Hana mengecek penampilannya untuk kali terakhir. Gaun panjang stretch crepe berwarna dusty pink yang dibalut brokat sepanjang bagian v-neck, lengan pendek dan perut atas. Hana memperbaiki letak tali simple bersimpul pita yang melingkari perut. Sebenarnya tidak goyang karena memang bawaan gaun, namun Hana melakukannya untuk meredam rasa gugupnya yang muncul lagi.
Edo bergabung dengannya setelah menutup pintu mobil, berjalan mendekat sambil memperbaiki ujung lengan setelan hitamnya. “Udah siap?”
Hana menjawab dengan anggukan, lalu menggeleng kemudian. “Sejujurnya belum,” dia menyengir canggung.
“Hmm,” Edo tampak berpikir. “Mau kubagi satu rahasia agar kamu nggak grogi?”
“Apa, Mas?”
Edo mengangkat tangan kanan dan meletakkannya di dada kiri. “Tepuk tiga kali, resapi kata ‘all is well’, dan melangkahlah dengan mantap.”
Hana akhirnya tersenyum. “3 Idiots?” itu film lama, tapi rupanya masih ada yang menggunakan resep sang mahasiswa jenius.
“Tentu saja,” Edo ikut tertawa, senang raut khawatir Hana sudah mulai memudar. “Aku sering melakukannya setiap akan presentasi di hadapan para senior pemegang saham. Lumayan manjur.”
Setelah menunggu Hana yang menenangkan diri dahulu, mereka akhirnya mulai keluar dari area parkir, berjalan bersisian menuju ballroom kantor pusat yang mulai ramai. Hana dapat melihat pejabat-pejabat daerah dan para pengusaha kaya raya yang sering dia lihat di koran lokal. Kabarnya, Aditya mengundang seluruh kolega bisnis, dalam dan luar daerah. Pangestu Grup juga mengerahkan tim untuk menyiarkan pesta peresmian jabatan sang presdir baru secara langsung lewat kanal Youtube.
“Besar juga skala pestanya, ya, Mas,” bisik Hana pada Edo ketika mereka mengisi daftar tamu.
Bukan hanya besar, tapi juga mewah. Bukan hanya dihadiri oleh orang-orang penting, namun dekorasinya juga tak kalah elegan. Kemegahan aula utama kantor pusat perusahaan F&B nomor satu Malang Raya yang membuat nyali Hana menciut lagi.
“Ingat pesanku, Na,” dia teringat ucapan Rini tadi saat mengoleskan pemulas bibir. “Kekhawatiranmu belum tentu terjadi. Jadi untuk sekarang, enjoy the party. Belum tentu tahun depan kamu bisa mencicipi sus dengan toping kaviar, hidangan khusus pesta Pangestu Grup itu. Makan yang banyak!”
Bisa-bisanya menghibur dengan makanan, batin Hana, mengulum bibir menahan tawa. Tapi memang makan adalah salah satu cara mereka menghilangkan stres, sih.
“Gimana, Na? Sudah tenang?” Edo rupanya mengerling sekilas tawa yang tak bisa disembunyikan Hana. Kini, gadis itu menjawab dengan anggukan yang lebih mantap.
“Kalau begitu, ayo,” Edo membentuk lengannya menjadi sebentuk lingkaran di samping tubuh. Pria itu mengedikkan kepala, memberi kode untuk mulai memasuki lautan undangan, gemerlap lampu pesta dan meja penuh sus kaviar.