Unperfect Marriage

Elisabet Erlias Purba
Chapter #30

#30. CCTV

Setelah mengambil mobilnya di halaman sekolah Dinda, Tom memilih kembali ke kantor, menyelesaikan beberapa pekerjaan yang menumpuk di atas mejanya. Tak lupa juga memberitahu pada bagian personalia, Tom minta dicarikan seorang sekertaris pria.

Dia bahkan menekankan jenis kelamin itu. Cukup sekali dia berurusan dengan wanita seperti Clara. Tom tidak bermaksud mengatakan bahwa semua sekertaris wanita akan seperti Clara tentu saja tidak karena Ny. Sulis tidak seperti itu. Dia hanya tidak ingin mengambil resiko kembali.

Tom pulang lebih cepat hari ini. Bukan berarti dia tidak punya banyak pekerjaan, dia hanya ingin meluangkan waktu lebih lama-bahkan walaupun dengan segudang pekerjaan yang kemungkinan besar akan membuat dia terkurung di ruangan kerjanya, dia ingin keluarganya tahu dia ada di rumah. Dinda dan Verzet bisa berlari ke ruang kerjanya saat membutuhkannya. Dia bisa meluangkan waktu untuk mengantar Verzet dan Dinda tidur bahkan juga berniat meluangkan waktu untuk mengajari mereka mengerjakan tugas-tugas sekolah diantara waktu kerjanya.

Jadi di sinilah Tom, melajukan mobilnya hendak kembali ke rumah. Hari sudah nyaris mencapai pukul delapan malam ketika Tom melihat sesosok yang sangat dia kenal keluar dari sasana bela diri. Mengkayuh sepeda dengan tergesa-gesa lalu menikung diantara mobil-mobil yang terpaksa merem mendadak sambil mengumpati bocah pengguna sepeda itu -yang membuat Tom harus kembali tertahan, saat lampu merah berikutnya menyala.

Bocah itu putranya, Tom menebak. Kenapa Verzet masih keluyuran malam-malam seperti ini? Apa Vanila tahu ini? Batin Tom bertanya-tanya.

Ketika lampu merah berubah hijau, Tom melajukan mobilnya lebih kencang lagi. Menikung masuk ke perumahan dan melaju terus menuju claster perumahannya. Melintasi sebuah gerbang lain. Tom menyadari betapa ketatnya pengamanan yang dilakukan menuju claster perumahannya yang tergolong bagian claster termewah di perumahan senyaris berpuluh hektar ini. Entah bagaimana Clara berhasil menembusnya.

Uhhh, Tom menghembuskan nafasnya dengan kasar berharap hembusan nafas itu bisa melempar jauh kenangan buruk yang dia miliki bersama wanita bernama Clara itu. Hari ini dia benar-benar telah menutup semua hal yang bisa membuat wanita itu mengganggu hidupnya. Tom bahkan telah memblokir nama Clara dalam daftar kontak di ponselnya juga telah meminta para satpam kantor dan perumahan tak mengizinkan wanita itu masuk untuk menemuinya.

Tom cukup lama bermain dengan pikirannya sendiri hingga dia tiba di halaman rumahnya. Memasukkan mobil ke dalam garasi, Tom dapat menemukan sepeda Verzet terparkir manis di sudut garasi, di sisi mobil yang sering Vanila gunakan. Tom menepuk jok sepeda itu dengan pelan sebelum keluar dari garasi dan menuju ke dalam rumah.

Ketika Tom memasuki rumah, dia menemukan Vanila di dapur. Baru saja selesai mencuci peralatan makannya dan anak-anak. Melap tangannya tanpa menyadari keberadaan Tom di belakang punggungnya.

"Anak-anak dimana?" Tom bertanya pada Vanila yang kemudian terlihat kaget.

"Di lantai dua, mungkin sedang mulai belajar. Ini waktu belajar mereka," Vanila menjawab bahkan tanpa menoleh pada Tom.

"Apa Verzet baru pulang?" Tom bertanya. Vanila menatap Tom sebentar. "Aku melihatnya saat pulang tadi, mengendarai sepedanya di jalanan dengan seenaknya dan itu sangat berbahaya. Bukankah seharusnya dia sudah ada di rumah sedari tadi?"

"Kau salah lihat," Vanila memutuskan mengatakan hal itu. Mata Tom menatap Vanila serius, namun yang ditatap cuek saja tetap sibuk dengan pekerjaannya di dapur.

Sebenarnya Verzet memang baru pulang. Verzet benar-benar telat, Vanila bahkan sudah menghubungi tempat les privat yang diikuti putranya itu untuk menanyakan keberadaan putranya itu. Vanila bahkan cukup panik saat mereka mengatakan bahwa Verzet dan anak-anak lain sudah pulang dari sejam yang lalu.

Beberapa menit lalu Vanila baru saja menanyai Verzet dan Verzet berdalih baru saja belajar bersama teman-temannya di salah satu rumah teman karena ada ulangan. Vanila tahu kini dia berdusta pada Tom.

Dusta pertama yang dia lakukan pada suaminya itu. Vanila hanya malas berdebat lagi dengan Tom. Vanila begitu yakin jika hal itu hanya akan digunakan Tom untuk mengkritiknya. Tom akan punya cara lagi memulai pertengkaran antara mereka lalu menyangkutkan semua pada Andy Herline seakan dia berselingkuh dengan pria itu.

Andai Tom tahu Vanila bahkan tidak mengangkat telpon saat Andy Herline menghubunginya tadi, padahal seharusnya dia mengangkatnya sekedar untuk minta maaf atas sikap Tom dan menanyakan keadaan Andy. Entah apa yang dipikirkan oleh Andy kini tentangnya. Vanila hanya lelah. Bosan. Jenuh. Tom menghianatinya dan kini menjadikannya kambing hitam.

Vanila baru beranjak pergi ketika suara Tom terdengar lagi. "Sayang, tidur di kamar atas, ya." Tom menatap mata Vanila yang berputar jengah menanggapi ucapannya. Jelas Tom tahu Vanila tak sudi tidur dengannya. "Biar aku yang tidur di kamar itu. Kenapa kamu harus tidur di bawah?"

"Kenapa tidak?" Vanila balik bertanya, "Kenapa aku harus tidur di kamar atas?"

"Karena jika anak-anak terbangun mereka akan mencarimu." Tom menemukan satu jawaban bagus yang menurutnya seharusnya membuat Vanila sadar dan menurutinya.

Lihat selengkapnya