"Bosen ya di rumah sendiri terus?" Aku mengangguk lalu mengambil helm yang di berikan oleh Desi.
"Emangnya kapan sih orang tua kamu pulang dari luar negri?"
Aku mengangkat bahuku dan bergegas naik ke atas motor. Mereka terlalu sibuk mengurusi bisnisnya yang mulai maju di luar negri. Entah mereka ingat aku atau tidak. Aku mengangguk kecil pada semua teman satu kelompokku yang masih di sana, untuk pamit. Begitu pun dengan Desi. Mereka sama-sama menganggukkan kepalanya lalu Desi melajukkan motornya untuk pulang ke rumahnya.
"Tapi mereka ngabarin lo, 'kan?"
Aku mengangguk kecil. "Bulan lalu," jawabku pelan.
Desi hanya mengangguk lalu kembali fokus ke jalanan. Setengah jam kemudian, kami sampai di rumah Desi.
"Om di mana Des?" tanyaku saat aku telah turun dari motor dan menyerahkan helmku pada Desi.
"Biasa, sakit kepalanya kambuh lagi. Jadi dia udah istirahat. Tapi gue udah bilang kok sama Ayah kalau lo bakal nginep di sini."
Aku mulai berjalan mengikuti Desi masuk ke kamarnya. Seberapa sering pun aku ke sini tetap saja, tidak sopan jika mendahului tuan rumah. Sampai di kamar Desi, aku menyimpan tasku lalu pergi ke arah lemari, mengambil baju dan bergegas ke kamar mandi untuk berganti baju. Entah aku ataupun Desi, kami sama-sama menyimpan baju masing-masing di rumahku ataupun Desi. Itu karena cukup sering kami sama-sama saling menginap di masing-masing rumah kami.
Biasanya, aku menginap di rumah Desi jika sedang bosan ataupun keadaan mendadak seperti ini, dia pergi ke rumah temannya sehingga tidak ada alasan bagiku untuk tinggal di sana, sendirian. Jika Desi menginap di rumahku, biasanya akan ada acara atau kegiatan di kampus. Karena jarak rumahku bisa dibilang cukup dekat daripada rumah Desi. Setelah selesai berganti pakaian, aku lantas pergi ke sisi lain tempat tidur. Desi sudah ada di sisi lainnya, menyenderkan tubuhnya.
"Oh ya, Run! Ceritain dong gimana tadi Reza, Faris sama Kaesar," pinta Desi.
Aku mengalihkan tubuhku. "Seperti biasanya, mereka cuma diam aja lihatin yang lagi ngerjain. Sekali-sekali mereka pergi cari buku untuk dibaca. Mereka 'kan selalu kebagian saat mempresentasikannya."
Desi tersenyum lebar mendengar penuturanku. "Gila sih, mereka itu emang perfect banget. Gimana gue gak suka coba, udah pinter, humoris, baik, ganteng lagi. Pokoknya paket komplit deh. Coba aja gue dapat salah satu dari mereka."
Aku kembali membalikkan tubuhku ketika melihat Desi kini tengah sibuk dengan khayalannya mengenai mereka. Memang tidak salah sih, pendapatku juga sama dengan Desi, jika kebanyakan orang membuat suatu kelompok itu mengenai motor, ataupun hal apapun yang berkaitan dengan itu berbeda dengan Reza dan kawan-kawannya. Mereka malah membuka sebuah komunitas mengenai buku, terutama buku pelajaran. Dan Reza adalah otak yang membuat itu. Tapi yang banyak disayangkan oleh banyak orang adalah yang bisa bergabung di komunitas itu hanya laki-laki saja, tidak dengan perempuan.
Aku sendiri tidak masalah, karena jujur walaupun aku juga sedikit kagum pada mereka aku sama sekali tidak ada niatan untuk bergabung. Karena aku tidak terlalu suka membaca buku, apalagi buku pelajaran. Kalaupun aku membaca buku pelajaran, mungkin hanya saat pelaksanaan ujian saja.
Kembali ke realita. Aku masih belum bisa memejamkan mataku. Aku meraih handphone, mengetikan sesuatu padanya.
Me : Aku lupa, kita janjian jam berapa? Setelah pesan itu terkirim tidak lama balasannya ada.
RLH01 : Pagi aja ya ... biar kita bisa jalan-jalan dulu, udah lama juga 'kan kita jarang jalan bareng.
Senyum tidak dapat ku sembunyikan. Memang sudah lama sekali tidak tidak jalan-jalan bersama.
Me : Paginya jam berapa?
RLH01 : Nanti aku jemput ke rumah Desi. Pakai mobil, kamu siap-siap aja. Kalau Desi nanya, bilang aja itu taksi online yang kamu pesan.
Me : Jam?
RLH01 : Hahahha. Aku lupa. Sekitar jam 8 aku bakal sampai di rumah Desi.
Me : Nah, itu yang dari tadi aku tunggu.
RLH01 : Ya ya ya. Kamu belum tidur?
Me : Belum lah, kalau udah gak mungkin 'kan pesannya bisa ke balas
RLH01 : Ok, aku salah lagi ...
Aku tersenyum kecil melihatnya menyerah seperti itu. Di kampus, mungkin dia terkenal dengan kepandaiannya berbicara, tapi saat kami bersama, pasti dia selalu kalah denganku.
Me : Runa gitu. Eh, tapi kamu tadi lucu loh pas di rumah Andra, kaya hiburan dadakan aja.
RLH01 : Jangan bahas itu, malu tahu ....