Vanila membuka matanya tepat ketika jam menunjukkan pukul empat dini hari. Dia hanya tidur dua jam dan sekarang waktunya untuk bangun dan mempersiapkan segala kebutuhan Tom dan anak-anak mereka dan mengerjakan semua pekerjaan rumah. Apalagi hari ini dia juga harus ke lokasi syuting demi janji pada makhluk hidup bernama Andy Herline, dia tidak ingin pekerjaan baru itu membuat dia terpaksa melalaikan segala tugas rumah tangga yang selama ini dia kerjakan sendiri.
Vanila baru akan beringsut ketika dia merasakan sebuah tangan di atas pinggangnya, lengan kekar Tom yang menimpa pinggangnya. Sementara lengan Tom yang lain menjadi bantal bagi kepalanya. Sejujurnya dia tergoda untuk berlama-lama tenggelam di dalam pelukan Tom, tapi tentu saja jika dia melakukan hal itu berarti baik Tom maupun anak-anak mereka akan berakhir dengan telat ke sekolah ataupun ke kantor. Dengan sangat hati-hati Vanila berhasil meloloskan diri dari pelukan tangan kokoh Tom karena tak ingin Tom bangun terlalu awal setelah mereka baru tertidur di jam dua subuh.
Satu kaki telah dijejakkan Vanila di atas lantai kamar yang dilapisi karpet lalu sedetik kemudian kakinya yang lain menyusul. Ketika menjejakkan kedua kakinya di atas lantai, sambil menggulung rambutnya asal- Vanila mendengar suara gesekan seprai dengan tubuh Tom yang menggeliat kecil. Sebelum pergi keluar kamar, Vanila menyempatkan diri merapikan selimut yang menutupi tubuh suaminya itu. Memastikan Tom selalu merasakan kehangatan.
Sebentar kemudian Vanila telah disibuki pekerjaan rumah tangga: menjemur pakaian sambil memasak nasi di rice cooker. Untungnya kemarin malam dia sudah mencuci pakaian kotor mereka usai dia, Verzet dan Dinda mandi. Usai itu, Vanila bergegas menyapu bersih seluruh penjuru rumah, melap meja dan perabot yang ada dan mengepel lalu mulai memasak bekal makan untuk Verzet dan Dinda. Menyetrika akan dia lakukan nanti malam. Vanila merencanakan segalanya.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah enam ketika Vanila beranjak ke kamar mandi untuk menyegarkan dirinya dan sebelumnya meletakkan segelas kopi panas di sisi meja yang ada di samping ranjang queen size mereka buat Tom. Tom selalu suka dibangunkan dengan aroma hangat kopi yang mengular memenuhi udara pagi yang dia hirup,Vanila tidak akan pernah bisa melupakan kebiasaan suaminya itu.
Hanya lima belas menit, Vanila telah keluar dari kamar mandi dengan wajah yang segar dengan aroma sabun mandi, hanya mengenakan baju kaos dan celana pendek. Setelah menguak gorden, Vanila mencoba membangunkan Tom. Membelai lembut rambut suaminya itu dan memberikan sebuah kecupan singkat namun lembut di pelipis suaminya itu yang tetap terlelap bagai bayi. Mungkin Tom memang masih sangat mengantuk mengingat jam berapa kemarin mereka berangkat tidur. Namun Tom tak bergeming. Dia memilih tetap diam di alam mimpinya.
Vanila menebak-nebak apa yang sedang dimimpikan suaminya itu saat melihat senyum sumringah di sudut bibir Tom: apakah ada dia dan anak-anak mereka di sana atau kini tentang sebuah penghargaan terbaru yang didapat oleh suaminya itu hingga Tom begitu bahagia.
"Tom, ayo bangun. Kau bisa telat ke kantor jika terus tertidur." Kembali Vanila mencoba membangunkan suaminya itu. Namun gagal. Melirik jam dinding di dinding kamar tidurnya, Vanila menyadari bahwa kebiasaan susah bangun putra dan putrinya sepertinya berasal dari Tom. Dan mengingat hal itu membuat dia bergegas pergi dari dalam kamar tidurnya dan Tom, dia harus membangunkan Verzet dan Dinda juga. Jadi Vanila memilih meninggalkan Tom dan membangunkan suaminya itu dengan memasang radio, tepat saat pembawa acara menyebutkan lagu Katy Perry: dark horse. Dia membesarkan volume suara lagu itu untuk membangunkan Tom sementara dia berlari menuju ke kamar tidur putra dan putrinya.
I know you were
You were gonna come to me
And here you are
But you better choose carefully
Cause I'm capable of anything
Of anything and everything
Make me your aphrodite
Make me your one and only
But don't make me your enemy. Your enemy. Your enemy.
Tom terbangun dengan suara musik itu. Menggeliat kecil dan menerawangkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar tidur. Bangkit dari berbaring, Tom meraih cangkir di sisi tempat tidurnya. Secangkir kopi sebagai pembuka hari. Jika dipikir-pikir Vanila selalu tak pernah lupa menyediakan secangkir kopi di sisi tempat tidur di pagi hari buatnya. Ya, mungkin diantara sikap Vanila yang menyebalkan masih terdapat banyak sifat manis yang dulu membuatnya yakin memilih wanita itu menjadi isterinya. Mungkin dia hanya butuh menemukan kembali alasan-alasan dulu yang membuatnya yakin Vanila adalah pilihan tepat buat hidupnya.
Tom baru saja mengangguk meyakinkan dirinya ketika syair lagu yang tengah diputar itu membuatnya tercenung.
Are you ready for, ready for
A perfect Strom, perfect Strom
Cause once you're mine. Once you're mine