Vanila baru bangun dari tidurnya. Menoleh ke sisi pembaringan, dia menemukan Verzet, putranya dan Dinda putrinya masih terlihat terlelap dalam tidur. Juga Tom... Perlahan Vanila melangkah ke samping Tom, meletakkan kembali punggung tangannya di kening suaminya itu. Tom tidak demam. Itu bagus karena jika Tom sakit, dia tidak akan bisa meninggalkan Tom dan anak-anak.
Vanila membenahi selimut di tubuh Tom ketika ponsel Tom berkedip. Sepanjang ingatan Vanila, benda itu tak pernah lepas dari tangan Tom apalagi akhir-akhir ini. Bahkan saat bersama mereka, Tom menghabiskan banyak waktunya dengan benda itu dari menerima telpon, menuliskan pesan teks termasuk mengetik email seakan-akan siapa pun di ujung sana jauh lebih penting dan menarik ketimbang isteri dan anak-anaknya.
Sesaat tubuh Vanila membeku saat mencoba menahan godaan untuk mengintip isi di balik layar ponsel Tom. Sesungguhnya dia tidak ingin menjadi isteri yang paranoid. Berkali-kali dia mensugesti dirinya bahwa Tom adalah suami dan ayah yang baik buat dia dan anak-anak mereka, bahwa bagi Tom mereka adalah segalanya, bahwa kesibukan Tom adalah demi kebahagiaan dan masa depan mereka. Bahwa Tom mencintainya dan anak-anak mereka. Tapi entah mengapa sugestinya kali ini tidak mempan, tubuh Vanila seakan tertarik oleh magnet besar yang melekat pada ponsel itu untuk mengulurkan tangan dan meraih benda itu.
Vanila mengambilnya, berjanji hanya untuk kali ini. Memberi alasan untuk menyingkirkan kecurigaan yang meracuni pikirannya lalu dia berjanji akan percaya seratus persen pada Tom. Vanila membuka kunci ponsel, bersyukur karena kemarin tanpa sengaja dia melihat bagaimana Tom membuka ponselnya. Lalu Vanila menemukan deretan pesan baru di layar depan dari satu nama. My scertary. Vanila sedikit bernafas lega karena menebak tentu pesan-pesan penting itu tentang urusan kantor. Vanila kenal sekali sekertaris Tom di kantor. Ny. Sulis adalah wanita berusia lima puluh tahunan yang gesit dan pintar, tapi sangat menjunjung nilai-nilai budaya. Jadi dengan tanpa rasa curiga Vanila menatap deretan pesan masuk di layar depan ponsel Tom.
Namun melihat panjangnya deretan pesan itu, Vanila sedikit tergoda untuk membuka pesan baru itu dengan perasaan bersalah, takut dan cemas. Lalu perlahan membacanya.
Apa aku harus datang ke rumahmu? Jangan mengacuhkanku seperti ini, babe.
Vanila menatap kata panggilan di akhir kalimat itu dan mencoba memikirkan siapa sebenarnya yang mengirimi Tom pesan itu. Siapa orang yang berani memanggil suaminya dengan kata semesra itu? Rasanya tidak masuk akal jika Ny. Sulis mengirimi suaminya pesan seperti ini, termasuk sebuah pesan rindu...
Merindukanmu hingga hampir gila. Tolong datang dan temui aku.
Vanila menepisakan nama Ny. Sulis. Dia yakin seribu lima ratus persen Bu Sulis tidak akan mengirimi Tom kalimat-kalimat seperti itu. Namun siapa orang yang merindukan Tom selain dirinya dan putra putri mereka? Siapa orang itu yang berani meminta Tom datang dan menemaninya di malam kemarin? Dan kenapa Tom menyembunyikan identitas diri makhluk itu dengan sebutan 'my scertary'?
Kepala Vanila terasa bak dipukul paku godam. Segala pikiran buruk melintasi kepalanya tanpa henti. Entah ini intuisi atau apa pun namanya, dia merasa penulis massage itu adalah seorang wanita dan wanita itu telah mencuri perhatian Tom, bahkan mungkin saja bukan hanya perhatian, tapi juga cinta Tom darinya dan anak-anak mereka. Setetes air mata mulai tumpah membasahi pipi Vanila.
Dengan tangan gemetar Vanila melihat pesan lain dari wanita yang diberikan kata my scertary itu. Semua massage cinta wanita itu pada Tom.
Maaf. Dia bukan siapa-siapa. Jangan marah. Datang dan temani aku malam ini setelah kau bersamanya lalu kita bercinta malam ini.
Brukk... Ponsel itu meluncur jatuh dari tangan Vanila yang gemetar. Tom menyelingkuhinya dia bernasib sama seperti Alleta, wanita yang ada dalam novel terbarunya. Kenyataan bahwa Tom membenci kisah perselingkuhan bukan berarti bahwa Tom tidak menyelingkuhinya. Menatap wajah Tom yang nampak damai dalam tidurnya: Vanila dihantui pertanyaan sejak kapan Tom menyelingkuhinya? Sejak kapan Tom menghianati cintanya... Dan kenapa? Apa kurangnya dia dari wanita itu? Lalu kalimat yang kemarin dinyatakan Tom saat pertengkaran terjadi diantara mereka kembali terngiang di telinga Vanila:
"Sudahlah, berhenti membesar-besarkan masalah kecil nanti kau tidak akan sanggup menghadapi masalah besar."
Vanila menyadari inilah arti ucapan Tom kemarin. Air mata Vanila makin deras. Dengan sekuat tenaga dia membekap mulutnya agar suara terisak tidak keluar dari bibirnya. Ada anak-anak yang akan terbangun dan akan jauh lebih terluka lagi akibat kenyataan ini.
Menarik kakinya,Vanila menuruni anak tangga. Tidak ada semangat untuk melakukan rutinitas sehari-hari yang biasa dia kerjakan. Menyapu terasa menjadi kegiatan yang sangat berat, apalagi mengeringkan pakaian dan memasak. Vanila jatuh di sisi mesin cuci sambil menangis. Air matanya tumpah dimasakan yang akan dia masak pagi ini dan dia tak berselera untuk mencicipi masakannya sendiri. Semuanya kacau hingga dia bahkan tidak bisa menyelesaikan tugas rumah tangga dengan sempurna.
Kepala Vanila masih sakit ketika tiba-tiba dia mendengar suara Tom memanggil namanya dari atas anak tangga, Vanila buru-buru berlari dengan tergesa memasuki kamar mandi dapur. Memasang kran air dan bersandar di balik dinding kamar mandi. Vanila bisa merasakan kehadiran Tom di dapur. Tapi entah mengapa dia malah bersembunyi disini, bukannya mengkonfirmasi isi pesan dalam ponsel Tom.
"Sayang, kau sedang apa di dalam?"
Sayang? Uhhh, betapa bencinya Vanila mendengar kalimat penuh dusta dari bibir Tom. Berapa lama? Sudah berapa lama Tom mendustainya?
"Sayang, kau tidak apa-apa?"
"Mandi." Vanila berusaha keras agar suaranya terdengar biasa saja, "Aku sedang mandi." Namun tetap saja Tom bisa merasakan ada yang Vanila sembunyikan darinya. Dia terbangun saat samar mendengar suara tangisan lalu menemukan ponselnya tergeletak jatuh di lantai kamar dengan beberapa pesan yang telah terbuka. Seratus persen Tom tahu Vanila lah yang membaca massage-massage di ponselnya. Ia mengambil jeda beberapa waktu untuk keluar dari kamar tidur dan mendapati Vanila mengerjakan seluruh pekerjaan rumah diantara derai air mata. Bersembunyi memperhatikan hal itu diam-diam diantara pilar rumah dan barang-barang rumah tangga, Tom menyadari hatinya dihujam rasa bersalah. Sesuatu yang tiga empat bulan lalu menurutnya tidak akan terjadi padanya saat kejadian ini terjadi. Dulu..., tepatnya tiga atau empat bulan lalu dia pikir dia mungkin akan menikmati rasa lega saat Vanila mengetahui perselingkuhan yang dilakukannya. Dulu dia pikir ini akan menjadi hari yang tepat baginya untuk mengajukan perceraian. Tapi kini...melihat bagaimana Vanila jatuh terduduk di sisi mesin cuci dengan tubuh terguncang hebat oleh tangisan, entah bagaimana dia dihujam rasa berdosa.
"Apa kau baik-baik saja?" Tom tahu bullshit jika Vanila kini baik-baik saja, wanita manapun akan terluka jika mengetahui penghianatan suaminya. Namun dia juga tak tahu harus bertanya apa.