Suara alarm terus saja berbunyi dari tadi, aku kembali meraih handphone dan mematikannya untuk kesekian kali. Sungguh, aku sangat lelah. Setelah alarm terhenti, aku kembali melanjutkan tidurku dan kisahku di alam mimpi. Namun lagi-lagi suara alarm itu kembali berbunyi, kali ini aku membiarkannya berbunyi sampai akhirnya nanti akan berhenti sendiri. Tapi kali ini bukan suara alarm yang membuatku berdiri, tepukan pelan si bahuku terus memaksa ragaku untuk segera mengambil alih.
"Run ... matiin alarmnya."
Samar-samar aku mendengar suaranya yang menyuruhku untuk mematikan alarm. Aku bangkit dari tidurku, dengan mata yang masih saja terpejam.
"Aku udah coba matiin dari tadi, Mas ... tapi itu tetap aja bunyi. Emangnya Mas masang berapa banyak alarm, sih?" ujarku dengan mata yang masih tertutup. Rasa mengantuk masih terus saja menempel padaku.
Dengan banyak usaha, aku berhasil membuka mataku, itupun dengan pandangan yang masih dipenuhi dengan blur. Dengan malas, aku meraih handphone yang berbunyi alarm itu, membuka kuncinya untuk mematikan semua alarm yang terpasang. Namun pandanganku yang tadinya blur seketika menjadi terbelalak kaget. Melihat jam yang tertera di sana. Dengan segera, aku pergi terbirit-birit menuju kamar mandi, membawa segayung air lalu kusiramkan pada dia. Dia sama mengantuknya sepertiku, jadi tidak akan bangun dengan begitu saja. Setelah air itu sampai di mukanya, dia langsung bangun begitu saja. Mengusap wajahnya yang penuh dengan air.
"Mas! Kita terlambat!" teriakku padanya sambil memperlihatkan jam yang ada pada handphone.
Dia ikut terkejut, dan bangkit dari tempat tidur dengan segera. Tidak protes sedikit pun dengan yang kulakukan tadi. Aku memberikan handuk padanya dan mengucapkan, "Mas mandi di luar aja. Aku di sini, biar bareng-bareng beresnya."
Dia mengambil handuk yang kuberikan lalu berlari ke luar. Aku pergi ke arah lemari, mengambil bajuku sekalian menyiapkan baju untuknya. Setelah selesai, dengan cepat aku pergi ke kamar mandi dan mandi sekaligus ganti baju dengan kilat. Butuh waktu sekitar 10 menit, untukku keluar dari kamar mandi. Kulihat masih ada baju miliknya di tempat tadi aku menyimpannya. Itu tandanya, dia masih belum juga kembali. Harus kuakui, dia paling tidak bisa di buru-buru saat sedang mandi. Selalu tepat 15 menit, sepertinya dia memakai alarm namun yang aku heran, aku tidak pernah melihatnya membawa jam atau pun handphone ke kamar mandi.
Menghiraukan pikiranku tadi, aku beralih ke tempat rias, memberikan riasan sederhana, hanya sebatas pelembab, bedak dan sedikit lip gloss. Serelah selesai, aku pergi menyiapkan tas dan sepatu yang akan kami pakai.
5 menit kemudian, dia kembali dengan handuk yang melilit di bagian bawahnya lalu mengambil baju yang kusiapkan dan memakainya dengan cepat. Aku memberikan sepatu padanya, dia hanya mengangguk. Aku kemudian pergi dari kamar, tak lupa membawa tas dan kunci mobil agar memanaskannya terlebih dahulu. Beberapa menit kemudian, dia sampai di mobil dan langsung mengemudikan mobil pergi dari sini.
"Jangan terlalu ngebut, Mas ... sepertinya kita masih bisa sampai tepat waktu, tapi harus langsung ke kampus."
Dia mengalihkan wajahnya ke arahku sebentar lalu kembali fokus ke depan.
"Maksud aku, Mas langsung aja ke kampus pakai mobil ini. Aku akan turun di minimarket sebelum belokan ke perumahan di rumah kita. Aku bisa pesan ojek online pas mau sampai sana biar pas sampai sana bisa langsung pergi. Kalau ada yang nanya masalah mobil, Mas bilang aja mobil milik sepupu jauh Mas, dan mobil mas lagi mogok. Biar mereka gak terlalu curiga."
"Kamu gak apa-apa turun di sana?" tanyanya masih dengan menatap ke depan.
Aku tersenyum kecil. "Gak apa-apa. Lagian udah biasa juga."
Dia kembali diam, kulihat raut mukanya sedikit berubah namun aku tetap diam. Mungkin dia sedikit tertampar dengan ucapanku tadi. Dan aku memang sengaja memilih kalimat itu sebagai jawaban untuknya. Aku juga manusia, terkadang aku merasa capai dengan hal ini ... menjadi rahasianya yang entah sampai kapan. Dan hari ini, rasa capai itu kembali menghinggapiku lagi.
👤
*Author PoV*
Seorang laki-laki berlari dengan cepat untuk menuju ke kelasnya. Sekitar 3 menit lagi kuliahnya akan segera di laksanakan. Saat di jalan tadi, tiba-tiba saja ban mobilnya pecah. Sungguh hal yang tidak pernah di duganya. Dia adalah orang yang tidak pernah bisa terlambat, baginya lebih baik tidak daripada terlambat. Ya, beda dengan kebanyakan orang yang bilang lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Tapi laki-laki ini berbeda, dia lebih memilih tidak daripada terlambat. Karena baginya, jika dia terlambat itu tandanya dia tidak memberikan effort yang maksimal. Jika effortnya tidak maksimal, bagaimana mungkin bisa menjalani harinya, maka lebih baik tidak dan mencari hal lain yang bisa kita berikan effort yang maksimal. Lebih efektif dan berguna tentunya.
Sampai di depan kelasnya, dia melihat ke arah jam di tangannya, 08.19. Sekitar beberapa detik lagi, dia akan terlambat masuk. Tidak membuang waktu lama, dia pun masuk ke dalam kelas. Kalaupun dia telat beberapa detik saja, dia pasti akan langsung pulang atau setidaknya pergi ke tempat komunitasnya.
Sampai di kelas, dia langsung duduk di tempat yang kosong, di sampingnya ada teman-temannya.
"Wehh, ada apa nih sama hari ini. Baru aja beberapa menit yang lalu si Reza datang, sekarang lo pula yang telat, Sar? Tumbenan lo berdua, biasanya juga paling awal masuk di antara kita-kita," ucap seorang laki-laki di sampingnya yang bernama Ferdi.