Vanila terlihat membisu sepanjang syuting hari ini, malas menyapa siapa pun. Sedari awal syuting dilakukan di luar kota, wajahnya sudah berada pada raut bertekuk sempurna. Sapaan dan candaan Andy gagal membuat tawa di wajahnya terlihat. Andy tidak tahu apa yang sedang Vanila alami, dia hanya bisa menebak-nebak bahwa mungkin kesedihan Vanila adalah akibat wanita itu harus berpisah dari anak-anaknya untuk sementara waktu ini. Dia sedikit tak enak hati saat menyadari keinginannya lah yang memaksa ibu dan anak itu kini terpaksa berpisah.
Andy mengamati lagi wajah itu dari kejauhan saat dia tengah melakukan perannya. Hari ini Vanila terlihat berbeda. Mungkin karena hari ini Vanila memakai riasan sempurna plus pakaian yang cukup menantang, jauh berbeda dengan yang Vanila kenakan sehari-hari. Wanita itu biasanya hanya memakai riasan ringan bahkan nyaris terlihat tanpa riasan. Rambutnya dibiarkan lepas tergerai walau lebih sering dicepol hingga menampakkan leher putihnya yang jenjang. Bukankah sudah pernah dia katakan bahwa Vanila sebenarnya bukanlah tipe wanita yang biasanya mencuri perhatiannya?
Vanila tidak seksi, tidak termasuk dalam kategori cantik menurut definisinya yaitu wanita yang sangat memperhatikan penampilan: sejenis wanita yang tidak akan berani muncul tanpa tampilan sempurna di depan orang lain, tapi Vanila melakukan semua hal itu. Wanita itu bahkan berani keluar rumah tanpa riasan di wajahnya dan dengan celana kulot gombrong alasannya toh hanya di areal rumah padahal saat itu dia sedang bertamu ke rumah wanita itu untuk menepati janjinya belajar dan bermain bersama Verzet dan Dinda.
Namun, yahhh Andy memang menyukai Vanila dengan cara berbeda. Jelas bukan karena penampilan fisik apalagi lekuk tubuhnya. Dia menyukai wanita itu dari jalinan kalimat-kalimat yang tertata apik dalam novel Vanila yang awalnya dia baca saat bosan menanti penerbangan yang tertunda. Salah seorang tim filmnya yang duduk tepat di bangku tunggu yang berada di sisinya saat itu tengah membaca novel Vanila dan untuk membuang rasa bosan, iseng-iseng dia memilih ikutan curi-curi membaca novel itu.
Tertawa bahkan senyum-senyum sendiri kadang mengumpati si penulis yang terasa bodoh. Lalu tanpa tahu malu saat tertinggal membaca halaman novel, dia meminta novel itu dari tim film dan menghabiskan waktu membaca novel itu disaat rehat syuting. Kecanduannya pada novel-novel romantis Vanila malah membuat para fans wanitanya makin membludak dan mempermudah dia juga dalam menarik hati para wanita. Dia bahkan tidak pernah perlu bersusah-susah untuk mendapatkan teman kencan, seluruh dunia tahu beribu wanita rela mengeluarkan uang bahkan rela secara suka rela menyerahkan diri padanya untuk dicintai.
Mulai saat itu dia menjadi penggemar rahasia Vanila, dia berandai-andai untuk bertemu Vanila, berhayal untuk mendekati wanita itu dan menggodanya bahkan kini lebih dari pada menggoda, dia berhasrat memilikinya.
Andy memasuki lift yang mengantarnya menuju kamar hotel tempatnya menginap ketika kilasan bibir merah Vanila menghujam pikirannya. Sialan! Bibir itu... Andy rela melakukan apa pun untuk menikmati bibir itu lagi.
Cling. Suara itu terdengar bersamaan terbukanya pintu lift. Andy menyeret langkahnya menuju kamar hotel tempatnya menginap. Melemparkan tubuhnya ke sofa lalu melangkahkan wajahnya ke langit-langit kamar hotel. Dia bisa melihat kembali kenangan yang terjadi di lokasi syuting tadi. Saat Vanila menghampirinya dengan wajah bete berat akibat dirinya yang terus-menerus gagal melakukan perannya. Padahal peran itu bukan peran sulit, hanya sebuah peran simpel- dia hanya perlu berlagak bak gigolo dan memberika ciuman panas pada Rania, sang pemeran wanita yang cupu dan baru saja bermasalah dalam percintaannya. Itu bukan adegan sulit, namun dia gagal memberi nyawa pada adegan itu.
Ahhh, andai Vanila tahu dia kehilangan feeling-nya karena melihat kesedihan di wajah wanita itu, yang dia inginkan saat itu hanyalah menangkup wajah itu dan mengambil semua duka di wajah itu. Lalu saat sang sutradara mengancam agar dia segera menyelesaikan adegan ciuman itu dengan perasaan atau mereka semua harus syuting hingga semalaman, Vanila muncul di depannya. Masih dengan wajah bete dan tanpa kata, bahkan tanpa ba-bi-bu,Vanila menciumnya.
Dia bisa dengan mudah mengingat bagaimana bibir dan lidah Vanila bergerak diantara bibir dan lidahnya. Tidak banyak wanita yang bisa mencium sehebat itu, sebuah ciuman yang membuat partner berciuman ketagihan dan menggila. Ya, karena dia menggila di saat Vanila menarik diri untuk mengakhiri ciuman yang dimulai oleh wanita itu. Kemudian dia memberikan serbuan ciuman liar yang sesuai dengan penokohan yang sedang dia perankan. Sebuah ciuman yang bahkan tak bisa dia ulang bersama Rania.
Hingga akhirnya sutradara memutuskan untuk memakai adegan ciuman antara mereka berdua dengan melakukan editing video dimana-mana. Uhhh, persetan untuk itu semua, termasuk persetan dengan tatapan shock semua orang pada mereka usai adegan panas diantara dia dan Vanila, yang ada di benaknya saat itu hanyalah sebuah pikiran bahwa Vanila pasti tertarik padanya. Mereka berciuman. Bukan ciuman biasa, sebuah ciuman panas. Bukankah itu sebuah bukti yang cukup kuat? Tapi mengapa usai adegan itu Vanila tetap bersikap tak tertarik padanya? Wanita itu menarik diri dari lokasi syuting setelah mewantinya dan semua orang bahwa semua yang dilakukan wanita itu hanya sebagai tanggungjawabnya untuk memastikan Andy berakting dengan sempurna dan memintanya dan semua orang tidak salah paham. Lalu Vanila menghilang entah kemana bahkan tanpa memperdulikan panggilannya dan bagaimana dia mengejar wanita itu.
"Arrrrghhh!" Andy meremas rambutnya dengan frustasi lalu beranjak menuju balkon, penolakan wanita itu menyentil sedikit harga dirinya. Namun lebih besar menantangnya untuk menaklukan wanita bernama Vanila itu.
***
Vanila membenamkan wajahnya diantara kedua pahanya yang terlipat. Dia meringkuk di balkon kamar hotel. Rasanya sakit mengetahui perselingkuhan Tom. Segala pertanyaan berpendaran di benaknya sedari dia membaca short massage itu, namun hanya berakhir di ujung tenggorokannya..tercekat di sana dan tak bisa keluar... Bahkan walaupun kini dia berbeda kota dengan Tom, kejadian pagi tadi tetap saja membekas jelas di pikirannya. Tak setitik pun terhapus dan kini dia bahkan bertanya-tanya apakah keputusannya untuk tetap pergi keluar kota diantara permasalahan yang terjadi diantara dia dan Tom adalah keputusan yang tepat? Bagaimana jika kepergiannya makin membuka peluang Tom untuk menyelingkuhinya?
Siapa wanita itu...wanita yang telah mencuri Tom dari sisinya? Sejak kapan wanita itu muncul di hati Tom dan mulai menggusur tempatnya di hati suaminya itu? Apa yang salah dari pernikahan mereka hingga Tom tega melakukan hal itu padanya? Setelah semua pengorbanan yang dia lakukan demi tumah tangga mereka: demi Tom dan anak-anak mereka. Dan seberapa jauh hubungan Tom dan wanita itu?
Maaf. Dia bukan siapa-siapa. Jangan marah. Datang dan temani aku malam ini setelah kau bersamanya lalu kita bercinta malam ini.
Kalimat itu berpendaran kembali di benak Vanila...'lalu kita bercinta malam ini.' Dada Vanila terasa sesak mengingat kalimat itu. Seberapa ingin pun dia memusnahkan bayangan itu, tapi pikirannya bertindak liar dan mulai menggambarkan apa yang dimaksud dengan kalimat 'bercinta malam ini.' Bagaimana Tom mendekap erat tubuh wanita itu dan menciumnya dengan penuh tuntutan, yang membuat wanita itu bergelayut pada bahu Tom supaya bisa tetap berdiri.