Clara menatap kepergian Tom dengan perasaan dongkol. Apa dia semudah dan semurah itu di mata Tom? Sepeninggal Tom, bayang-bayang masa lalunya kembali membayanginya.
Dia baru pulang dari perjalanan dinas luar kota dan melangkah girang menuju apartemennya. Pintu lift membuka, lantai tujuannya tiba, unit 1331. Dia baru saja membuka pintu dengan kode masuk dan mendapati dua pasang sepatu yang terlempar asal di depan pintu masuk, disusul benda-benda lain yang berserakan dimana-mana. Ada tas seorang wanita, jas, kemeja seorang pria dan beberapa perkakas rumah yang terguling jatuh. Langkah kaki Clara menapak menelusuri jejak-jejak berserakan itu.
Lalu telinganya mendengar desah nafas yang memburu dari balik dinding kamar tidurnya. Suara bibir yang beradu dengan keras. Teriakan Leo dan erangan seorang wanita. Clara ingat sekali bagaimana kakinya terasa kaku dan lunglai seketika, namun dia memaksakan diri untuk melihat perbuatan terkutuk Leo dan wanita itu dari balik pintu kamar tidur yang terkuak sedikit.
Dia merekam dengan sempurna bagaimana raut wajah Leo yang penuh kepuasan saat itu lalu suara percakapan diantara adegan mesum dua makhluk itu terdengar.
"Bagaimana dengan wanita itu?" Si wanita berbicara.
"Dia hanya seorang wanita kesepian, yang tak menarik sama sekali jika dibandingkan denganmu, Sayang. Dia membosankan dalam pembicaraan bahkan di atas ranjang." Wanita itu terkekeh.
"Kau tidak mengatakan hal itu hanya untuk mendapatkan izin pameranmu di galerikan?"
"Memilikimu lebih berharga dari izin itu, Nona Joule." Nona yang dipanggil Joule itu terkekeh senang. Betapa itu menyakiti Clara, bukan hanya menyakiti hatinya juga fisiknya. Clara berlari menuju dapur, menangis dalam diam lalu kepingan kejadian sebulan yang lalu membayang dalam ingatannya.
Masih sepulang dia dari perjalanan bisnis saat dia menemukan lipstik di gelas anggur yang tidak dicuci, parfum dan rambut panjang wanita pirang di seperai kamar tidurnya, satu kuku palsu Lee Press-Ons di bathtub-nya, pakaian dalam wanita di bawah sofanya dan sebuah bungkus sisa viagra yang membuat dia naik pitam dan menghajar tubuh Leo serta mengancam akan mengusir pria itu ke jalanan. Saat itu Leo berjanji tidak akan pernah mengulang hal itu. Leo bilang dia hanya khilaf karena begitu merindukannya. Leo bilang malam-malam tanpanya adalah malam malam dingin yang menyiksa. Leo bilang hanya mencintai dia seorang, Leo berjanji dua tahun lagi, pria itu akan menikahinya.
Dan bodohnya dirinya, dia kembali jatuh pada dusta pria itu. Memaafkan pria itu dan mereka bercinta kembali siang itu. Leo bilang dia luar biasa.
Clara melepas kaca mata minus tiga koma delapan puluh yang melekat di matanya mengakhiri kenangan sebulan lalu. Dia sedang menyeka air matanya ketika kemudian dengan ekor matanya dia melihat sebuah belati tersimpan rapi di tempatnya.
Perlahan Clara meraih belati itu dan bergegas menuju ke kamar tidur. Brum! Dia mendorong pintu kamar tidur dengan keras hingga pintu itu membentur dinding kamar dan malah menghantam wajahnya. Memalukan. Wajah Leo dan wanita itu yang tadinya kaget dan ketakutan, seketika- dalam satu detik berubah menertawainya. Dia terhuyung. Namun untungnya tidak sampai jatuh, dia menegakkan tubuhnya kembali, memasang wajah sangar dan mengacungkan pisau yang untungnya tidak terhempas jatuh dari tangannya saat benturan mengagetkan itu menghantamnya.
"Keluar dari sini sekarang juga atau aku akan membunuh kalian berdua!"
"Jangan dengarkan dia, Sayang. Dia tidak akan bisa menggunakan pisau itu," Leo mengacuhkan ancamannya, bergerak memakai celananya dan menghampiri Clara. "kau yakin tidak melupakan sesuatu, Clara?" tanyanya di sisi Clara. "Kaca matamu. Tanpa itu jangankan membunuh kami, melihatku pun kau tidak bisa."
Damn! Clara memaki dirinya sendiri saat menyadari kebodohannya. Dia menyadari kini kenapa pandangannya terasa begitu kabur sedari tadi. Tentu saja karena dia melupakan kaca matanya. Namun tidak ingin terintimidasi oleh ucapan Leo, Clara mengayunkan tangannya dan dia sangat beruntung karena sabetan pertamanya mengenai tangan Leo dengan tepat. Pria dan wanita itu memekik histeris. Dia yakin darah mengalir keluar dari tangan Leo.