Setelah dia--maksudku Kaesar menyeretku di depan kelas, dia membawaku ke mobil dan menjalankan mobilnya entah ke mana. Jalan yang dia lalui sama sekali bukan jalan menuju rumahku, rumah dia atau pun rumah kami.
Tidak ada kata yang ke luar dari mulutnya, aku pun sangat sulit untuk mengucapkan satu kata bahkan satu huruf pun. Ungkapannya yang tiba-tiba benar-benar membuatku bingung sekaligus senang disaat yang bersamaan.
Bingung, kenapa dia mau membuka identitas kami? Dan kenapa pula dengan cara seperti itu. Dan senang, lagipula, akan aneh rasanya jika aku tidak senang dengan hal ini. Kebenaran kita terungkap dan diketahui semua orang adalah impianku untuk hidup dengannya lebih lama lagi. Dengan dia yang membeberkan pernikahan kami secara tidak langsung dia menerima pernikahan ini dan kehidupan kami tentunya akan lebih jelas. Tidak abu-abu seperti yang telah berlalu.
Beberapa kali, aku melihat ke arahnya dengan ekor mataku. Dia masih fokus menyetir, ekspresi wajahnya pun aku rasa masih sama saja. Suara notifikasi di handphone membuat fokusku teralihkan.
Desi: Kamu gak apa-apa kan, Run?
Me: Aku baik-baik saja.
Aku menutup handphoneku lagi, namun suara notifikasi membuatku kembali meluhat handphone itu. Nama Desi tertera lagi di sana.
"Siapa?" Itu kata pertamanya yang dia ucapkan padaku.
"Desi." Aku memperlihatkan handphone milikku, jika saja dia tidak percaya. Dia memang melihat handphoneku, tapi detik berikutnya, dia kembali fokus menyetir.
Desi: Dia terlihat menyeramkan Run
Me: Dia baik.
Desi: Kamu buta dengan cintanya.
Melihat balasan Desi, membuatku memutuskan untuk mematikan handphone, bahasannya akan terus berlanjut dengan panjang.
Keadaan hening lagi, bingung apa yang harus kulakukan. Akhirnya aku memutuskan untuk membaringkan tubuh dan melihat ke arah luar.
Perlahan, mataku mulai menutup. Tapi tidak tidur, aku sengaja pura-pura tidur, tidak senang dengan keheningan ini dan ingin melihat bagaimana reaksi dia jika aku tertidur.
Dia ternyata masih diam saja, fokus pada setir kemudinya. Mungkin karena terus menutup mata, lama kelamaan rasa kantuk mulai menjalar. Hingga akhirnya, aku benar-benar tertidur.