UNIVERSE

Nadine Mandira
Chapter #18

THEIA - ALASAN DARI KEHANCURAN

"Once upon a time, there's a collision on earth, moon was created ever since."

Satu tahun kemudian.

Sudah seminggu semenjak ia pulang dari magangnya, setidaknya ia mulai kembali beradaptasi. Banyak pembangunan yang terjadi di kotanya. Hari ini ia akan melakukan perjalanan jauh untuk menepati janjinya. Semesta sudah mengirimkan beberapa rekomendasi kedai kopi terbaik di kota yang cukup jauh dari kota mereka. Semesta sudah menyiapkan kejutan kecil, karena itu mereka harus berangkat secara terpisah. Rencananya, mereka juga akan berbelanja untuk pernikahan Denise dan Jeno.

“Kayaknya di sini tempatnya,” gumam Antari.

Kalau dilihat dari gambar di situs restorannya, memang ini. Tapi sepertinya mereka sedang merenovasi bangunannya. Baiklah, mau tak mau, Antari harus bertanya.

“Maaf, Pak, ini Theia Coffeeatery, kan?” tanya Antari sembari menunjukkan ponselnya.

Mata mereka bertemu.

“Antari?”

Pertemuan yang tidak terduga ini sangat mengejutkan. Dengan terbata-bata Raditya mempersilakan Antari masuk dan memilih menu. Selagi Raditya menyajikan kopi hangat untuk Antari, Antari berusaha menenangkan debaran di hatinya. Mereka berdua tampak sangat canggung, tidak ada satupun yang memulai percakapan. Jantung Antari berdegup cepat. Mungkin pepatah ‘Ada beberapa hal yang tidak bisa disembuhkan oleh waktu’ ada benarnya, bukti nyatanya adalah luka ini.

“Apa kabar?” pertanyaan klasik yang dilontarkan Raditya membuat amarahnya memuncak. "?Btw,? selamat, ya. Aku dengar tim-mu menang dan berkesempatan magang di NASA. Aku dan Ursa sangat ingin ngucapin selamat secara langsung."

“Kamu bahagia sekarang?” tanyanya menyindir, sepertinya ia tidak tertarik mendengar basa-basi Raditya.

“Tar, aku pernah bilang kalau saat kita bertemu lagi, aku akan menceritakan keluargaku dan kamu akan menceritakan kehidupanmu. Um, darimana aku harus mulai, ya? Yang jelas, setelah kejadian Bang Adam memukulku, mertuaku memutuskan untuk pindah karena malu. Aku nggak pernah menyangka mertuaku akan sangat… bawel, hahaha.” Raditya tertawa. “Sebenarnya sebulan setelah kita pisah, aku memutuskan perjanjian kontrak secara sepihak. Namaku sempat di-blacklist waktu itu. Lalu dengan bantuan Ursa, akhirnya aku bisa mewujudkan kedai kopi ini. Aku sangat menikmati membuat keramik sebagai kado kepada pelanggan yang sudah memiliki kartu anggota. Singkatnya, kami masih merintis, tapi kami bahagia. Sangat-sangat bahagia.”

Antari menghembuskan napasnya. “Aku menjalani kehidupanku dengan baik. Tahun lalu tim-ku berhasil memenangkan kompetisi dan aku magang di NASA selama satu tahun. Aku memiliki teman, bahkan sahabat. Lalu ada Semesta yang selalu berada di sisiku, tapi kamu tau, Dit? Bahkan dengan semua kebahagian itu, di sini sangat hampa.” Telunjuknya menunjuk dadanya. “Singkatnya, aku sukses dalam kehidupanku, tapi aku tersiksa. Sangat-sangat tersiksa. Thanks to you.”

“Tar…,”

“Kamu nggak perlu merasa bersalah. Berkat masalah ini, aku bisa kenal dan dekat dengannya.” Antari tersipu mengingat seseorang yang sangat gigih mengejarnya.

Raditya ikut tersenyum, ia bertopang dagu. “Dia yang memeluk kamu saat di aula itu, kan?”

“Ya.” Antari mengangguk. “Dahulu, aku mendengar percakapan ibu dan ayahku ketika ayah lebih memilih pergi bersama wanita itu. Saat itu, ibu sangat terpukul. Aku mendengar dan melihat sendiri di saat usia yang masih sangat muda. Teriakan ibu yang mengatakan ayah pergi karena wanita itu jauh lebih cantik ketimbang dirinya dan permohonan ibu agar ayah tetap bersama di sisi kami. Aku nggak pernah nyangka memori itu menghantui aku sejauh ini, Dit.

Lihat selengkapnya