"Ahhhh ... Runa, gue iri sama lo. Lo beruntung banget sih, bisa satu kelompok sama Reza ... gila sih, eh--gak cuma Reza sih, tapi Kaesar dan Faris juga. Yaampun ..." Aku hanya bisa menggeleng pelan mendengar ucapan Desi yang dari tadi tak henti-hentinya menyebutkan kalau aku sangat beruntung karena bisa satu kelompok bersama dengan 3 orang itu.
Padahal, dalam pikirku, apa yang membuat aku jadi beruntung? Sebenarnya aku sangat tak ingin sekali bisa satu kelompok bersama mereka, terutama dia. Sudah kujelaskan, aku selalu merasa muak ketika melihat sikap pura-puranya di hadapan semua orang. Ingin aku langsung menampar wajahnya, tapi aku tak bisa, tembok besar tentang aku yang mencintainya selalu berhasil menghalangiku.
Akhirnya, aku hanya diam lagi. Menahan segalanya, hingga berakhir dengan air mata yang tak bisa kutahan hadirnya, tentunya saat tak ada dia di hadapanku.
"Runa!" teriakan seseorang kembali menyadarkanku dari lamunan yang senantiasa menemaniku selalu.
"Kebiasaan kamu." Tepukan pelan kurasakan di bahuku.
Aku hanya terkekeh pelan pada Desi. "Ada apa?" tanyaku.
"Tuh! Di panggil sama Reza," ucap Desi dengan menunjuk ke arah belakangku. Aku menolehkan kepalaku ke arah belakang, di sana sudah berkumpul semuanya, tinggal aku yang belum. Aku kembali melihat ke arah Desi.
"Yaudah, aku duluan ya, Des." Desi mengangguk pelan lalu aku pergi menghampiri kelompokku di sana.
"Maaf, lama." Tidak ada jawaban, mereka langsung pergi. Mau tak mau, aku mengikuti mereka.
Di kelas, aku memang termasuk mahasiswi yang pendiam. Selain Desi, jarang ada yang mengajakku untuk berbicara ataupun sekedar menyapa. Di parkiran, aku kembali terdiam. Sekarang aku harus bagaimana? Arin membonceng Chyntia, Andra sudah pasti dengan Seni. Tinggal aku, Reza, Kaesar dan Faris. Haruskah aku satu mobil dengannya? Oh! Mengapa harus seperti ini. Niat aku menghindarinya, malah jadi seperti ini.
"Runa!" teriakan lagi-lagi kembali menyadarkanku.
"Masuk." Aku menganggukkan kepalaku pelan dengan senyum.
Aku beralih ke sisi lain mobil dari belakang, dengan perlahan aku membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Tak lama, mobil pun melaju. Di dalam mobil, aku terus saja menatap ke arah luar jendela. Sungguh canggung sekali. Aku yang notabennya tak pernah berbicara harus di hadapkan dengan mereka yang terus saja berbicara, saling melemparkan berbagai candaan.
"Runa! Ngomong dong," ucap Faris tiba-tiba yang membuatku sangat terkejut. Dia duduk di sebelahku. Kaesar yang menyetir, dan Reza di sampingnya.
"Iya, jangan diem terus. Emang lo tiap hari diem gitu ya?" Itu Kaesar yang berbicara, sembari melirikku dari kaca di depan. Reza hanya menggelengkan kepalanya pelan. Aku tersenyum kecil.
"Ngak, kok. Aku sering ngomong. Cuma, sama keluarga aja seringnya." Dengan berani, aku menjawab hal itu, dengan harapan mereka tidak akan lagi menanyaiku macam-macam. Namun ternyata aku salah, mereka bertiga lagi-lagi malah bertanya.
"Tapi kenapa lo gak coba untuk buka diri aja? Ngobrol sama yang lain gitu?" Itu masih Kaesar yang berbicara.
"Iya tuh, lagian enak kali punya banyak temen," ucap Reza menimpali.
"Mungkin aja," jawabku akhirnya. Sebenarnya aku bingung mau menjawab apa. Pertanyaan itu selalu tak bisa ku jawab. Entah berasal dari mulut keluargaku, Desi atau pun orang lain.
"Eh, Run ... lo beneran udah nikah, 'kan?"
"Iya, sama siapa?"
"Terus, lo jarang ngomong juga sama dia, gak?" tanya mereka bertiga secara bergantian, mulai dari Faris, Kaesar dan terkahir Reza.
Aku menghela nafas pelan, dia dan temannya mulai lagi. Aku hanya mengangguk kecil lalu mengangkat tanganku yang tersemat cincin.
"Gak percaya terserah ... cari tau aja sendiri ... Hmmm, lumayan."
"Ih, lo jawab apa? Kenapa gak nyambung gitu, ya 'kan?" tanya Reza yang diangguki oleh Kaesar dan Faris.
"Jawaban pertanyaannya." Lama tidak ada tanggapan, aku pikir mereka tidak akan mengajakku mengobrol lagi, tapi ternyata aku salah lagi.
"Ohhhhh!" teriak mereka secara bersamaan.
Aku terheran. "Kenapa?" tanyaku.
"Gue baru ngeh sama jawaban lo tadi. Jadi yang 'Gak percaya, terserah' itu buat jawaban gue, 'Cari tahu aja sendiri' buat jawaban si Kaesar dan 'Hmmm, lumayan' buat jawaban si Reza. Gitu 'kan maksud lo?"