewatin batas pita koreksi yang udah kita sepakati,” protes Raditya Bagas Selatan, teman sebangkunya.

Antari melirik Raditya sekilas dan mengabaikannya bagaikan seekor lalat yang hinggap.

Sombong banget ini cewek, batin Raditya sembari membalas tatapan sinis Antari.

“Hm, maaf.” Tutup Antari begitu saja.

Berhari-hari kemudian, Raditya selalu memperhatikan Antari yang setiap hari membawa bekal. Kalau dipikir-pikir Antari membuat stereotip anak kutu buku semakin kental. Pendiam, jago membuat karya tulis, cerdas, dan kikuk. Hal-hal itu membuat Raditya berpikir kalau mungkin saja Antari bukanlah anak yang pendiam, melainkan ia belum begitu nyaman dengan lingkaran pertemanannya. Terbukti ketika guru mengelompokkan ia dengan gadis-gadis tenar yang tidak pintar itu, Antari memilih untuk mengambil banyak andil agar nilai kelompoknya tidak jatuh. Padahal jika tugas itu diberikan secara personal, belum tentu anggota lainnya di kelompok itu bisa mendapatkan nilai yang tinggi.

Belakangan ini ada rumor mengenai Antari. Ghea, teman satu kelompoknya, mengatakan kalau sebenarnya Antari tidak memberikan kesempatan mereka untuk mengerjakan tugas, bahkan terkadang Antari menyindir mereka dengan sajaknya seakan-akan ia sama sekali tidak bersalah di halaman sosial media miliknya. Sedihnya, banyak yang percaya dengan gosip itu dan membuat Antari semakin dikucilkan. 

Suatu hari, Raditya melihat dari kejauhan Antari tampak sangat kesal karena kelompoknya selalu mendapat nilai rata-rata. Alis di wajah berbentuk hati itu saling bertautan dibalik poninya, napasnya berderu, namun tangannya berusaha membuka lembaran buku astronomi yang Raditya yakin tidak akan dibaca oleh Antari. Muncullah rasa penasaran dari diri Raditya mengenai teman sebangkunya, ia pun mulai melangkahkan kaki ke arahnya, dan duduk di sampingnya.

“Lo kenapa?” tanya Raditya dengan nada pura-pura tidak acuh.

Lihat selengkapnya