Aku menyeret koper dengan lesu, aku kini ada di bandara, bersiap untuk pergi jauh dari semuanya. Omongan Kaesar saat itu benar-benar telah menghancurkan hatiku dengan total. Namun sialnya, rasa cintaku padanya masih saja berbekas.
Tanpa memikirkan apa pun lagi, aku pergi saat itu juga, mengurus surat cuti di kampus dan mempersiapkan keberangkatan ke Finlandia. Tempat yang akan kami kunjungi nantinya. Tidak ada yang mengetahui kepergian ku, tidak Kaesar, Desi, maupun orang tuaku atau orang tua Kaesar.
Finlandia, negara ini memang akan mengingatkanku padanya. Tapi aku tetap memilih mengunjunginya, entah mengapa. Tapi aku merasa, hidupku di sini akan lebih baik, mungkin.
Aku bahkan memutuskan semua kontak orang yang aku kenal. Aku hanya membawa beberapa baju dan surat nikahku dan dia.
Hatiku sudah berhasil dihancurkan nya, namun aku masih tidak ingin berpisah dengannya. Pernah terbesit untukku melayangkan gugatan cerai padanya. Tapi nyatanya aku tak sanggup melaksanakannya, maupun menuliskan kata sederhana dalam secarik kertas.
Mungkin berjarak dengannya akan membuatku tenang untuk sekejap. Bisa saja kan dia hanya becanda mengatakan itu semua dan dia akan mencari ku lalu bilang apa yang diucapkan olehnya hanya sebatas candaan apalagi sebentar lagi hari jadi pernikahan kita yang ke-3.
Bodoh tidak jika aku berpikir dan mengharapkan itu semua? Langkahku yang lambat memang sengaja, aku memberi waktu untuknya agar bisa menyusul ku ke sini dan menghentikan kepergian ku.
Aku memang tidak memberitahunya, tapi aku meninggalkan sebuah clue kalau aku akan pergi dan ke mana akan pergi.
Pengumuman pesawat yang aku tumpangi sudah terdengar sejak tadi dan ini adalah pengumuman terakhir, aku memutar tubuhku berharap ada dia yang sedang berlari mencari ku di bandara. Namun nihil, aku tidak melihatnya.
Dengan perasaan hancur, aku mempercepat langkahku untuk segera masuk ke pesawat. Semangat hidupmu berakhir di sini Runa, lirihku.
👤
Aku mencoba membuka mata, menyesuaikan cahaya yang menyorot ke dalam retina mataku. Mataku masih belum terbuka, namun rasa pusing di kepala benar-benar sangat terasa begitu sakit.
Aku memegang kepala menggunakan tangan dengan mata yang mencoba untuk tetap terbuka. Suasana kamar dengan cat putih langsung nampak di pandangan saat mataku benar-benar telah terbuka sepenuhnya. Aku mencoba bangkit dengan tangan yang masih berada di atas kepala. Rasa sakitnya masih saja terasa berdenyut. Setelah rasa sakitnya benar hilang, barulah kuturunkan tangan ke bawah.
Mataku memutari sudut-sudut ruangan ini, aku tidak pernah mengenal ruangan seperti ini, kamar dengan warna cat yang didominasi warna putih, tidak ada gantungan hiasan atau pun bingkai foto, yang ada di sini hanya kasur yang sedang kududuki, nakas yang berada di sisi kanan kasur dan sebuah lemari 3 pintu di sisi kanan kasur. Terdapat 2 pintu lainnya, yang mungkin saja pintu keluar dan pintu kamar mandi. Setidaknya, itu yang aku tebak.
Aku mencoba turun dari kasur. Seingatku, tadi sedang berada di bandara dan berniat pergi ke tempat check in. Dan setelah itu, aku benar-benar tidak mengingat apa pun lagi. Tetapi tunggu, jika aku memang sedang di bandara dan berniat untuk check ini, bukannya seharusnya aku berada di pesawat? Dan ini... sama sekali bukan berada di pesawat. Semewah-mewahnya pesawat, tidak ada yang terdapat kamar seperti ini, lagipula aku pergi dengan tiket bisnis yang biasa.
Sadar aku berada dalam hal yang mungkin saja buruk, dengan segera aku pergi mencari sesuatu yang bisa membantuku untuk pergi atau setidaknya mengetahui tempat apa ini dan ada di mana.
Aku terus mencari hal yang kira-kira bisa memberikan petunjuk. Namun aku tidak menemukannya sama sekali. Di nakas, tidak ada apa pun. Dan di lemari hanya terdapat beberapa baju, makanan instan dan juga sebuah oven dan microwave. Satu pintu tidak bisa di buka dan pintu lainnya menunjukkan kamar mandi di dalamnya. Seperti yang aku duga sebelumnya.
Di sini benar-benar tidak ada hal yang bisa membantuku tahu di mana ini dan mengapa aku ada di sini. Sempat terbesit dipikiran ku, apakah aku sengaja di sekap di sini, ada makanan instan yang bisa di masak di dalam microwave atau pun oven. Terdapat juga beberapa baju yang ukurannya bisa dipakai. Air di kamar mandi pun menyala.
Karena bingung, aku memilih duduk di pinggir ranjang. Apa lagi ini? Apa yang terjadi padaku kali ini? Apakah ini rencananya? Atau malah rencana orang lain? Aku benar-benar bingung, apa yang harus dilakukan di sini?