Takdir.
Percaya hal itu ada? Percaya hal itu telah ditentukan bahkan saat kita masih berada di dalam kandungan? Atau percaya kalau ternyata takdir bisa dirubah asal kita sungguh-sungguh?
Aku mempercayainya, mempercayai apa pun yang takdir bilang. Percaya takdir memang ada. Takdir ditentukan saat kita dalam kandungan dan aku juga percaya takdir bisa berubah dengan usaha kita sendiri. Kita sungguh-sungguh, takdir akan berubah.
Baru kali ini aku benar-benar ingin menyalahkan takdir yang terjadi pada hidupku. Kehilangannya yang tiba-tiba di depan mata benar-benar telah berhasil merenggut kewarasan jiwa.
Setelah aku mengetahui kebenaran mengenai perpisahan kedua orangtuaku, hidupku terasa seperti hancur, hingga saat aku bertemu dengan Kaesar, entah mengapa aku merasakan ikatan dengannya. Aku percaya begitu saja kalau Kaesar adalah keluargaku yang sesungguhnya.
Hingga saat dia melamarku dan memintaku untuk menikah dengannya, aku merasa aku mendapatkan keluargaku yang sesungguhnya. Aku merasa kebahagiaanku akhirnya datang untuk tinggal bersama. Namun ternyata aku salah, kebahagiaan bukan datang untuk tinggal bersama, melainkan hanya sekedar menyapa. Namun karena merasa hal yang berbeda pada Kaesar, aku masih bisa bahagia walaupun dia meminta merahasiakan hal yang sangat ingin kuungkapkan.
Permintaannya untuk merahasiakan pernikahan kita aku anggap sebagai ujian cintaku untuknya. Sebagai ucapan terima kasihku padanya karena telah mau menerima aku yang seperti ini. Telah memberiku kesempatan untuk hidup dengan kasih sayang sebuah keluarga.
Aku mendapatkannya. Kasih sayangnya sangat menyentuhku sampai ke dasar di beberapa waktu, kasih sayang keluarganya pun bisa kurasakan dengan jelas. Itu cukup untukku, aku merasakan kasih sayang yang selama ini aku inginkan. Walaupun setelahnya, sikap Kaesar kembali dingin, namun rasa hangat sebelumnya selalu tersisa dalam hati dan tubuhku. Itu yang membuatku tetap bertahan dengannya. Walaupun peluang untuk hidup bahagia bersama dengannya tidak lebih dari 5%.
Peluangku bertambah menjadi 80% saat dia menyatakan perasaannya, namun itu berhasil turun lagi menjadi 10% saat dia meminta untuk berpisah. Peluangku masih ada saat itu, entah kenapa aku meyakini hal itu. Aku memang berniat pergi darinya dan ingin membuatnya sadar jika kehilanganku di hidupnya memberi pengaruh yang besar. Dengan seperti itu dia akan mengerti segalanya dan munhkin ... Kami akan hidup bahagia.
Aku melakukan hal itu karena pernah mendengar sebuah kutipan. 'Seseorang akan terasa berharga jika dia telah pergi meninggalkan kita'. Dengan keyakinan hati, aku mencoba hal itu, membuatnya menyadari kalau aku berharga untuknya.
Tetapi apa yang aku dapatkan sekarang?! Bukannya aku mendapat cinta dan pengakuannya ingin terus bersama. Aku malah mendapat kabar kematiannya.
Dia telah pergi, Kaesar pergi, Keanku, Kean suamiku. Oh ayolah! Aku benar-benar tidak menyukai permainan takdirku kali ini. Aku sudah begitu mencintainya dengan caraku, hanya dia yang kuinginkan untuk sekarang atau pun kedepannya. Kalaupun jika aku boleh meminta, di kehidupan selanjutnya aku ingin tetap bersama dengannya. Tapi tolong, jangan buat kisah kita rumit seperti ini.
Sudah 5 bulan lamanya setelah hari di mana aku melihat Kaesar tergeletak dan aku yang meninggalkannya begitu saja. Ari bilang, dia sudah tiada sejak saat itu. Tentu saja aku tidak mau menerimanya. Aku memang melihat keadaannya yang sangat parah dalam panggilan vidio namun aku masih mempercayai kalau itu semua adalah mimpi terburukku.
Tak hanya Ari, kedua orang tua Kaesar juga bilang padaku kalau Kaesar sudah tiada. Namun tidak, aku belum melihat jasad Kaesar secara langsung, aku tidak menghadiri pemakamannya secara langsung. Itu artinya, Kaesar tidak kenapa-kenapa. Dia baik-baik saja.
Aku akan tetap setia menunggunya tiba. Dari cerita yang Ari beritahukan padaku, aku makin yakin kalau Kaesar bukan meninggal seperti yang orang bilang, dia hanya sedang main-main denganku, ingin membuatku menunggu lagi untuk mendapatkan cintanya.
Kaesar begitu mencintaiku dan aku mengetahui segalanya, selama ini dia selalu menjagaku dari jauh, mengamati semua hal yang berkaitan denganku. Anggapan pertama tentang dia yang melamar dengan begitu manis karena mencintaiku ternyata benar, bukan semata-mata karena sebuah perjodohan atau permintaan.