“Hei, kamu darimana kok lama banget?” Hana baru keluar dari ruang ganti ketika Edo lewat dan menyapa.
Gadis itu membetulkan kerah seragam kedainya yang terasa gatal di bagian belakang. “Masih diajak ngobrol sama pak Aditya. Mas Edo kok nggak bilang sih kalau harus delivery kesana?” gerutunya pura-pura sebal.
“Ah iya, lupa. Kenapa? Kagok, ya?” Hana mengangguk cepat, disambut dengan tawa Edo. Mereka lalu berjalan bersisian menuju dapur. Hana hendak mengambil penganan baru untuk diletakkan di etalase. Sementara Edo mengecek finishing kue tart kustom untuk acara ulang tahun yang baru dipesan 30 menit lalu.
Itu menu baru Putera Bakery atas inisiatif Edo, agar bounding lebih kuat dengan pelanggan. Awal launching dua bulan lalu hingga hari ini, hanya bisa dibuat satu kue per hari. Sehari-hari tanpa menu baru saja sudah sibuk, jadi pemesanan kue tart yang dekorasinya terserah pada keinginan pelanggan itu dibatasi, bahasa kerennya eksklusif.
Egi, sang koki utama, sedang berkutat dengan dekorasi di atas Red Velvet Cake ketika keduanya masuk ke dapur. Edo menghampirinya, bertanya barangkali Egi butuh bantuan. Selain mahir di bidang manajerial, Edo juga punya beragam sertifikasi dunia bakery. Pastry, roti, cake decoration, dessert, barista. Kursusnya bahkan lebih lama dari masa 4 tahun berkuliah di jurusan manajemen. Dia menekuninya sebagai hobi sejak SMA.
“Oh iya, Mas, tadi aku dengar dari Bela, katanya akan ada pesta di kantor pusat?” tanya Hana, memindahkan baki penuh Chocolate Eclair di tangan kanannya pada Edo. Hiasan kue yang ditangani Egi sudah hampir selesai, jadi Edo memutuskan kembali mengerjakan dokumen di ruangannya. Tapi dia membantu Hana lebih dulu yang harus membawa empat baki Eclair berbagai macam rasa ke depan.
“Iya, 5 hari lagi. Anniversary Pangestu Grup, sekaligus meresmikan jabatan pak Arya sebagai CEO.”
“Lalu pak Aditya tidak menjabat lagi?”
“Masih, beliau ‘kan owner dan pemegang saham. Hanya tidak bergelar jabatan resmi saja,” Edo menjawab sambil meletakkan baki yang dibawanya di meja dekat etalase. Bela menghampirinya, bersiap mengemas kue.
“Kalian semua harus datang, ya,” Edo berujar pada Hana, Bela, dan beberapa staf lainnya di sekitar. “Seperti yang kubilang tadi pagi, pesta anniversary wajib dihadiri oleh semua karyawan Pangestu Grup tanpa terkecuali. Luangkan waktu kalian Sabtu malam lima hari lagi.”
Berbeda dengan rekan-rekan yang berwajah senang diundang ke pesta mewah, Hana justru terdiam. Kata pesta seperti deja vu baginya. Apakah sikap Arya padanya akan berubah lagi?
Rasa mengkalnya memang telah perlahan hilang ketika Arya meminta maaf, tapi dia tak siap jika harus menghadapi perubahan sikap yang signifikan. Di pesta saat SMA dulu...
“Kak, ditanyain pak Edo, tuh,” Bela menyenggol lengannya pelan. Hana menganulir lamunan, menoleh pada Edo yang berwajah seperti sedang menunggu jawaban. Dia meminta agar Edo mengulangi ucapan.
“Mau pergi bareng, nggak?”
Hana mengerjapkan mata bingung. “Kemana?”