Hari ini sambil memasak makan malam mereka Vanila memandangi Verzet yang tengah belajar bersama Andy. Kali ini di rumah mereka, Andy menghantarkan mereka pulang setelah mobil Vanila mogok beberapa meter dari kediaman Andy tadi- seusai syuting.
Seperti biasanya bersama Andy, anak-anaknya tak terlihat rewel dalam belajar bahkan tampak sangat bersemangat. Ini adalah hari ketiga ketidak pulangan Tom setelah pamit terakhir kali.
Sesekali saat mengajari Verzet, Andy diganggu oleh Dinda yang memperlihatkan gambar-gambar yang dia buat, menanyakan pada Andy betapa bagusnya gambarnya atau warna apa yang harus dia buat untuk mewarnai bunga dan gunung yang digambarnya dan Andy bukan hanya mengatakan warna apa yang harus Dinda gunakan, tapi juga turut membantu Dinda mewarnai disaat Verzet disibuki mencatat apa yang sudah dijelaskan Andy. Dan Vanila sudah lupa kapan Tom pernah melakukan hal ini bersama kedua anak mereka. Tom terlalu sibuk di luar sana. Terlalu sibuk.
Bahkan baru saja Tom memberinya kabar harus menunda waktu kepulangan untuk seminggu ke depan. Vanila sedang menatap layar ponselnya yang menghitam setelah Tom mematikan panggilan telpon. Seperti biasa Tom selalu sukses mematikan ponselnya terlebih dahulu sebelum Vanila melakukannya.
"Aku boleh minta air?" Vanila terkaget-kaget lalu mengangguk.
"Ada di lemari gantung," ucapnya sambil beranjak meraih gelas di lemari gantung bersamaan dengan Andy yang juga rupanya mengarah pada lemari gantung itu. Lalu Vanila bisa merasakan sebuah tangan menyentuh punggung tangannya yang terjulur ke rak atas kitchen set. Tubuh Andy berada tepat di belakang tubuhnya. Merasakan sentuhan itu membuat Vanila refleks berbalik.
Hal yang tak pernah dia pikirkan terjadi, tubuhnya membentur tubuh Andy dan mereka berada pada posisi yang bahkan tanpa jarak apa pun. Denyut jantung Vanila berdetak makin cepat. Sejurus kemudian dengan keras kepala Vanila mendorong tubuh itu dengan keras dan berhasil keluar dari pelukan pria itu walau akibatnya dia hampir terjatuh. Matanya terkunci dengan manik lembut pria itu yang bergerak menggapainya. Lalu dia merasakan lengan berotot pria itu berada di pinggulnya. Kepala Andy yang membungkuk nyaris menyentuh lehernya, sedikit gerakan saja bisa membuat bibir Andy menempel di batang lehernya. Uuhhh, Vanila gelagapan sendiri dengan pemikiran yang muncul di benaknya.
"Lepaskan aku!" Vanila berucap nyaris memekik histeris dan membuat Andy kaget. Sekali lagi dia mendorong keras, membuat dia terbebas. Vanila berharap bisa kabur secepatnya untuk menghindar, tapi akan menjadi kaku nantinya jika dia kabur ke ruangan lainnya, jadi dia memilih buru-buru beralih menuju ke kompor, tapi kemudian melirik pada dispenser yang airnya tinggal sedikit.
Vanila bergegas meraih segalon air mineral yang tersimpan di pojok dapur. Baru akan menarik galon itu ketika Andy menghampirinya. "Biar aku yang akan mengisinya."
"Kau bisa?"
Andy terkekeh. "Aku pria tentu saja aku bisa melakukannya. Lihat." Andy membopong galon air mineral itu, padahal Vanila biasanya menyeret-nyeret galon itu hingga ke depan dispenser lalu menggunakan seluruh kekuatannya untuk mengangkat galon itu ke atas dispenser dan mengisi galon lain di bawah. Sebentar Vanila menyisihkan waktu untuk memandangi apa yang dilakukan Andy dan sekali lagi entah bagaimana Vanila mulai membandingkan Tom dan Andy. Vanila sudah lupa kapan Tom menyadari air di dispenser mereka habis dan butuh diganti atau kapan lampu di rumah mereka padam dan butuh bolham baru.
"Ada apa?" Pertanyaan Andy membuat Vanila tergagap dan menyadari kini Andy telah selesai mengganti dua galon air mineral ke dalam dispenser dan malah memergoki dia menatap cowok itu. Buru-buru Vanila meraih gelas yang tadi diletakkan Andy di atas meja, menjulurkannya pada Andy.
"Terima kasih atas semua bantuanmu."
"Tidak masalah, aku tidak akan keberatan membantu kamu kapan pun kamu butuh bantuanku."
Vanila tersenyum kemudian buru-buru beralih pada masakannya- gulai ayam yang sedang dia masak. Sementara Andy memandangi punggung Vanila sambil mengambil air di dispenser dan menegaknya dengan perlahan.
Di depan kompor Vanila masih berhadapan dengan masakan yang akan mereka makan sebagai makan malam mereka, membelakanginya. Membentuk sebuah benteng dan betapa Andy tak menyukai hal itu. Kebisuan ini.. jadi dia memutuskan untuk memulai percakapan,
"Maaf, tadi aku tidak bermaksud bersikap kurang ajar padamu. Aku hanya ingin mengambil air minum sendiri karena melihatmu begitu sibuk."
Vanila mengutuki diri saat mendengar perkataan Andy. Tentu saja Andy hanya berniat seperti itu, tapi dirinyalah bertindak terlalu berlebihan. Ahh, Vanila yang bodoh apa kau pikir kau begitu cantik sehingga seorang Andy Herline terpincut padamu? Yang ada di hadapanmu adalah Andy Herline- pria yang bahkan menolak Biibilis Mesterson seorang model papan atas Australia dan kini telah menjadi model dunia walau mungkin di urutan keseratus atau lima puluh.
Vanila menceramahi dirinya sendiri sambil mengingat berita yang tanpa sengaja dia baca di salah satu tumpukan koleksi majalah yang ada di rumah Andy saat pelaksanaan syuting dua atau tiga hari yang lalu. Biibilis Mesterson supermodel yang menjadi brand ambassador sebuah parfum dunia. Biibilis Mesterson yang bahkan bisa membuat lalu lintas yang lancar berhenti seketika saat dia melenggang turun dari dalam mobilnya. Dan seorang Andy Herline menolak wanita cantik itu. Seorang Andy Herline tak tertarik pada wanita secantik dewi itu apalagi pada dirinya yang hanya ibu rumah tangga biasa. Uuhhh, memang benar dia sudah terlalu ge-er karena Andy bersikap baik padanya dan anak-anaknya.
Menguasai diri, Vanila berbalik menatap Andy. Mata mereka kembali bertemu. "Aku tahu. Aku mungkin bersikap terlalu berlebihan. Maaf."
"Lupakan. Sungguh, itu tidak masalah." Andy menegak kembali air putih di gelasnya. Hanya air putih biasa namun ketika Andy Herline menegaknya, sepertinya air putih itu berubah menjadi air mineral dengan harga berjuta-juta. Namun tetap diinginkan hingga setiap orang kaya rela merogoh kocek untuk membelinya karena melihat gaya Andy Herline menikmatinya. Uuhh, Vanila merasa lebih baik mengalihkan perhatiannya pada masakan yang tengah dia masak daripada mempermalukan diri kembali di hadapan pria itu saat ketahuan memperhatikan naik turunnya jakun Andy Herline saat menegak minumannya. "Aku tidak melihat seorang asisten rumah tangga pun di sini. Apa kamu mengerjakan segala pekerjaan rumah sendiri?" Andy meletakkan gelas di atas meja bar.