Unmeasured Bread

zeytanzil
Chapter #23

Sekelumit Kisah Edo (2)

“Itu neneknya pak Edo, Kak?” Bela bertanya ketika Hana sudah berdiri tegap dibalik mesin kasir, baru saja menyelesaikan pesanan dua orang pengunjung.

“Iya.”

“Gosip itu benar kali, ya, pak Edo cuma tinggal sama neneknya.”

“Gosip?”

Bela mengangguk. “Dila sama Angga pernah bilang kalau orangtua pak Edo wafat saat tahun pertama kuliah. Kak Hana belum pernah dengar gosip ini?”

Hana menggelengkan kepala.

Bela lanjut bercerita. “Dulunya, ayah beliau pengusaha garmen, tapi bangkrut karena ditipu adiknya sendiri. Banyak hutang, meninggal karena serangan jantung, istrinya menyusul beberapa bulan kemudian. Jadi, pak Edo tinggal dengan neneknya. Dan sejak kuliah sampai sekarang, beliau bekerja keras melunasi hutang itu.”

“Sudah lunas setahun lalu, dia sudah bisa nyicil mobil, tuh,” celetuk Egi, tiba-tiba muncul dengan topi putih kokinya. Dia meletakkan baki berisi belasan Mini Brownie hangat di meja dekat etalase.

“Oh iya, kak Egi junior di kampus yang sama, ‘kan, ya? Cerita dong, kak. Kepo, nih,” bujuk Bela penasaran. Dua pramusaji yang sedang beristirahat karena toko sedang sepi juga merapat ingin tahu. Melihat antusiasme besar rekan-rekannya, Egi berdeham, menggulung lengan seragam.

“Bela, segelas air putih, please.”

“Aku traktir iced latte, kak. Favorit kak Egi, ‘kan?”

Egi mengangguk cepat dengan bangga. “Kamu benar-benar peka, Bel. Tidak sia-sia aku mengajarimu.”

Kopi siap dalam tiga menit. Egi mulai mendongeng setelah menyeruput minumannya dengan penuh gaya.

“Kalian tahu berapa pekerjaan part-time yang dia lakukan semasa kuliah?”

Egi menunggu reaksi kawan-kawannya, menikmati perhatian yang diberikan. Setelah semuanya menggeleng, dia mengangkat telapak tangannya ke udara.

Lihat selengkapnya