Unperfect Marriage

Elisabet Erlias Purba
Chapter #17

#17Ajari Aku untuk Selingkuh 2

Vanila menyadari mungkin selingkuh juga perlu keteguhan hati. Nyatanya baru saling berbagi ciuman kembali dengan Andy, Vanila mendengar suara hatinya yang berteriak saling berebutan untuk mengecamnya: ini salah, Vanila. Ini tidak seharusnya terjadi. Namun Vanila mencoba menulikan hatinya. Membayangkan cumbuan yang diberikan Tom kepada selingkuhannya dan membenarkan perbuatan yang kini tengah dia lakukan. Bukankah dia berhak untuk bahagia juga?

Apa disebut kebahagiaan jika kau menyerahkan kehormatanmu pada seorang pria yang baru kau kenal sebulanan ini? Alih-alih bahagia kau hanya akan dianggap murahan.

Vanila menarik bibirnya dari lumatan bibir Andy. Membuat Andy menatapnya penuh tanda tanya. "Sebelum memulai ini, aku perlu tahu apa yang ada dipikiranmu tentangku." Suara Vanila terdengar parau dan bergetar.

Andy menatapnya lebih intens. Sebuah tatapan lembut yang meneduhkan. "Kau boleh menanyakan apa saja padaku, aku akan menjawabnya dengan sejujur-jujurnya." Sambil mengatakan hal itu jemari Andy bergerak lembut merapikan anak rambut yang jatuh ke kening Vanila.

"Apa aku terlihat murahan di matamu?"

Nafas Andy terasa tercekik di tenggorokannya bukan karena pertanyaan itu. Namun melihat sorot nelangsa di mata Vanila yang tak juga berganti bahagia setelah cumbuan-cumbuan yang dia berikan.

"Jangan menganggap dirimu begitu rendah, Vanila." Andy membelai rambut Vanila menyampirkan sejumput rambut itu ke belakang telinga Vanila, "kau sama sekali tidak mudah untuk didapatkan. Percaya padaku. Kau jelas tahu siapa aku: Andy Herline- tak ada wanita yang tidak ingin bersamaku... Aku tidak pernah mengejar wanita mana pun selain dirimu dan itu jelas menjelaskan bahwa kau tidak mudah didapatkan apalagi murahan."

Vanila tidak tahu bagaimana dia harus menanggapi sanjungan Andy padanya, senang atau sedih. Namun dia mencoba menarik sedikit sudut bibirnya, menepis bayangan Tom di benaknya sambil berkata pada dirinya sendiri bahwa dia cukup berharga. Bahwa walaupun Tom tak menginginkannya, masih ada seorang pria yang cukup tertarik pada dirinya... Dan walaupun sebenarnya tidak dia inginkan, pria itu tak kalah menarik dari Tom.

Andy tersenyum menatap tarikan di sudut bibir Vanila. Hanya sedikit. Namun senyum tetaplah senyuman dan betapa dia bangga bisa menjadi alasan di balik senyuman yang kini tergambar di sudut bibir Vanila. Andy memantapkan hati bahwa sesaat lagi dia akan membuat Vanila bukan hanya tersenyum, tapi bersorak bahagia dan melupakan segala dukanya.

Pelan tangan Andy merengkuh kembali pinggang Vanila yang tadi terlepas dari pelukannya dan memupus jarak yang sempat tercipta diantara kedua tubuh mereka. "Aku akan membuatmu menjadi wanita paling bahagia malam ini." Setelah mengatakan hal itu Andy mencondongkan diri ke arah Vanila. Memberinya sebuah ciuman. Sebuah ciuman yang berbeda dari yang tadi mereka lakukan, sebuah ciuman lembut yang terasa begitu tulus seperti ciuman yang pernah Vanila dapatkan dulu dari Tom.

Ahhh, ya, Vanila tidak ingat kapan ciuman Tom berubah padanya, tak lagi lembut dan hangat, tapi terburu-buru dan dingin. Vanila ingat dia selalu mentolerir ciuman Tom karena berpikir Tom sangat sibuk bekerja. Namun kini dia menyadari hal itu, bahwa Tom seakan melakukannya hanya sebagai sebuah rutinitas. Sebuah kebiasaan dalam rumah tangga mereka agar Tom tak perlu mendengar ocehan pertanyaan dari bibirnya. Kini Vanila berpikir mungkin jika dia tahu kapan ciuman Tom berubah asing dan terburu-buru, dia mungkin tahu kapan awalnya Tom mulai berpaling darinya. Andai dulu dia tahu, dia mungkin bisa mencegah perselingkuhan yang Tom lakukan.

Jemari Andy merangkak di balik gaun tidur Vanila dan mulai membelai punggung Vanila yang masih terbenam dalam pikirannya. Namun tubuh Vanila merespon geli. Andy menikmati hal itu.... Jantungnya yang telah lama senyap mulai menimbulkan kebisingan lagi seperti kali pertama dia jatuh cinta di masa SMA dulu. Vanila benar-benar berbeda dari wanita mana pun yang pernah menemaninya melewati malam. Jantung Andy makin memacu kencang saat dia mulai membayangkan membaringkan Vanila di atas ranjang yang ada di kamar ini. Mencumbu tubuh itu.

Ahhh... Andy tak ingin berpikir dan menimbang terlalu lama akan kemana hubungan mereka dibawa. Termasuk skandal yang akan menerpa karir keartisannya karena dia memulai hubungan terlarang ini. Vanila lebih berharga dari semuanya dan dia tidak ingin melewatkan makhluk berharga ini. Tangannya mengangkat lembut tubuh Vanila menuju ke ranjang.

"Andy.." Vanila memanggil kaget, "aaapa yang akan kamu lakukan?" Vanila bertanya gamang. Dia wanita dewasa, jelas dia tahu apa yang diinginkan Andy kini. Tepat disaat itu juga hati Vanila mulai mempertanyakan apakah yang kini tengah dia lakukan ini benar atau salah.

Vanila masih terjebak dalam pemikirannya ketika Andy telah membaringkan tubuhnya di atas ranjang lalu membungkuk ke atas permukaan tubuhnya. Andy masih mengenakan celana jeans yang tadi dia gunakan sepulang syuting. Permukaan celana jeans itu terasa kasar menyentuh kulit Vanila, menyadarkan Vanila akan apa yang akan terjadi dari kisah semalam ini. "Andy, cukup..." Refleks kedua tangan Vanila terjulur mendorong dada pria itu. Namun bukan hal yang mudah mengusir pria itu, saat Andy telah menetapkan hatinya untuk memiliki Vanila malam ini.

"Kenapa Vanila? Aku mencintaimu. Jauh melebihi cinta suamimu. Kau tahu? Aku bahkan sudah membayangkan ketika aku menjadi suamimu, aku akan menghabiskan waktuku di rumah bersamamu. Kita akan mengerjakan pekerjaan rumah tangga bersama, merawat anak-anak kita dan bercumbu sebanyak yang kita mau."

" Tapi Aaandy, ini saaa...lah..." Suara Vanila tersengal saat mencoba menghindari ciuman-ciuman Andy yang mulai liar.

Bahkan karena merasa ditolak Andy mencium kasar dan penuh paksaan pada bibir Vanila. Vanila memalingkan wajahnya menghindari cumbuan Andy. Lalu ciuman-ciuman itu bergerak turun menuju leher dan bahu Vanila yang sedikit terekspos oleh gaun tidurnya yang telah disingkap Andy.

"Aaanndy..."

"Mama, ada yang menelpon!"

Lalu suara ponsel Vanila berbunyi. Ringtone nya yang berupa suara teriakan kedua putra putrinya mengagetkan Vanila. Seperti seseorang yang baru saja terbangun dari mantra jahat dan menemukan kekuatannya yang hilang, Vanila mendorong tubuh Andy dengan keras. Kali ini bukan hanya dengan tangannya, tapi juga kedua kakinya hingga Andy terjungkal jatuh dari atas ranjang.

" Awww!" Andy memekik saat tubuhnya membentur keras permukaan ubin kamar hotel. "Vanila, apa yang..." Vanila tak memperdulikan teriakan itu. Dia melangkah menuju meja di sisi ranjang. Suara putra-putrinya yang menjadi ringtone ponselnya masih terdengar.

"Kembalilah ke kamarmu sekarang juga,"perintah Vanila tanpa menatap Andy barang sekejap pun. Jelas Andy bisa merasakan kalau wanita itu merasa jijik padanya.

Berusaha bangkit dengan punggung yang terasa remuk, Andy mengejar langkah Vanila. Menarik kasar lengan Vanila saat wanita itu baru saja meraih ponselnya yang terletak di nakas di sisi ranjang hingga membuat ponsel itu jatuh terbanting di permukaan lantai kamar. Vanila menepis sentuhan itu.

"Keluar, Andy..."

"Kenapa, Vanila?" Andy menggugat. "Jika kau pikir aku tidak akan serius padamu dan hanya menggunakan kesempatan dari luka di hatimu untuk mendapatkan tubuhmu, kau jelas salah. Aku..."

Lihat selengkapnya