Universe.

Moon
Chapter #2

01.

Derap kaki memenuhi lapangan luas sekolahan tersebut menyebabkan debu-debu halus yang memperburuk kerja paru-paru beterbangan bebas. Seolah mereka semua tak peduli, berlarian dengan riang kesana dan kemari menghampiri sahabat-sahabat mereka yang telah terpisah hamper sebulan setelah libur kenaikan kelas.

Atmosfer ceria muncul di sudut manapun tempat itu. Lama tak bersua dengan sahabat dapat membuat kerinduan memenuhi relung hati, serasa ada yang kurang jika tidak melihat keributan dan berbincang dengan teman sendiri. Tentu saja tak semuanya merasa begitu.

Ada yang juga menyesalkan mengapa liburan tak diperpanjang agar berlibur lebih lama di luar kota atau malas memulai tahun ajaran baru yang tentunya akan menyambut mereka dengan tumpukan tugas, laporan, dan ujian tentunya.

Tak terkecuali gadis muda yang sedang memaki earphone nya itu. Ia nampak berjalan lurus menuju koridor kelas-kelas dan menuju ruangan bertuliskan di papan ‘XI MIA 1’ tersebut. Isi rungan itu sendiri telah ramai penghuni, ada yang sedang menata rambut, bergosip, bercanda, dan banyak interaksi kemanusiaan lainnya terjadi disana.

Ia memilih tempat duduk di barisan ketiga dari empat baris agar tidak terlalu jauh ataupun tak terlalu dekat dengan meja guru. Baru saja ia mendudukkan diri dan meletakkan tas, sepasang anak manusia berjenis kelamin perempuan menghampirnya dengan senyuman lebar.

“Gak nyangka kita sekelas lagi,” ucap seorang gadis yang memakai bandana kuning sambil duduk di depan meja gadis bernamakan Lyana itu.

Lyana tersenyum tipis, “Beruntung banget ya, dari SD kita sekelas terus,” ucapnya menanggapi.

“Carla kan gak boleh jauh-jauh dari Lya, nanti Lya nangis,” tutur gadis lain yang ber-nametag ‘Carla Avriandyn’ tersebut dengan riang.

Gadis berbandana tadi tertawa pelan, “Kau seperti anak kecil saja, Car,”

Carla nampak menggembungkan sebelah pipinya, ia sebal tapi itu benar adanya. “Aryl !!! Jangan anggap aku masih kecil! Aku sudah kelas sebelas sekarang,” ucapnya seolah-olah menegaskan namun nampak lucu di mata Lyana dan gadis dipanggil Aryl tersebut. Mereka tertawa bersama dan berbincang seru tentang apa yang akan menunggu mereka di kelas baru itu.

“Aryla Laksana Putri?”

Panggilan seseorang dari pintu kelas menyita perhatian semua orang tanpa terkecuali. Yang merasa; Aryl langsung menoleh dan menghampiri orang tadi dengan rasa penasaran tinggi. “Ada apa ya?”

Orang tadi tersenyum sekilas sebelum berkata, “Kasihmu bilang ini untukmu,” ucap orang tadi menyodorkan sebungkus coklat batang. “Lalu kau dipanggil ke Bu Elina ke ruang guru,”

Tak berselang lama usai menyampaikan dua pesan singkat itu, orang tadi berlalu pergi meninggalkan Aryla yang malu diolok satu kelas. Aryla segera saja berlari menuju ruang guru menghindari antusiasme orang-orang lebih jauh dan ramai lagi.

“Lihatlah, dia malu tapi senang,” ujar Carla dibalas senyuman tipis Lyana.

“Aryl imut saat malu, ia pasti bersembunyi,” ucap Lyana.

Carla tertawa geli, “Memang, walau begitu dia nampak dewasa di luar,”

Carla berdiri dari tempat ia duduki. “Bel akan berbunyi, persiapkan diri untuk begadang demi tugas!!!” ucap Carla merenggangkan tubuhnya dan berlalu menduduki kursi pilihannya yang agak jauh dari Lyana.

Lyana sendiri nampak memulas senyum tipis dan mengambil nafas panjang bertepatan dengan Aryla masuk diikuti dengan wanita paruh baya yang sepertinya wali kelas baru mereka di tingkat dua sekarang.

Wanita itu nampak tersenyum sekilas sembari memindai setiap sudut kelas. Ia pun berucap, “Pagi semua! Selamat datang di kelas sebelas. Mungkin ada yang sudah mengenal Ibu tapi ibu tetap akan memperkenalkan diri sekali lagi,”

Ia beralih ke papan tulis putih dan mengambil spidol yang terdapat di tepi papan tersebut menuliskan satu kata dengan huruf kapital dan jelas, “Kalian bisa panggil Bu Irene,” ia menelusuri setiap perubahan raut wajah orang di kelas, “Salam kenal semuanya!”

“Salam kenal juga ibu cantik!” sahut seorang murid di sudut kelas membawa gelak tawa sekelas. Bu Irene juga nampak tertawa. Banyak siswa suka bercanda dan menggoda Bu Irene mengingat umurnya masih 20-an dan belum berkeluarga, dia benar-benar energik.

“Sudah-sudah, tenang. Ibu akan mulai memilih perangkat kelas. Pertama, perkenalkan diri kalian masing-masing sekarang!”

***

“Lalu, Carla jatuh tadi?” Tanya Lyana pada Aryla yang masih tertawa karena kejadian yang baru terjadi saat jam pelajaran olahraga.

Lihat selengkapnya