Jika diingat-ingat lagi, baru saja ia merayakan ulang tahunnya kemarin namun ia sudah bersiap akan kenaikan kelas tiga. Bahkan kalung pemberian sang ayah yang tergantung di leher serasa baru seperti pertama ia mengenakannya bulan Desember tahun lalu.
Ya, 30 Desember. Hari dimana ia dilahirkan sekaligus hidup di dunia yang pahit.
Usai liburan panjang, tak banyak hal istimewa lainnnya yang terjadi selain sesekali keluar bersama sahabat-sahabat, berbincang dengan ayah, ataupun membaca buku di rumah. Tak ada yang lebih istimewa lagi bagi dirinya selain saat ia menerima kejutan di hari kelahirannya.
Menggeleng samar dengan senyuman terpatri di bibir membuatnya bisa-bisa dikira sudah tak waras lagi karena terlalu banyak belajar mengejar ulangan dan tugas semester akhir kelas dua.
“Aryla mana?” tanyanya ketika Carla tiba di kantin dengan wajah kusut.
Carla menghela nafas sebelum membaringkan diri di atas meja kantin. “Sibuk, bentar lagi ‘kan mau studytour. Buat kakel sih, tapi kita diikutin,” ujarnya. Nampaknya ia begadang untuk beberapa hari.
“Kenapa mukamu jelek banget beberapa hari ini? Berantem sama Leandro?”
Carla yang nampak akan memakan pudding tercengang mendengar pertanyaan Lyana. “Kok kamu tahu?”
Lyana tertawa. “Kalian gak berantem itu, langka,”
Gadis muda di depannya mendengus kesal dengan bibir yang telah maju beberapa centi ke depan. Ia tak terima dikatai seperti itu, tapi kenyataannya memang begitu adanya. Ia kembali berbaring miring lalu menghela nafas lagi.
“Kenapa? Sampai lesu gitu. Mau kumarahin?” aju Lyana menatap heran sahabatnya.
Ia menggeleng. “Enggak, mungkin aku yang labilan. Emang bener kata kalian, aku masih kecil,”
Lyana mengelus kepala Carla lembut, ia nampak lucu disaat seperti ini. “Justru mungkin ini jalan yang bisa buat kamu dewasa, Car,”
Mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali; mengiyakan ucapan Lyana sebelum tiba-tiba ia bangkit dan tersenyum aneh. Lyana yang terkejut karena ia langsung menarik tangannya dan menatapnya heran.
“Apa?”
“Ehm— Ethan gimana nih?”
Dan mulai lagi godaanya.
Entah kenapa banyak dari mereka menggoda Lyana dan Ethan, terlebih akhir-akhir ini. Mereka semakin sering menggoda dan menyindir secara tak langsung saat bertemu muka dengan dirinya dan mencapai puncaknya saat beberapa kali orang tua keduanya bertemu berbincang tentang penyelidikan akhir-akhir ini.
Masih segar di ingatan bagaimana merahnya kedua pipinya saat ibunda Ethan berucap santai di depan nenek, ayah, dan lainnya.
“Lyn… Jadi mantu tante ya, please… Tante bakal bahagia banget punya menantu cantik gini, apalagi cucunya entar.. Gak sabar tante!”
Sontak hal tersebut membuat satu rumah mengciekan hal tersebut. Lyana sampai enggan keluar dari kamar saat ada pertemuan berkala untuk berdiskusi akibat rasa panas di pipi masih melekat dan sejak saat itu pertemuan diskusi tidak dilakukan lagi di rumah Ethan, menghindarkan ibu Ethan membahas lebih jauh lagi.
Menggeleng lemah sambil tertawa pelan. Meski wajahnya tersenyum, samar-sama Carla dapat merasakan tekanan aura kelam menguar dari lawan bicaranya membuat ciut.
“Bahas itu lagi, jangan bicara denganku semingguan,”
“EH! JANGAN GITU DONG! Ululu~ Nanti siapa yang bakal bantuin aku belajar…” rengek Carla dengan wajah memelas dan kembali meluruh ke meja kantin.
Lyana mengendikkan bahu ringan sambil menyuap bubur ayam terakhirnya. “Entah, minta Leandro saja,”
“PR aja sering lupa, apalagi kalo minta ajarin,” menggeleng sambil tertawa jika mengenang sang kekasih. Memang, soal pelajaran Leandro lemah namun bakatnya jatuh ke bidang olahraga, basket contohnya.
Tak berselang lama setelah Lyana menyudahi kegiatan makannya, ia berjalan beriringan bersama Carla dari kantin menuju ke kelas mengingat masih ada jadwal kelas yang harus diikuti keduanya. Saat menaiki lantai dua, dari kejauhan keduanya dapat melihat siluet seseorang yang berjalan terseok-seok ke mereka.
“R-Ryl? Kamu gapapa?”
Menggeleng lemah sembari menarik lengan Lyana dan bersandari di bahunya; Aryla nampak seperti bunga yang berhari-hari tak disiram. “Semuanya terlalu mendadak, banyak perubahan rencana karena destinasi awal gak bisa direalisasi,”
Menangguk prihatin. Kantung mata yang menghitam dan wajah menirus sudah menunjukkan sekeras apa ia bekerja di hari-hari mendekati studytour. Hal ini berlaku ke tiap anak OSIS juga perwakilan kelas yang sibuk setiap kali sekolah memiliki kegiatan.
“Eh, iya ya. Bukannya rencana awalnya mau refreshing camping ke gunung kan?”
“Batal, banyak yang nggak setuju pas didiskusiin ulang sama anak tingkat tiga, jadinya kita mantai aja,”
“Mondok dong?” Carla menimpal dengan dibalas anggukkan pelan. Lyana mengelus pelan surai si gadis yang agak teracak sebab sedari pagi berlarian ke kantor, ke ruang pertemuan, dan beberapa kali izin keluar sebab mengecek lokasi studytour kelak.
“Tapi lumayan sih yang ini, lokasinya lumayan jauh dari kota. Sejuk dan bener-bener bisa nyegerin otak mumet. Tim kami yang dateng kesana sempet pengen nginep sehari malahan,” Aryla berujar. Sepertinya tempat itu akan meninggalkan kesan yang indah di ingatan mereka.
“Cuman tingkat dua sama tiga ‘kan yang pergi? Tingkat satu kali ini kan gak ikut katanya,” tanya Carla.
Aryla kembali mendesah ringan. “Sempet dibicarain sih soalnya ada tingkat satu yang protes mau ikut,”
“Alah, paling karena pengen ngapel bareng pacarnya yang kakel,” gerutu Carla yang langsung dibalas tawa renyah kedua sahabat.
“Rencananya, satu kelas lima orang aja yang ikut soalnya peminat yang gak mau ikut lebih banyak daripada yang mau,” tutur Aryla lagi bertepatan dengan sampainya mereka di depan pintu kelas.
“Ya.. Orang dimabuk asmara emang susah. Untuk kita tingkat dua, jadi gausah misuh-misuh,” ceplos Carla yang kembali membawa tawa.
“Udah, ah. Abis ini mau ulangan Inggris, ‘kan? Yuk cepetan masuk sebelum Miss dateng!”
*
*
Hari-hari berikutnya dilalui dengan banyak pertemuan orangtua kelas tiga serta pertemuan para murid membahas studytour yang akan datang dalam waktu dekat. Tentu saja membuat para panitia—Tidak, hampir satu sekolah sibuk menyiapkan diri mengenai pakaian apa yang akan dipakai, barang-barang, serta jaringan yang mungkin saja tidak ada.
Di samping itu, semuanya juga bersiap dengan prom. Prom? Ya, usai pengumuman kelulusan kelak, akan diadakan prom night sekolah di hotel. Tentu saja menambah daftar beban pekerjaan para pengurus kegiatan tersebut yang tentunya orang yang sama mengurus studytour ini.