Unmeasured Bread

zeytanzil
Chapter #38

Portal Pembatas

“Aku minta maaf, Ra. Untuk semuanya. ”

Hanya itu kalimat yang diucapkan Ervan setelah mereka duduk berhadapan di salah satu meja Putera Bakery, 25 menit sebelum toko tutup pukul delapan. Dua bongkah croissant strawberry serta dua gelas latte yang Hana bawa sebagai kudapan lima menit lalu tak tersentuh sama sekali.

“Kak Ervan nggak perlu minta maaf. Tidak ada keterlibatan apapun oleh kakak dalam peristiwa ini.”

“Benar. Tapi jika tidak begitu, aku masih berat menghadapimu dengan kepala tegak, Ra.”

“Kak,” ujar Hana, menatap Ervan sayang. “Bagiku, kak Ervan selalu jadi orang yang paling berarti, selalu jadi senior yang paling kuhormati dan kusayangi, sejak tujuh tahun lalu sampai sekarang. Begitupun dengan Om Wijaya. Aku banyak berhutang budi. Masa lalu orang tua kita masing-masing nggak akan mengubah cara pandangku terhadap kalian berdua.”

Jangan terbebani dengan masa laluku, Nak. Kesampingkan perasaan itu. Aku adalah aku, kamu adalah kamu.

Sudut-sudut bibir Ervan terangkat. Sepertinya tak akan butuh waktu lama bagi dua perempuan dalam hidupnya ini untuk berbaikan. Salah satu prinsip mereka sama. Tidak mungkin sekarang, karena Hana adalah tipikal orang yang membutuhkan waktu untuk menenangkan diri.

Nanti. Ervan yakin nanti ketika waktunya tiba.

“Terima kasih, Ra. Terima kasih sudah mengatakannya,” ujar Ervan tulus.

Satu dari dua beban di dadanya sudah terangkat. Dia kini telah bisa menatap wajah tenang Hana di hadapan tanpa rasa bersalah.

“Tidak, Kak. Lagipula aku juga harus minta maaf pada kak Ervan dan om atas nama ayah. Ibu kak Ervan bukan satu-satunya pelaku.”

Ervan menggeleng menganulir. “Dampak negatif dari perbuatan mereka lebih besar efeknya pada keluargamu, Ra. Aku dan papa baik-baik saja 12 tahun belakangan. Sedangkan untukmu, banyak sekali peristiwa tak mengenakkan.”

“Ra, katakan saja padaku jika kau butuh sesuatu. Aku akan membantu.”

Hana tersenyum, menunduk memerhatikan ibu jarinya yang saling beradu di pangkuan. Malam ini, sudah dua kali dia mendengar ucapan itu. Jangan-jangan baik Ervan maupun Edo sedang mengirim detektif untuk mengintai, atau meriset kabarnya seperti yang dilakukan Arya.

Lihat selengkapnya