Mobil Tom baru tiba di rumah ketika anak-anaknya telah terlelap dalam tidur mereka. Vanila mensave tulisannya sebelum beranjak dari meja tulisnya ketika mendengar seseorang membuka gerbang depan dan mendengar sebuah kenderaan memasuki pekarangan rumah mereka. Dia melihat dari layar cctv yang berada di ruangan tulisnya, melihat sebuah mobil sedan hitam Audi berhenti tepat di depan rumah lalu menyadari mobil itu milik Tom.
Vanila berlari kencang menuju pintu depan, layaknya bak kekasih yang kegirangan atas kedatangan kekasihnya di kencan pertama mereka. Dengan nafas ngos-ngosan Vanila tiba di depan pintu utama rumah mereka. Memegang handel pintu dan mengatur nafasnya lalu membuka pintu sebelum Tom mengetuk. Tom muncul dengan wajah yang terlihat lelah. "Hai, senang akhirnya kau pulang. Bagaimana Amsterdam?" Vanila tersenyum antusias dengan tangan membuka lebar menanti pelukan Tom dan Tom membalas dengan senyum seadaanya. Tidak terlihat antusias sedikit pun saat menemukan Vanila belum tertidur karena menantikan kepulangannya hingga nyaris dini hari. Lalu Tom melangkah melintasinya begitu saja.
Dengan perasaan kecewa, Vanila meraih barang-barang yang ada di tangan Tom, membantu Tom mengangkat koper kecil dan beberapa plastik berisi oleh-oleh Tom buat anak-anak mereka. Vanila mencoba menenangkan diri atas sikap dingin Tom padanya bahwa kini Tom hanya sekedar kelelahan dan ingin segera beristirahat. Hanya itu.
Tom melangkah pelan menaiki anak tangga sambil melonggarkan dasi yang mencengkram lehernya sedari tadi, membiarkan dasi itu tetap menggantung longgar di lehernya sementara Vanila mengikut di belakangnya.
"Tidak melihat anak-anak dulu?" Vanila mengingatkan saat Tom hendak melanjutkan langkah menuju ke kamar mereka dan melupakan kecupan selamat malam yang pantas di dapatkan putra putrinya dari ayah mereka sendiri. Langkah Tom segera terkunci, lalu dalam tarikan nafas sedikit panjang dia menuruti ucapan Vanila untuk mengalihkan langkah ke kamar tidur putri mereka: Dinda- yang dipenuhi pesona warna pink dengan gambar para tuan putri Disney dan melewati begitu saja kamar putra pertama mereka: Verzet.
Tom menemukan Dinda tertidur sangat lelap. "Dinda sering menanyakanmu. Dia tanya kapan kau pulang dan protes karena kau pergi di Sabtu pagi, hari yang seharusnya menjadi milik kami."
Tom tak menyahut, dia mengecup Dinda dengan penuh kasih dan terakhir membenahi selimut Dinda yang sedikit melorot lalu perlahan keluar kamar. Vanila mengikuti Tom. Setelah mematikan lampu besar, dia menutup pintu kamar Dinda.
"Mereka sudah menjadi anak baik selama kau tidak ada. Verzet juga tampak jauh lebih sehat dan sekarang dia mau menuruti perkataanku untuk makan sayur," Vanila berbicara dengan suara setengah berbisik saat Tom melangkah lagi. Tom tak menyahut, Vanila mengikuti langkah Tom dan seperti tadi, kemudian Vanila menyadari Tom melewati kamar Verzet begitu saja menuju ke kamar mereka tanpa memberikan kecupan selamat malam pada putra mereka.
"Tom, apa kau melupakan sesuatu?" Tom menggeleng. "Tidakkah kau ingin memberikan kecupan selamat malam pada Verzet?"
Tom menatap Vanila dingin dan berkata, "Aku belum mandi." Vanila tahu arti jawaban itu. Verzet, putra pertama mereka memang lahir dengan membawa penyakit asma akut dan karena penyakit itu Verzet harus tinggal di rumah sakit tiga bulan lebih lama sejak kelahiranya. Vanila ingat bagaimana dia datang setiap hari ke rumah sakit untuk membawakan asi eksklusif dalam botol dengan tas hangat untuk diberikan oleh para perawat kepada baby Verzet dan dia hanya bisa memandangi putranya itu dari balik tabung inkubator di ruang NICU.