Unknown Husband

Michelia Rynayna
Chapter #8

Getting Tired

Semalaman aku tidak bisa tidur karena ungkapanku pada dia mengenai cara mengajariku. Aku selalu memaki diriku setiap kali mengingat hal itu. Mengapa aku begitu bodoh. Aku tahu, ada bagian dari diriku yang tidak rela dibohongi olehnya. Mengenai chattingku dengan Ari. Aku memang tidak membacaī segalanya. Tapi, mungkin saja itu di balas oleh dia. Karena aku hanya tinggal dengan dia saja di rumah ini. Tidak mungkin 'kan kalau itu adalah hantu.

Dia tidak memberitahukanku apa-apa mengenai dia yang membalas pesan dari Ari lalu menghapusnya begitu saja. Salah satu alasanku tidak fokus saat presentasi kelompok tadi pagi adalah memikirkan banyak kemungkinan mengenai hal ini. Mulai dari kemungkinan yang paling baik, baik, buruk, hingga yang paling terburuk.

Aku mengubah posisi tidurku menjadi terlentang, melihat atap-atap langit yang gelap. 2 tahun sudah aku hidup dengannya, namun nyatanya, sampai saat ini dia masih begitu asing terhadap diriku. Sikapnya yang selalu berubah-ubah benar-benar tidak bisa kuduga.

Aku menolehkan kepalaku ke nakas, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan dia belum juga kembali ke kamar. Apa dia sedang memikirkan apa yang aku katakan tadi. Atau sibuk dengan handphone miliknya seperti hari-hari biasanya. Bukan bermain game seperti yang biasa dia lakukan saat bersamaku. Tapi seperti sedang mengetikkan sesuatu. Tak lama setelah itu aku selalu mendengar bunyi notifikasi di handphone miliknya. Lalu dia sibuk mengetik lagi, terus saja seperti itu. Setiap malam. Dan baru kembali ke kamar di jam 1 atau 2 dini hari.

Ya, selama dia tidak ada. Aku hanya pura-pura tertidur, menunggunya datang datang. Beberapa kali kami memang selalu tidur di jam yang sama tapi saat dia membenarkan posisi tidurnya, tak lama setelah itu dia bangkit dari tidurnya dan mengambil handphone miliknya lalu pergi ke ruang tamu. Melakukan hal itu lagi.

Selama ini, aku hanya berpura-pura tidur. Aku hanya ingin melihat, sampai kapan dia akan terus bersikap seperti itu. Merahasiakan segalanya dariku. Namun 2 tahun sudah, tak pernah aku melihat ada niatan dalam matanya kalau dia ingin jujur. Setiap malam, aku selalu memantaunya dan seperti itu juga yang dia lakukan.

Katakan! Apakah aku bisa berpikir positif melihatnya seperti itu?

Bukan sekali dua kali. Aku sering memergokinya. Terkadang dia tersenyum bahkan mengeluarkan tawanya, walaupun dengan volume kecil. Saat bersamaku saja dia tidak pernah tersenyum setulus itu, bahkan sampai tertawa.

Beberapa kali, paginya, aku pernah meminjam handphone miliknya dengan alibi kalau paket data atau pulsa milikku telah habis. Tapi di handphone miliknya sama sekali tidak ada hal apa pun. Di aplikasi pesan miliknya hanya ada kontak temannya dan milikku yang dia kunci.

Katakan lagi! Apakah aku masih bisa berpikir postif tentangnya?

Tidak! Pikiran dan diriku selalu saja menentang hatiku. Dan aku selalu menuruti kata hatiku, tetap bertahan dengannya dengan penuh kebohongan dan rahasia. Aku selalu menutup mata atas apa yang selalu dilakukannya setiap malam. Berpikir kalau itu adalah hal biasa yang tidak mempengaruhiku sama sekali, walaupun kenyataannya adalah yang sebaliknya.

Suara pintu terbuka membuatku tersadar dari lamunanku. Aku segera menutup mataku, berpura-pura lagi kalau sedang tertidur. Cukup lama, aku tidak mendengar suara pintu kamar mandi terbuka atau pun merasakan kasur bergerak. Lalu ke mana dia? Biasanya dia akan pergi ke kamar mandi atau langsung tidur. Tapi kali ini aku tidak merasakan keduanya.

Dengan mata yang masih terpejam, aku masih saja memikirkan ke mana dia. Hingga akhirnya aku rasakan sentuhan di tanganku. Jantungku rasanya seakan berhenti sesaat saat merasakan genggamannya di tanganku. Apa itu tandanya dari tadi dia ada di sampingku? Menatapku? Hingga akhirnya dia memberanikan dirinya untuk memegang tanganku?

"Tunggu aku. Jangan tinggalkanku yang masih berjalan santai."

Ok, otakku tidak sampai atas apa yang dia maksud. Apalagi ini tengah malam ditambah dengan pikiranku yang sedang kacau.

Lihat selengkapnya